Thursday, February 23, 2017

Permainan dalam Pembelajaran Matematika


Permainan sebaiknya diberikan sebagai fasilitas media pembelajaran yang sekirannya membuat anak merasa senang, bebas, dan tidak terganggu seiring dengan pendapat Hurlock (Suyadi, 2010:213) bahwa permainan adalah aktivitas-aktivitas untuk memperoleh kesenangan. Permainan identik dengan dunia anak, dengan permainan anak beraktivitas dan bersosialisasi dengan lingkungan. Permainan dapat menumbuhkan imajinasi dan kreativitas anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Melalui permainan anak mendapatkan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Dalam prakteknya, banyak cara untuk melakukan kegiatan permainan tersebut. Ada yang menggunakan media atau alat, ada juga yang tidak. Pada dasarnya setiap kegiatan permainan membawa dampak positif terhadap perkembangan anak.
Menurut Zulkifli (2006: 38) Permainan adalah
“Kesibukan yang dipilih sendiri tanpa ada unsur paksaan, tanpa didesak oleh rasa tanggung jawab. Permainan anak semakin lincah mengenal objek (benda) yang dilihat dan dipegangnya. Selain itu, permainan dapat mencegah kebosanan atau kejenuhan dalam pembelajaran. Permainan yang baik dapat mendorong tumbuh kembang anak dan permainan yang dapat menyesuaikan dengan karakter anak. Permainan anak tidak boleh terlalu sulit karena akan membuatnya frustasi. Jika teralu mudah, akan membuatnya bosan.”

Menurut Muliawan (2009: 16) permainan adalah situasi atau kondisi tertentu pada saat seseorang mencari kesenangan atau kepuasan melalui suatu aktivitas yang disebut “main”. Wujud dari suatu permainan dapat berbentuk benda kongkret, misalkan: permainan balok-balok, boneka, rumah-rumahan, aneka peralatan masak, puzzle bahkan kardus-kardus yang dapat digunakan berulang kali dengan aneka macam cara, oleh anak di segala usia.
Ilmu pengetahuan dapat diperoleh anak dengan berbagai aktivitas permainan yang menarik. Memilih permainan yang tepat juga mendukung proses belajar anak. Misalnya memilihkan permainan puzzle yang akan melatihnya untuk menyelesaikan masalah. Bisa juga memberikannya buku mewarnai, mainan yang bisa dibentuk-bentuk sesuai keinginan yang akan melatih lebih kreatif untuk membuat suatu benda dan lainnya. Anak usia dini tentu saja belajar sambil bermain dan tidak mutlak benar-benar belajar. Anak-anak usia dini bisa diajari untuk mengenal warna. Bisa dengan permainan warna-warni, gambar-gambar buah dengan warna mencolok dan lainnya. Anda bisa mengulanginya untuk permainan esok hari, sehingga membantu anak untuk mengingat.
Perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor kematangan dan proses belajar. Anak berada dimasa peka maka orangtua dan guru harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan. Kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan ana yang optimal. Menurut Rismawati (2012: 142) aktivitas-aktivtas permainan yang bermutu dapat memberikan stimulasi maksimal bagi otak anak. Beberapa permainan bagi anak memberikan manfaat bagi perkembangan dan keseimbangan otak anak (otak kiri, kanan, dan tengah), sehingga pada perkembangan otak tersebut berpengaruh terhadap perilaku anak di masa yang akan datang (setelah dewasa nanti).
Usia dini merupakan tahap perkembangan dimana periode pertumbuhan otak anak tersebut masih dalam masa subur. Sebagai orang tua dan guru tentunya harus tahu permainan yang cocok untuk anak usia dini, sehingga dapat merangsang perkembangan sel otak anak - anak. Anak yang cerdas merupakan anak aktif yang memiliki kemampuan keseimbangan antara intelegensi (IQ), kecerdasan emosi (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Banyak sekali jenis permainan yang dapat di mainkan oleh anak-anak. Baik itu permainan yang di mainkan secara individual maupun secara berkelompok. Permainan tersebut terus berkembang dan tersebar di seluruh wilayah.
Guru dan orang tua dapat menentukan permainan, baik untuk kegiatan di sekolah maupun di rumah. Permainan yang dipilih tetap mengandung nilai-nilai kreativitas, edukasi, kompetisi, sportivitas, semangat kebersamaan. Menurut Soebachman (2012: 31) ada beberapa hal yang hendak dipertimbangkan ketika memilih permainan untuk anak. Berikut adalah panduan untuk memilih perminan yang tepat bagi anak:
a.      Pilih mainan diatas segala-galanya, menyenangkan dan jangan terlalu memaksakan anak.
b.      Pilih permainan yang sesuai dengan usia, perhatian, dan kemampuan anak untuk memperoleh manfaat yang maksimal dan permainan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
c.      Melihat permainan sesuai dengan minat anak untuk menarik anak mengeksplor dirinya secara bebas tanpa adanya tekanan.
d.     Pilih permainan yang serbaguna yang tidak hanya mengandalkan anak memencet tombol saja kemudian menontonnya, sebab anak tidak akan tahu apa yang harus dilakukan anak dengan permainan tersebut.
e.      Periksalah daya tahan dan keamanannya, memilih permainan tidak harus mahal kalau permainan tersebut hanya bisa diberikan beberapa saat saja dan dapat membahayakan anak.
Memilih permainan anak harus mempertimbangkan tingkat keamananya. Pada dasarnya permainan tidak boleh memiliki sudut yang tajam, bagian-bagian yang tidak mudah patah atau pecah yang dapat menimbulkan luka pada anak, berukuran cukup besar sehingga tidak dapat dimasukkan ke mulut atau ditelan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan adalah suatu alat serbaguna dengan jangkauan luas bagi anak untuk menjelajahi dan mencari informasi baru secara aman, media yang baik untuk merangsang keseluruhan fungsi indera yang dapat membantu mengembangkan kemampuan anak.
Memberikan permainan secara bergantian merupakan sesuatu yang sentral dari gerak perkembangan anak yang terletak pada pola permainan yang diberikan. Permainan diberikan kepada anak karena pemahaman daya nalar mereka belum berfungsi secara optimal. Menurut Chayatie (2010: 15) tujuan dari permainan antara lain:
a. Icebreaker
Memberi peluang kepada peserta untuk memperkenalkan diri satu sama lain dan menuntun mereka ke pokok permasalahan.
b. Membangun kerja sama tim
Latihan ini di gunakan untuk memperbaiki hubungan masing-masing individu dan sekelompok di dalam suatu kelompok.
c. Komunikasi
Latihan yang di gunakan untuk komunikasi di rancang agar peserta dapat mengetahui keterampilan komunikasi mana yang dapat diperbaiki.
d. Kemampuan fasilitatoratau presentasi
Keterampilan memfasilitasi ditujukan kepada orang yang perlu mengembangkan atau memperbaiki kemampuan mereka berbicara dimuka umum atau presentasi.
e. Latihan pembangkit semangat
Latihan ini dapat digunakan kapan saja jika anda melihat peserta sudah mulai kehilangan minatnya atau mengantuk.

