Metode Inquiry
Inquiry adalah salah satu metode pengajaran dengan cara guru
menyuguhkan suatu peristiwa kepada siswa yang menimbulkan teka-teki, dan
memotivasi siswa untuk mencari pemecahan masalah. Metode inquiry ditelusuri dari fakta menuju teori
dengan harapan agar siswa terangsang untuk mencari dan meneliti serta memecahkan
masalah dengan kemampuannya sendiri.
Menurut Sumantri (1998:164) metode inquiri atau
metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode
penemuan melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental dalam rangka
penemuan memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi
yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Nurhadi (2004:122) berpendapat dalam
pembelajaran dengan penemuan/inquiry, siswa didorong untuk belajar
sebagaian besar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk
diri mereka.
Phillips
(dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan inquiry merupakan pendekatan
pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran
dengan pendekatan ini sangat terinegrasi meliputi penerapan proses sains yang
menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis.
Sanjaya (2008:196) berpendapat strategi pembelajaran
inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Menyimak
pendapat para ahli tersebut tentang
metode inquiry, meskipun dengan rumusan yang berbeda-beda namun dari
segi makna tidak saling bertentangan karena sama-sama memberikan tekanan bahwa
metode inquiry itu adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu masalah secara keritis,
logis, dan analis sehingga siswa dapat menemukan jawaban atau pemecahan dari
masalah tersebut.
Kondisi - kondisi umum yang merupakan syarat
bagi timbulnya kegiatan inquiry bagi siswa, menurut pendapat Joyce
(dalam Sudraja, 2008) adalah : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana
bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada
hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai
evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan
reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis,
Dalam proses inquiry dilakukan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah
Kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran
terhadap masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah.
2. Mengembangkan hipotesis
Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan
hipotesis ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh,
(b) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis, dan merumuskan
hipotesis.
3.
Menguji jawaban
tentatif
Kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit
peristiwa, terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan,
mengumpulkan data, dan mengevaluasi data,
(b) menyusun data, terdiri dari : mentranslasikan data,
menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data, (c) analisis data, terdiri
dari : melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan
trend, sekuensi, dan keteraturan.
4.
Menarik
kesimpulan
Kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan
makna hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan
5.
Menerapkan
kesimpulan dan generalisasi
Guru dalam mengembangkan sikap inquiry di kelas
mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan
fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok,
serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
No comments:
Post a Comment