Monday, February 27, 2017

Implementasi Model Pembelajaran


a.        Arti dan Makna Model Pembelajaran
Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model pembelajaran yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan pembelajaran dan juga kesulitan belajar peserta didik.
Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai : 1. Suatu tipe atau desain, 2. Suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat diamati dengan langsung, 3. Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu obyek atau peristiwa, 4. Suatu desain yang disederhanakan secara sistematis dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan, 5. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, dan 6. Penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya (Komaruddin, 2000: 152).
Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut. Maka, model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Menurut Joyce dan Weil (2000: 13) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah :
Suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buyku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer. Sebab, model-model ini menyediakan alat-alat pembelajaran bagi para peserta didik.

                 Joyce dan Weil (2000) mengemukakan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model pembelajaran. Yakni model informasi, model personal, model interaksi, dan model tingkah laku. Model pembelajaran yang telah dikembangkan dan dites keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan mengklasifikasikan model pembelajaran pada empat kelompok. Yaitu 1. Model pemrosesan informasi (infomation processing models), 2. Model personal (personal family), 3. Model sosial (social family), 4. Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral model of teaching).
                 Sejalan dengan teori kovergensinya, William Stern mengimplementasikan nya dalam hal pembelajaran telah menyebabkan munculnya berbagai teori-teori belajar dan model pembelajaran. 1. Model behavioral yang terdiri dari belajar tuntas, belajar kontrol diri sendiri, simulasi, dan bahan belajar asertif, 2. Model pemrosesan informasi yang terdiri dari model pembelajaran inquiri, presentase kerangka dasar atau “advance organizer”, dan model pengembangan berfikir, dan 3. Model lainnya yang dapat dijadikan pendekatan yang efektif dalam pembelajaran. Tetapi, model pembelajaran dengan modul, model pembelajaran dengan kaset video, audio, komputer, dan pembelajaran berprogram pelaksanaannya dalam pembelajaran benar-benar harus sesuai dengan yang telah direncanakan dalam perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru.
                 Model pembelajaran akan menjelaskan makna kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Setiap guru atau pendidik akan alasan-alasan mengapa dia melakukan kegiatan dalam pembelajaran dengan menentukan sikap tertentu.
                 Rooijakkers (2003: 13) mengemukakan bahwa :
                 Apabila guru atau pendidik tidak mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi dalam pikiran peserta didiknya untuk mengerti sesuatu, berarti dia pun tidak akan dapat memberi dorongan yang tepat kepada mereka yang sedang belajar. Para peserta didik akan mudah melupakan pelajaran yang diterimanya, jika guru tidak memberi penjelasan yang benar dan menyenangkan.

                 Model satuan pelajaran yang disusun dan dijabarkan oleh guru secara umum yang ada dalam kurikulum dan GBPP menjadi tujuan instruksional khusus. Model satuan pelajaran ini guru menentukan dan menyusun alat evaluasi untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik, memilih dan merumuskan bahan ajaran, merencanakan proses pembelajaran, serta menentukan media dan alat pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran ini selain sederhana, juga tidak menuntut biaya yang tinggi. Karena, disusun oleh guru itu sendiri, baik mengenai isi, media yang digunakan, dan kegiatan pembelajaran. Sedangkan, model pembelajaran dengan kaset video, audio, komputer, dan pembelajaran berprogram disusun oleh tim atau lembaga khusus yang terdiri dari beberapa ahli. Peran guru dalam model ini adalah sebagai pelaksana atau fasilitator belajar. Karena, semua komponen pembelajaran telah disusun secara terpadu dalam pusat teknologi pembelajaran (Sagala Syaiful, 2011: 178).
b.        Problematika dan Kasus Model Pembelajaran
Pengalaman di antara guru atau pendidik dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa ada pada beberapa sekolah. Model pembelajarannya mengkondisikan peserta didik disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang kurang perlu seperti mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku, menceritakan hal-hal yang tidak perlu, dan sebagainya. Sering pula ditemukan waktu kontak antara guru dengan peserta didik tidak dimanfaatkan secara baik.  Guru lebih suka memaksakan kehendaknya dalam belajar peserta didik sesuai keinginannya dan ada juga guru untuk memudahkan kerjanya meminta salah seorang peserta didik untuk mencatat dipapan tulis kemudian peserta didik lainnya mencatat apa yang dicatat dipapan tulis dan kegiatan-kegiatan lainnya yang kurang perlu dan sebagainya. Sedangkan guru yang bersangkutan istirahat di ruang guru atau duduk di kelas asyik dengan kegiatannya sendiri. Model pembelajaran seperti ini tentu saja dipandang tidak mendidik seperti dikemukakan A.S. Neil (1973) menyebutkan bahwa :
“Saya percaya bahwa memaksakan apapun dengan kekuasaan adalah salah. Seorang anak seharusnya tidak melakukan apapun sampai dia mampu berpendapat dengan mengemukakan pendapatnya sendiri” (Hobson dalam Palmer, 2003: 1). Pendapat Neil ini memberikan gambaran bahwa para peserta didik diminta untuk berpikir dan belajar tanpa tekanan. Tetapi, bimbingan dan arahan yang menganut prinsip-prinsip kemerdekaan dan demokrasi.
Masalah lainnya adalah kepala sekolah tidak memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melalukan evaluasi tentang program pembelajaran. Kepala sekolah tersebut membiarkan para guru menggunakan model pembelajaran yang telah lama dilaksanakan atau bersifat rutin belaka. Sehingga, kepala sekolah tidak mengetahui mana yang harus diperbaiki dan mana yang dikembangkan dalam program pembelajaran. Seharusnya, kepala sekolah mendorong para guru menggunakan model-model pembelajaran yang dapat memberi jaminan bahwa pembelajaran dilakukan atas dasar prinsip-prinsip pedagogik.

Dukungan kepala sekolah ini diwujudkan dalam bentuk menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, maka pijakatn utama bagi praktek pembelajaran yang bijak dari seorang pendidik yang terlatih menurut kontrol dan rutin serta bantuan nyata sesuai aturan-aturan sosial. Namun, tetap dengan kebebasan pribadi yang luas (Hinshelwood dalam Palmer, 2003: 11). Artinya keterampilan guru dalam menggunakan sarana dan prasarana dalam pembelajaran secara optimal adalah penting.

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive