a. Pengertian
Kemampuan
Memberi bekal kemampuan berhitung pada anak sejak dini untuk membekali
kehidupan anak di masa yang akan datang di rasa sangat penting. Istilah
kemampuan dapat didefinisikan dalam berbagai arti, salah satunya menurut
Munandar (Susanto, 2011:97), “kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu
tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan”.
Senada dengan Munandar, Robin (Susanto, 2011:97) menyatakan bahwa
kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu pekerjaan
tertentu. Dengan demikian, kemampuan adalah potensi atau kesanggupan
seseorang yang merupakan bawaan dari lahir dimana potensi atau kesanggupan ini
dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung seseorang untuk
menyelesaikan tugasnya.
Matematika pada hakekatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan
pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika seseorang dapat mengatur
jalan pikirannya Suriasumantri (Susanto, 2011:98). Dalam kaitannya, salah satu
cabang dari matematika ialah berhitung. Berhitung merupakan dasar dari beberapa
ilmu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti, penambahan,
pengurangan, pembagian, ataupun perkalian. Untuk anak usia dini dapat menambah
dan mengurang serta membandingkan sudah sangat baik setelah anak memahami
bilangan dan angka (Suyanto, 2005:73).
b. Pengertian
Berhitung
Dalam pembelajaran
permainan berhitung pemula di taman kanak-kanak (2000:1) dijelaskan bahwa
berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh
kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan
matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Pengertian kemampuan
berhitung permulaan menurut Susanto (2011:98) adalah kemampuan yang dimiliki
setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya
dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan
perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai
jumlah, yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan.
Sedangkan Sriningsih (2008:63)
mengungkapkan bahwa kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga
sebagai kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak
menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret.
Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh.
Sedangkan usia 5 sampai 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus.
Dari pengertian berhitung
di atas, dapat disimpulkan bahwa berhitung merupakan kemampuan yang dimiliki
oleh setiap anak dalam hal matematika seperti kegiatan mengurutkan bilangan
atau membilang dan mengenai jumlah untuk menumbuh kembangkan ketrampilan yang
sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan juga dasar bagi
pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan
dasar bagi anak.
c. Tujuan
Pembelajaran Berhitung
Depdiknas (2000:2)
menjelaskan tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak, yaitu
secara umum berhitung permulaan di Taman Kanak-kanak adalah untuk mengetahui
dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih
siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
Sedangkan secara khusus dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui
pengamatan terhadap benda-benda konkrit gambar-gambar atau angka-angka yang
terdapat di sekitar, anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam
kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan kemampuan
berhitung, ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang lebih
tinggi, memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan
kemungkinan urutan sesuai peristiwa yang terjadi di sekitarnya, dan memiliki
kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
Menurut Piaget (dalam
Suyanto, 2005:161) menyatakan bahwa:
“Tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia
dini sebagai logicomathematical learning atau belajar berpikir logis dan
matematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Jadi tujuannya bukan
agar anak dapat
menghitung sampai seratus atau seribu, tetapi memahami
bahasa matematis dan
penggunaannya untuk berpikir.”
Jadi dapat disimpulkan
tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman Kanak-Kanak, yaitu untuk melatih
anak berpikir logis dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar
pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap
mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
d. Prinsip-prinsip
Berhitung
Menurut Depdiknas (2000:8)
mengemukakan prinsip-prinsip dalam menerapkan permainan berhitung di Taman
kanak-kanak yaitu permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan
menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa konkrit yang dialami melalui
pengamatan terhadap alam sekitar dan melalui tingkat kesukarannya, misalnya
dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih
kompleks. Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi kesempatan berpartisipasi
dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri, Permainan
behitung membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta
kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda
sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan.
Selain itu bahasa yang
digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana
dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar. Lebih
lanjut Yew (dalam Susanto, 2011:103) mengungkapkan beberapa prinsip dalam
mengajarkan berhitung pada anak, diantaranya membuat pelajaran yang menyenangkan,
mengajak anak terlibat secara langsung, membangun keinginan dan kepercayaan
diri dalam menyesuaikan berhitung, hargai kesalahan anak dan jangan menghukumnya,
fokus pada apa yang anak capai. Pelajaran yang mengasyikan dengan melakukan
aktivitas yang menghubungkan kegiatan berhitung dengan kehidupan sehari-hari.
Dari prinsip-prinsip
berhitung di atas, dapat disimpulkan prinsip-prinsip berhitung untuk anak usia
dini yaitu pembelajaran secara langsung yang dilakukan oleh anak didik melalui
bermain atau permainan yang diberikan secara bertahap, menyenangkan bagi anak
didik dan tidak memaksakan kehendak guru dimana anak diberi kebebasan untuk berpartisipasi
atau terlibat langsung menyelesaikan masalah-masalahnya.
e. Tahap
Penguasaan Berhitung
Depdiknas (2000:7)
mengemukakan bahwa berhitung di Taman Kanak-Kanak seyogyanya dilakukan melalui
tiga tahapan penguasaan berhitung, yaitu Penguasaan konsep, masa transisi, dan
lambang. Penguasaan konsep adalah pemahaman dan pengertian tentang sesuatu
dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit, seperti pengenalan warna,
bentuk, dan menghitung bilangan.
