Dengan perkembangan ilmu dan
teknologi telah mengubah kehidupan masyarakat. Sehingga memberikan dampak dari
perubahan tersebut, fungsi seni yang erat kaitannya dengan adat istiadat pun
semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan seni tradisional lambat laun mengalami
kepunahan. Peristiwa kesenian yang menggambarkan perubahan itu terlihat pada
seni angklung. Angklung merupakan salah satu jenis kesenian yang erat kaitannya
dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat. Namun kepercayaan masyarakat
mengalami perubahan. Di beberapa desa, angklung berfungsi sebagai sarana ritual
padi bergeser fungsinya mengarah ke tontonan aneka hajatan. Di kota, angklung
menjadi tontonan komoditi untuk menghasilkan uang. Berdasarkan permasalahan
tersebut maka diperlukan suatu orientasi baru dalam pendidikan seni agar
membawa generasi muda agar dapat menghargai dan memahami budayanya. (Masunah:
2003)
Angklung merupakan salah
satu alat musik yang dapat digunakan pada pendidikan di sekolah. Oleh karena
itu, penggunaannya dapat dijadikan sebagai media pembelajaran musik. Pada saat
ini angklung yang biasanya digunakan adalah angklung Padaeng Sutigna. Karena
angklung Padaeng Sutigna merupakan angklung yang dikenal sekitar tahun 1938,
yang menggunakan nada diatonis sehingga dapat memainkan berbagai jenis musik
nasional maupun internasional. Selain itu angklung Padaeng Sutigna dapat
bermain dengan ensembel dengan alat musik lainnya.
Kegiatan pembelajaran
angklung di sekolah atau lembaga yang bergerak di bidang musik sampai saat ini
mengalami peningkatan yang sangat pesat. Salah satu sanggar kesenian yang rutin
mengadakan pembelajaran angklung adalah Saung Angklung Udjo. Selain di sanggar
kesenian sekarang ini hampir di setiap sekolah mulai dai TK, SD, SMP, SMA
sampai perguruan tinggi mengadakan pembelajaran angklung. Hal ini menjadikan
angklung sebagai alat pembelajaran yang mudah ditemui di berbagai lembaga.
Dipilihnya angklung sebagai
bahan pembelajaran didasarkan pada beberapa factor, diantaranya karena angklung
merupakan salah satu jenis kesenian yang cukup dikenal oleh masyarakat,
khususnya masyarakat Jawa Barat. Dilihat dari peralatannya musik angklung
dipandang lebih efisien untuk keperluan pendidikan karena angklung memiliki
karakter sajian khusus, mudah dibawa dan dapat dimainkan secara berkelompok.
Di sekolah angklung yang digunakan untuk
kegiatan ekstrakurikuler adalah angklung Padaeng Sutigna. Seperti yang
dipaparkan di atas angklung ini menggunakan nada diatonis dan sering
digabungkan dengan alat musik seperti keyboard, pianika, gitar dan lainnya.
Teknik Bermain Angklung
Berdasarkan
pendapat yang dikemukakan oleh Masunah (1999:9) bahwa “angklung adalah alat
yang dibuat dari bambu yang dibunyikan dengan cara digoyangkan, digetarkan dan
dihentakkan atau ditengkep”. Oleh karena itu angklung sangat fleksibel, maka
lagu dengan jenis apapun diatonis maupun diatonis dapat dimainkan. Seperti pada
umumnya angklung dimainkan dengan cara digetarkan dan menghasilkan bunyi yang
baik. Berikut ini terdapat beberapa teknik yang dapat diterapkan dalam bermain
angklung:
a.
Memegang
angklung
Angklung
dapat dipegang dengan cara sebagai berikut (jika kidal diperlakukan
sebaliknya). Tangan kiri berfungsi memegang angklung dan tangan kanan bertugas
menggetarkan angklung. Tangan kiri dapat memegang angklung dengan cara memegang
simpul pertemuan dua tiang angklung vertikal dan horisontal (yang berada di
tengah), sehingga angklung dipegang tepat di tengah-tengah. Hal ini dapat
dilakukan baik dengan genggaman tangan dan telapak tangan menghadap ke atas
atau ke bawah. Posisi angklung dipegang sebaiknya tegak, sejajar dengan tubuh,
dengan jarak angklung dari tubuh cukup jauh, agar angklung dapat digetarkan
dengan baik dan maksimal. Tangan kanan selanjutnya memegang ujung tabung dasar
angklung (horisontal) dan siap menggetarkan angklung.
b.
