Para ahli mempunyai cara
pandang yang berbeda tentang bermain. Hal ini menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya bermain bagi perkembangan anak. Karena melihat betapa pentingnya
bermain bagi perkembangan anak, para ahli kemudian mengungkapkan pendapat /
teori teori mengenai permainan.
Teori – teori permainan
yang ini terbagi menjadi teori klasik yang muncul dari abad sembilan belas
sampai perang dunia pertama, diantaranya adalah :
(a)
Teori kelebihan tenaga yang diajukan oleh Herbert
Spencer. Teori ini juga disebut teori pelepasan energi. Teori ini mengatakan
bahwa kegiatan bermain pada anak karena adanya kelebihan tenaga pada diri anak.
Tenaga atau energi yang menumpuk pada anak perlu digunakan atau dilepaskan
dalam bentuk kegiatan bermain.
(b)
Teori rekreasi yang diajukan oleh Moritz Lazarus. Teori
rekreasi menyebutkan bahwa tujuan bermain adalah memulihkan energi yang telah
terkuras saat bekerja, tenaga ini dapat dipulihkan dengan cara melibatkan diri
dalam permainan.
(c)
Teori biologis yang diajukan oleh Karl Gross. Teori ini
mengatakan bahwa permainan mempunyai tugas - tugas biologis untuk melatih
bermacam – macam fungsi jasmani dan rohani untuk menghadapi masa depan.
(d)
Teori praktis diajukan oleh Karl Buhler. Teori ini
mengatakan bahwa anak-anak bermain karena harus melatih fungsi jiwa dan raga
untuk mendapatkan kesenangan di dalam perkembangannya. (Mutiah, 2010)
Sedangkan teori- teori
moderen diantaranya diajukan oleh Sigmund Freud. Sigmund Freud berdasarkan
teori psikoanalisis mengatakan bahwa bermain berfungsi untuk mengekspresikan dorongan
impulsif sebagai cara untuk mengurangi kecemasan yang berlebihan pada anak.
Bentuk kegiatan bermain yang ditunjukan berupa bermain fantasi dan imajinasi
dalam sosiodrama atau pada
saat bermain sendiri. Menurut Freud, melalui bermain
dan berfantasi anak dapat mengemukakan harapan-harapan dan konflik serta pengalaman
yang tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata, contoh, anak main
perang-perangan untuk mengekspresikan dirinya, anak yang meninju boneka dan
pura-pura bertarung untuk menunjukkan kekesalannya.
Teori kognitif dari Jean
Piaget, juga mengungkapkan bahwa bermain mampu mengaktifkan otak anak,
mengintegrasikan fungsi belahan otak kanan dan kiri secara seimbang dan
membentuk struktur syaraf, serta mengembangkan pilar-pilar syaraf pemahaman
yang berguna untuk masa datang. Vygotsky menambahkan bahwa bermain mempunyai
peran langsung terhadap perkembangan kognisi anak. Bermain merupakan cara
berpikir anak dan cara anak memecahkan masalah, pertama tama, anak menemukan
pengetahuan dalam dunia sosial yang didapatkan dari teman bermain, kemudian
menjadi bagian dari perkembangan kognitifnya. (Mutiah, 2010)
No comments:
Post a Comment