Model
Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Sebagai
Salah Satu Implementasi Model Pembelajaran Inovatif dan Kooperatif
Proses pembelajaran adalah suatu aspek
dari lingkungan sekolah yang terorganisir. Lingkungan ini diatur serta diawasi
agar kegiatan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan
ini turut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan pembelajaran. Lingkungan
belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para peserta
didik untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan
yang diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam
suatu kelas adalah “ job description” merupakan proses pembelajaran yang berisi
serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
peserta didik.
Sehubungan dengan hal itu, job description guru dalam implementasi proses pembelajaran
adalah : 1. Perencanaan instruksional. Yaitu alat atau media untuk mengarahkan
kegiatan-keggiatan organisasi belajar, 2. Organisasi belajar yang merupakan
usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses pembelajaran,
3. Menggerakan peserta didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan
mengarahkan motivasi belajar peserta didik. Penggerak atau motivasi di sini
pada dasarnya mempunyai makna lebih dari memerintah, mengarahkan,
mengaktualkan, dan memimpin, 4. Supervisi dan pengawasan. Yaitu usaha
mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan mengarahkan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah di desain
sebelumnya, dan 5. Penelitian yang lebih bersifat penafsiran (assessment) yang mengandung pengertian
yang lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan (Djamarah
dan Aswan Zain, 2010: 29-30).
Proses pembelajaran juga merupakan inti
dari kegiatan pendidikan di sekolah. Agar tujuan pendidikan dan pembelajaran
berjalan dengan benar, maka perlu pengadministrasian kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang lazim disebut administrasi kurikulum. Bidang
pengadministrasian ini sebenarnya merupakan pusat dari semua kegiatan di
sekolah. Berdasarkan alasan tersebut, maka sangatlah penting bagi para pendidik
untuk memahami karakteristik materi, peserta didik, dan metodologi pembelajaran,
serta model-model pembelajaran modern. Dengan demikian, proses pembelajaran
akan variatif, inovatif, dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan
pengetahuan dan implementasinya. Sehingga, dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas
peserta didik.
Untuk dapat merencanakan proses
pembelajaran secara inovatif yang mampu memberikan pengalaman yang berguna bagi
peserta didik, kita perlu memperhatikan komponen penting dalam proses
pembelajaran. Dari proses komponen pembelajaran tersebut, guru dapat merencanakan
kegiatan dan model pembelajaran yang relevan dengan tujuan belajar.
Menurut Gagne (1975) mengemukakan bahwa
:
Proses belajar
yang baik diawali dari fase motivasi. Jika motivasi tidak ada pada peserta
didik, sulit akan diharapkan terjadi proses belajar dalam diri mereka. Dari
motivasi ini akan melahirkan harapan-harapan yang tinggi, menurut teori dan
berbagai penelitian, ada kemungkinan untuk berhasil dalam belajarnya. Oleh
sebab itu, tugas utama guru dalam melakukan inovasi pembelajaran untuk terjadinya
hasil belajar yang optimal pada siswa ialah menghidupkan motivasi belajar pada
peserta didik (Hamzan dan Nurdin Mohamad, 2012: 304).
Pembelajaran inovatif adalah suatu
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran
pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Pembelajaran inovatif
lebih mengarah pada pembelajarn yang berpusat pada peserta didik (student centered). Proses pembelajaran
dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk peserta didik agar belajar. Dalam
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, pemahaman konteks peserta didik
menjadi bagian yang sangat penting. Karena, dari sinilah seluruh rancangan
proses pembelajarn dimulai. Hubungan antara guru dengan peserta didik menjadi
hubungan yang saling membangun. Otonomi peserta didik sebagai pribadi dan
subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses
pembelajaran. Pembelajaran semacam ini disebut dengan pembelajaran aktif.
Pembelajaran aktif merupakan proses
pembelajarn di mana seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang
sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan juga
mengemukakan gagasan-gagasannya. Disamping aktif, pembelajaran juga harus
menyenangkan. Pembelajaran menyenangkan berkaitan erat dengan suasana belajar
yang menyenangkan. Sehingga, peserta didik dapat memusatkan perhatiannya secara
penuh pada belajarnya. Keadaan yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup, jika
proses pembelajaran tidak efektif. Yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai
oleh para peserta didik. Sebab, pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang
harus dicapai. Untuk mencapai tujuan dan menghasilkan apa yang harus dikuasai
peserta didik. Maka, ada beberapa model pembelajaran inovatif yang dapat di
terapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Adapun salah satu dari model
pembelajaran inovatif adalah model pembelajaran cooperative integrated reading
and composition (CIRC) (Hamzan dan Nurdin Mohamad, 2012: 105-115).
Model pembelajaran cooperative
integrated reading and composition (CIRC) atau kooperatif terpadu membaca dan
menulis dari Steven dan Slavin (1995) mengatakan bahwa :
“Model pembelajaran untuk melatih
kemampuan peserta didik secara terpadu antara membaca dan menemukan ide pokok
suatu wacana atau kliping tertentu dan memberikan tanggapan terhadap wacana
atau kliping secara tertulis”.
Adapun langkah-langkahnya. Yaitu sebagai
berikut : a. Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen,
b. Guru memberikan wacana atau kliping sesuai dengan topik pembelajaran, c.
Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide-ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana atau kliping dan ditulis pada lembar kertas,
d. Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok, e. Guru membuat kesimpulan
bersama, dan f. Penutup (Komalasari Kokom, 2010: 67).
Model ini dikembangkan untuk
meningkatkan kesempatan peserta didik untuk membaca dengan keras dan menerima
umpan balik dari kegiatan membaca mereka dengan membuat para peserta didik
membaca untuk teman satu timnya dengan melatih mereka mengenai saling merespons
kegiatan membaca mereka dan menuliskan ide-ide pokok yang ada di dalam wacana
atau kliping atau materi yang diberikan oleh guru. Model tersebut mengutaman
kerja sama dalam kelompok atau tim dan saling membantu untuk mencapai tujuan
bersama. Kelompok tersebut dibentuk secara heterogen, baik jenis kelamin maupun
kemampuan membaca dan menulis peserta didik. Setiap kelompok terdiri dari dua
sampai empat orang peserta didik. Pengaturan ruangan tidak diatur secara
klasikal tetapi dibagi dalam kelompok-kelompok kecil.
Adapun tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran cooperative integrated reading and composition (CIRC). Yaitu : a.
Tahan I, mengidentifikasikan topik dan mengorganisasikan ke dalam kelompok
kerja, b. Tahap II, merencanakan kegiatan kelompok, c. Tahap III, melaksanakan
pembelajaran, d. Tahap IV, mempersiapkan laporan akhir, e. Tahap V, menyajikan
laporan, dan f. Tahap VI, evaluasi.
Keberhasilan di dalam belajar kelompok,
baik secara individual maupun secara kelompok (Slavin, 1984). Sehubungan dengan
pengertian tersebut, Jhonson, et.al., 1994; Hamid Hasan, 1996 menegaskan bahwa
:
“Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan
kelompok kecil, dua sampai lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
anggota lainnya dalam kelompok”. (Komalasari Kokom, 2010: 62).
Adapun salah satu model dari
pembelajaraan kooperatif adalah cooperative integrated reading and composition
(CIRC) yang merupakan kooperatif terpadu membaca dan menulis dari Steven dan
Slavin (1995).
No comments:
Post a Comment