Masa transisi adalah proses
berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkrit menuju pengenalan
lambang yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan
bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan
laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara individual berbeda. Misalnya,
ketika guru menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah
pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama,
sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu.
Piaget (Suyanto, 2005:160)
mengungkapkan bahwa matematika untuk anak usia dini tidak bisa diajarkan secara
langsung. Sebelum anak mengenal konsep bilangan dan operasi bilangan, anak
harus dilatih lebih dahulu mengkonstruksi pemahaman dengan bahasa simbolik yang
disebut sebagai abstraksi sederhana (simple abstraction) yang dikenal
pula dengan abstraksi empiris. Kemudian anak dilatih berpikir simbolik lebih jauh,
yang disebut abstraksi reflektif (reflectife abstraction). Langkah
berikutnya ialah mengajari anak menghubungkan antara pengertian bilangan dengan
simbol bilangan.
Burns & Lorton
(Sudono, 2010: 22) menjelaskan lebih terperinci bahwa setelah konsep dipahami
oleh anak, guru mengenalkan lambang konsep. Kejelasan hubungan antara konsep
konkrit dan lambang bilangan menjadi tugas guru yang sangat penting dan tidak
tergesa-gesa. Sedangkan lambang merupakan visualisasi dari berbagai konsep.
Misalnya lambang 7 untuk
menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna,
besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan
konsep bentuk. Burns & Lorton (Sudono, 2010:22) mengungkapkan
bahwa pada tingkat ini biarkan anak diberi kesempatan untuk menulis lambang
bilangan atas konsep konkrit yang telah mereka pahami. Berilah mereka
kesempatan yang cukup untuk menggunakan alat konkrit hingga mereka
melepaskannya sendiri. Dapat disimpulkan bahwa berhitung di Taman Kanak-Kanak
dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung, yaitu Penguasaan konsep,
masa transisi, dan lambang.
f. Manfaat
Pengenalan Berhitung
Kecerdasaan matematika
mencangkup kemampuan untuk menggunakan angka dan perhitungan, pola dan logika,
dan pola pikir ilmiah. Secara umum permainan matematika bertujuan mengetahui
dasar-dasar pembelajaran berhitung sejak usia dini sehingga anak-anak akan
siap, mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang berikutnya di sekolah
dasar.
Menurut Suyanto (2005:57)
manfaat utama pengenalan matematika, termasuk didalamnya kegiatan berhitung
ialah mengembangkan aspek perkembangan dan kecerdasan anak dengan menstimulasi
otak untuk berpikir logis dan matematis. Permainan matematika menurut Siswanto
(2008:44) mempunyai manfaat bagi anak-anak, dimana melalui berbagai pengamatan
terhadap benda disekelilingnya dapat berfikir secara sistematis dan logis,
dapat beradaptasi dan menyesuaikan dengan lingkungannya yang dalam keseharian
memerlukan kepandaian berhitung.
Memiliki apresiasi,
konsentrasi serta ketelitian yang tinggi. Mengetahui konsep ruang dan waktu. Mampu
memperkirakan urutan sesuatu. Terlatih, menciptakan sesuatu secara spontan sehingga
memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi. Anak-anak yang cerdas matematika-logika
anak dengan memberi materi-materi konkrit yang dapat dijadikan bahan percobaan.
Kecerdasaan matematika –logika juga dapat ditumbuhkan melalui interaksi positif
yang mampu memuaskan rasa ingin tahu anak. Oleh karena itu, guru harus dapat menjawab
pertanyaan anak dan memberi penjelasan logis, selain itu guru perlu memberikan
permainan-permainan yang memotivasi logika anak.
Menurut Sujiono
(2008:11.5) permainan matematika yang diberikan pada anak usia dini pada
kegiatan belajar di TK bermanfaat antara lain, pertama membelajarkan anak
berdasarkan konsep matematika yang benar, menarik dan menyenangkan. Kedua, menghindari
ketakutan terhadap matematika sejak awal. Ketiga, membantu anak belajar secara
alami melalui kegiatan bermain.
Permainan matematika yang diberikan pada anak usia
dini pada kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak bermanfaat antara lain, pertama
membelajarkan anak berdasarkan konsep matematika yang benar, menarik dan
menyenangkan. Kedua, menghindari ketakutan terhadap matematika sejak awal.
Ketiga, membantu anak belajar secara alami melalui kegiatan bermain
No comments:
Post a Comment