Permainan sebaiknya diberikan sebagai fasilitas media pembelajaran yang
sekirannya membuat anak merasa senang, bebas, dan tidak terganggu seiring
dengan pendapat Hurlock (Suyadi, 2010:213) bahwa permainan adalah
aktivitas-aktivitas untuk memperoleh kesenangan. Permainan identik dengan dunia
anak, dengan permainan anak beraktivitas dan bersosialisasi dengan lingkungan.
Permainan dapat menumbuhkan imajinasi dan kreativitas anak sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Melalui permainan anak mendapatkan pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan. Dalam prakteknya, banyak cara untuk melakukan
kegiatan permainan tersebut. Ada yang menggunakan media atau alat, ada juga
yang tidak. Pada dasarnya setiap kegiatan permainan membawa dampak positif
terhadap perkembangan anak.
Menurut Zulkifli (2006: 38) Permainan adalah
“Kesibukan yang dipilih sendiri tanpa ada unsur paksaan, tanpa didesak
oleh rasa tanggung jawab. Permainan anak semakin lincah mengenal objek (benda)
yang dilihat dan dipegangnya. Selain itu, permainan dapat mencegah kebosanan
atau kejenuhan dalam pembelajaran. Permainan yang baik dapat mendorong tumbuh
kembang anak dan permainan yang dapat menyesuaikan dengan karakter anak.
Permainan anak tidak boleh
terlalu sulit karena akan membuatnya frustasi. Jika teralu mudah, akan
membuatnya bosan.”
Menurut
Muliawan (2009: 16) permainan adalah situasi atau kondisi tertentu pada saat
seseorang mencari kesenangan atau kepuasan melalui suatu aktivitas yang disebut
“main”. Wujud dari suatu permainan dapat berbentuk benda kongkret,
misalkan: permainan balok-balok, boneka, rumah-rumahan, aneka peralatan masak, puzzle
bahkan kardus-kardus yang dapat digunakan berulang kali dengan aneka macam
cara, oleh anak di segala usia.
Ilmu pengetahuan dapat diperoleh anak dengan berbagai aktivitas permainan
yang menarik. Memilih permainan yang tepat juga mendukung proses belajar anak.
Misalnya memilihkan permainan puzzle yang akan melatihnya untuk
menyelesaikan masalah. Bisa juga memberikannya buku mewarnai, mainan yang bisa
dibentuk-bentuk sesuai
keinginan yang akan melatih lebih kreatif untuk membuat suatu benda dan
lainnya. Anak usia dini tentu saja belajar sambil bermain dan tidak mutlak
benar-benar belajar. Anak-anak usia dini bisa diajari untuk mengenal warna.
Bisa dengan permainan warna-warni, gambar-gambar buah dengan warna mencolok dan
lainnya. Anda bisa mengulanginya untuk permainan esok hari, sehingga membantu
anak untuk mengingat.
Perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor kematangan dan proses belajar.
Anak berada dimasa peka maka orangtua dan guru harus tanggap, untuk segera
memberikan layanan dan bimbingan. Kebutuhan anak dapat terpenuhi dan
tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan ana yang optimal. Menurut
Rismawati (2012: 142) aktivitas-aktivtas permainan yang bermutu dapat
memberikan stimulasi maksimal bagi otak anak. Beberapa permainan bagi anak
memberikan manfaat bagi perkembangan dan keseimbangan otak anak (otak kiri,
kanan, dan tengah), sehingga pada perkembangan otak tersebut berpengaruh
terhadap perilaku anak di masa yang akan datang (setelah dewasa nanti).
Usia dini merupakan tahap perkembangan dimana periode pertumbuhan otak
anak tersebut masih dalam masa subur. Sebagai orang tua dan guru tentunya harus
tahu permainan yang cocok untuk anak usia dini, sehingga dapat merangsang
perkembangan sel otak anak - anak. Anak yang cerdas merupakan anak aktif yang
memiliki kemampuan keseimbangan antara intelegensi (IQ), kecerdasan emosi (EQ),
dan kecerdasan spiritual (SQ). Banyak sekali jenis permainan yang dapat di
mainkan oleh anak-anak. Baik itu permainan yang di mainkan secara individual
maupun secara berkelompok. Permainan tersebut terus berkembang dan tersebar di
seluruh wilayah.
Guru dan orang
tua dapat menentukan permainan, baik untuk kegiatan di sekolah maupun di rumah.
Permainan yang dipilih tetap mengandung nilai-nilai kreativitas, edukasi,
kompetisi, sportivitas, semangat kebersamaan. Menurut Soebachman (2012: 31) ada
beberapa hal yang hendak dipertimbangkan ketika memilih permainan untuk anak.
Berikut adalah panduan untuk memilih perminan yang tepat bagi anak:
a.
Pilih mainan diatas segala-galanya, menyenangkan dan jangan
terlalu memaksakan anak.
b.
Pilih permainan yang sesuai dengan usia, perhatian, dan kemampuan
anak untuk memperoleh manfaat yang maksimal dan permainan yang sesuai dengan
tahap perkembangan anak.
c.
Melihat permainan sesuai dengan minat anak untuk menarik anak
mengeksplor dirinya secara bebas tanpa adanya tekanan.
d.
Pilih permainan yang serbaguna yang tidak hanya mengandalkan anak
memencet tombol saja kemudian menontonnya, sebab anak tidak akan tahu apa yang harus
dilakukan anak dengan permainan tersebut.
e.
Periksalah daya tahan dan keamanannya, memilih permainan tidak
harus mahal kalau permainan tersebut hanya bisa diberikan beberapa saat saja
dan dapat membahayakan anak.
Memilih
permainan anak harus mempertimbangkan tingkat keamananya. Pada dasarnya
permainan tidak boleh memiliki sudut yang tajam, bagian-bagian yang tidak mudah
patah atau pecah yang dapat menimbulkan luka pada anak, berukuran cukup besar
sehingga tidak dapat dimasukkan ke mulut atau ditelan. Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa permainan adalah suatu alat serbaguna dengan jangkauan
luas bagi anak untuk menjelajahi dan mencari informasi baru secara aman, media
yang baik untuk merangsang keseluruhan fungsi indera yang dapat membantu mengembangkan
kemampuan anak.
Memberikan permainan secara bergantian merupakan sesuatu yang sentral
dari gerak perkembangan anak yang terletak pada pola permainan yang diberikan.
Permainan diberikan kepada anak karena pemahaman daya nalar mereka belum berfungsi secara
optimal. Menurut Chayatie (2010: 15) tujuan dari permainan antara lain:
a.
Icebreaker
Memberi
peluang kepada peserta untuk memperkenalkan diri satu sama lain dan menuntun
mereka ke pokok permasalahan.
b.
Membangun kerja sama tim
Latihan
ini di gunakan untuk memperbaiki hubungan masing-masing individu dan sekelompok
di dalam suatu kelompok.
c.
Komunikasi
Latihan yang di gunakan untuk komunikasi di rancang agar peserta
dapat mengetahui keterampilan komunikasi mana yang dapat diperbaiki.
d.
Kemampuan fasilitatoratau presentasi
Keterampilan memfasilitasi ditujukan kepada orang yang perlu
mengembangkan atau memperbaiki kemampuan mereka berbicara dimuka umum atau
presentasi.
e.
Latihan pembangkit semangat
Latihan ini dapat digunakan kapan saja jika anda melihat peserta
sudah mulai kehilangan minatnya atau mengantuk.
f.
Pembelajaran
Latihan ini dirancang bagi
para peserta agar dapat melihat sikap atau gaya belajar mana yang memerlukan
perbaikan.
g. Persepsi
Latihan persepsi umumnya menyenangkan bagi setiap orang yang
menggunakannya.
h. Evaluasi
Sebagian besar latihan evaluasi ditujukan kepada para peserta
untuk mengevaluasi diri sendiri atau program.
i. Manajemen diri
Latihan ini memberikan
peluang kepada peserta untuk memahami bagaimana mereka dapat memperbaiki teknik
pengembangan diri mereka sendiri.
Menurut Piaget dalam Suyanto (2005: 161) dengan belajar matematika anak
dapat memahami bahasa matematika dan penggunaannya untuk berfikir. Kecerdasan
logika-matematika merupakan bagian dari perkembangan kognitif yang sangat
dibutuhkan oleh anak. Anak senang sekali bermain, dengan bermain anak dapat
menyalurkan perasaannya, menambah kemampuan serta kecerdasannya. Untuk itu,
perlu ada permainan yang bisa meningkatkan kecerdasan anak.
Sujiono (2010: 6.16) mengemukakan tentang pengembangan kecerdasan
logika-matematika melalui permainan penuh strategi dan eksperimen seperti
permainan mengelompokkan benda, mengenal dan mempelajari bilangan, bermain
kartu dan lain-lain.
Suyanto (2005: 162) mengemukakan secara umum konsep matematika untuk anak
usia dini diantaranya:
- Memilih,
membandingkan dan mengurutkan, misalnya memilih buah yang berukuran pendek
saja/panjang saja
- Klasifikasi,
yaitu mengelompokkan harta karun ke dalam beberapa kelompok misalnya benda
bentuknya lonjong/bulat.
- Menghitung,
yaitu menghubungkan antara benda dengan konsep bilangan, dimulai dari
satu, dua, tiga, dan seterusnya, lalu dilanjutkan dengan kelipatan dua,
empat, enam, delapan, sepuluh.
- Angka,
yaitu simbol dari kuantitas. Anak bisa menghubungkan antara banyaknya
benda dengan simbol angka
Menurut
Depdiknas (2000: 1) tujuan permainan matematika itu untuk menumbuhkembangkan
keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dengan
permainan inilah dapat membantu anak untuk memahami keterampilan berhitung
tersebut. Jadi, tujuan permainan ini adalah untuk menumbuhkembangkan
keterampilan berhitung sejak dini dan melatih anak agar dapat berfikir logis
dan sistematis.
Dalam teorinya
Parten dalam Dokket an Fleer (2000;14) memandang bahwa kegiatan bermain adalah
sarana sosialisasi. Diharapkan dalam bermain memberi kesempatan anak
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar
secara menyenangkan. Teori ini sangat tepat jika diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran matematika. Hal tersebut dimaksudkan agar anak dapat langsung
bereksplorasi dan berimajinasi sehingga pembelajaran matematika menjadi
menyenangkan.
Berdasarkan beberapa jenis permainan yang dapat memacu daya pikir dan daya kreativitas anak. Permainan ini mengandung nilai
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keseluruhan tahap perkembangan yang
dimiliki anak peneliti menggunakan permainan mencari harta karun sebagai
permainan yang tepat untuk meningkatkan pengenalan geometri anak sebab anak
harus mencari bentuk-bentuk yang sesuai dengan yang ada di papan tulis yang
disembunyikan dalam jerami kertas membantu anak secara aktif
mengembangkan kemampuan membuat kesimpulan dari sebuah masalah, memahami ciri
fisik obyek (bentuk, warna, ukuran, dan lain-lain) secara detail, dan gagasan
bahwa obyek yang utuh sebenarnya tersusun dari bagian-bagian yang kecil.
No comments:
Post a Comment