Cara memegang
lebih dari satu angklung
Untuk
pemain yang memgang angklung lebih dari satu, maka dapat dilakukan dengan cara
memegang angklung sebagai berikut: Angklung yang berukuran lebih besar dipegang
tangan kiri dengan posisi lebih dekat dengan tubuh, baik dengan cara dimasukan
ke dalam lengan di posisi lengan bawah atau dimasukkan ke dalam jari kiri
sehingga angklung yang lain dapat dipegang oleh jari tangan kiri lainnya dan
masing-masing angklung dapat dimainkan dengan baik.
c.
Cara membunyikan
angklung
Angklung
digetarkan oleh tangan kanan, dengan gataran ke kiri dan ke kanan, dengan
posisi angklung tetap tegak (horisontal), tidak miring agar suara angklung rata
dan nyaring. Sewaktu angklung digetarkan, sebaiknya dilakukan dengan frekuensi
getaran yang cukup sering, sehingga suara angklung lebih halus dan rata.
Meskipun memainkan angklung bisa sambil duduk, tetapi pemain memainkan angklung
sambil berdiri agar hasil permainan lebih baik. Disarankan juga pada saat
memulai latihan, dapat dimulai dengan latihan pemanasan, yaitu membunyikan
angklung bersama-sama dengan melatih nada-nada pendek dan panjang secara
bersama selama tiga sampai lima menit setiap latihan.
Beberapa cara
memainkan angklung
Sekurang-kurangnya
terdapat dua cara yang paling umum tentang memainkan alat musik angklung, yaitu
dengan digetarkan (dibunyikan putus-putus atau centok). Berikut disampaikan
beberapa teknik yang dapat dipergunakan untuk bermain angklung dengan baik:
1)
Menggetarkan
angklung
Angklung
dibunyikan dengan cara panjang sesuai nilai nada yang dimainkan.
2)
Membunyikan
putus-putus, dipukul (centok)
Angklung
tidak digetarkan, melainkan dipukul ujung tabung dasar horisontalnya oleh
telapak tangan kanan untuk menghasikan centok (seperti suara pukulan). Hal ini
berguna untuk memainkan nada-nada pendek seperti nada musik pizzicato.
3)
Tengkep
Angklung
dibunyikan dengan digetarkan secara panjang sesuai nilai nada yang dimainkan,
tetapi tidak seperti biasanya tabung kecil ditutup oleh salah satu jari tangan
kiri sehingga tidak berbunyi (yang berbunyi hanya tabung besar saja). Hal ini
dimaksudkan supaya dapt dihasilkan nada yang lebih halus sesuai keperluan musik
yang akan dimainkan (misalkan untuk tanda dinamika piano).
4)
Menyambung
Seperti
disampaikan oleh Bapak Daeng Soetigna, maka dianjurkan untuk membunyikan
angklung secara menyambung. Hal ini dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
Bila ada dua nada yang dimainkan berurutan, maka agar terdengar menyambung maka
nada yang dibunyikan pertama dibunyikan sedikit lebih panjang dari nilai
nadanya, sehingga saat nada kedua mulai dimainkan, nada pertama masih berbunyi
sedikit, sehingga alunan nadanya terdengar menyambung dan tidak putus.
5)
Dinamika (keras
dan pelan)
Sesuai
kebutuhan lagu, angklung dapat dimainkan pelan (piano) atau keras (forte).
Disarankan untuk kedua jenis dinamika ini sebaiknya frekuensi getaran angklung
per detik tetap sama jumlahnya, sedangkan yang berbeda adalah jarak ayunan
angklung oleh tangan kanan yang selanjutnya akan menentukan amplitude getaran
dan menyebabkan keras atau pelannya nada yang dimainkan.
No comments:
Post a Comment