f. Pembelajaran
Latihan ini dirancang bagi para peserta agar dapat melihat sikap atau gaya belajar mana yang memerlukan perbaikan.
g. Persepsi
Latihan persepsi umumnya menyenangkan bagi setiap orang yang menggunakannya.
h. Evaluasi
Sebagian besar latihan evaluasi ditujukan kepada para peserta untuk mengevaluasi diri sendiri atau program.
i. Manajemen diri
Latihan ini memberikan peluang kepada peserta untuk memahami bagaimana mereka dapat memperbaiki teknik pengembangan diri mereka sendiri.
Menurut Piaget dalam Suyanto (2005: 161) dengan belajar matematika anak dapat memahami bahasa matematika dan penggunaannya untuk berfikir. Kecerdasan logika-matematika merupakan bagian dari perkembangan kognitif yang sangat dibutuhkan oleh anak. Anak senang sekali bermain, dengan bermain anak dapat menyalurkan perasaannya, menambah kemampuan serta kecerdasannya. Untuk itu, perlu ada permainan yang bisa meningkatkan kecerdasan anak.
Sujiono (2010: 6.16) mengemukakan tentang pengembangan kecerdasan logika-matematika melalui permainan penuh strategi dan eksperimen seperti permainan mengelompokkan benda, mengenal dan mempelajari bilangan, bermain kartu dan lain-lain.
Suyanto (2005: 162) mengemukakan secara umum konsep matematika untuk anak usia dini diantaranya:
  1. Memilih, membandingkan dan mengurutkan, misalnya memilih buah yang berukuran pendek saja/panjang saja
  2. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan harta karun ke dalam beberapa kelompok misalnya benda bentuknya lonjong/bulat.
  3. Menghitung, yaitu menghubungkan antara benda dengan konsep bilangan, dimulai dari satu, dua, tiga, dan seterusnya, lalu dilanjutkan dengan kelipatan dua, empat, enam, delapan, sepuluh.
  4. Angka, yaitu simbol dari kuantitas. Anak bisa menghubungkan antara banyaknya benda dengan simbol angka
Menurut Depdiknas (2000: 1) tujuan permainan matematika itu untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dengan permainan inilah dapat membantu anak untuk memahami keterampilan berhitung tersebut. Jadi, tujuan permainan ini adalah untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung sejak dini dan melatih anak agar dapat berfikir logis dan sistematis.
Dalam teorinya Parten dalam Dokket an Fleer (2000;14) memandang bahwa kegiatan bermain adalah sarana sosialisasi. Diharapkan dalam bermain memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Teori ini sangat tepat jika diterapkan oleh guru dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut dimaksudkan agar anak dapat langsung bereksplorasi dan berimajinasi sehingga pembelajaran matematika menjadi menyenangkan.
Berdasarkan beberapa jenis permainan yang dapat  memacu daya pikir dan daya kreativitas anak. Permainan ini mengandung nilai pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keseluruhan tahap perkembangan yang dimiliki anak peneliti menggunakan permainan mencari harta karun sebagai permainan yang tepat untuk meningkatkan pengenalan geometri anak sebab anak harus mencari bentuk-bentuk yang sesuai dengan yang ada di papan tulis yang disembunyikan dalam jerami kertas membantu anak secara aktif mengembangkan kemampuan membuat kesimpulan dari sebuah masalah, memahami ciri fisik obyek (bentuk, warna, ukuran, dan lain-lain) secara detail, dan gagasan bahwa obyek yang utuh sebenarnya tersusun dari bagian-bagian yang kecil.

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive