Friday, February 24, 2017

Pembelajaran Angklung


Dengan perkembangan ilmu dan teknologi telah mengubah kehidupan masyarakat. Sehingga memberikan dampak dari perubahan tersebut, fungsi seni yang erat kaitannya dengan adat istiadat pun semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan seni tradisional lambat laun mengalami kepunahan. Peristiwa kesenian yang menggambarkan perubahan itu terlihat pada seni angklung. Angklung merupakan salah satu jenis kesenian yang erat kaitannya dengan adat istiadat dan kepercayaan masyarakat. Namun kepercayaan masyarakat mengalami perubahan. Di beberapa desa, angklung berfungsi sebagai sarana ritual padi bergeser fungsinya mengarah ke tontonan aneka hajatan. Di kota, angklung menjadi tontonan komoditi untuk menghasilkan uang. Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan suatu orientasi baru dalam pendidikan seni agar membawa generasi muda agar dapat menghargai dan memahami budayanya. (Masunah: 2003)
Angklung merupakan salah satu alat musik yang dapat digunakan pada pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, penggunaannya dapat dijadikan sebagai media pembelajaran musik. Pada saat ini angklung yang biasanya digunakan adalah angklung Padaeng Sutigna. Karena angklung Padaeng Sutigna merupakan angklung yang dikenal sekitar tahun 1938, yang menggunakan nada diatonis sehingga dapat memainkan berbagai jenis musik nasional maupun internasional. Selain itu angklung Padaeng Sutigna dapat bermain dengan ensembel dengan alat musik lainnya.
Kegiatan pembelajaran angklung di sekolah atau lembaga yang bergerak di bidang musik sampai saat ini mengalami peningkatan yang sangat pesat. Salah satu sanggar kesenian yang rutin mengadakan pembelajaran angklung adalah Saung Angklung Udjo. Selain di sanggar kesenian sekarang ini hampir di setiap sekolah mulai dai TK, SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi mengadakan pembelajaran angklung. Hal ini menjadikan angklung sebagai alat pembelajaran yang mudah ditemui di berbagai lembaga.
Dipilihnya angklung sebagai bahan pembelajaran didasarkan pada beberapa factor, diantaranya karena angklung merupakan salah satu jenis kesenian yang cukup dikenal oleh masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Barat. Dilihat dari peralatannya musik angklung dipandang lebih efisien untuk keperluan pendidikan karena angklung memiliki karakter sajian khusus, mudah dibawa dan dapat dimainkan secara berkelompok.
Di sekolah angklung yang digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler adalah angklung Padaeng Sutigna. Seperti yang dipaparkan di atas angklung ini menggunakan nada diatonis dan sering digabungkan dengan alat musik seperti keyboard, pianika, gitar dan lainnya.  
Teknik Bermain Angklung
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Masunah (1999:9) bahwa “angklung adalah alat yang dibuat dari bambu yang dibunyikan dengan cara digoyangkan, digetarkan dan dihentakkan atau ditengkep”. Oleh karena itu angklung sangat fleksibel, maka lagu dengan jenis apapun diatonis maupun diatonis dapat dimainkan. Seperti pada umumnya angklung dimainkan dengan cara digetarkan dan menghasilkan bunyi yang baik. Berikut ini terdapat beberapa teknik yang dapat diterapkan dalam bermain angklung:
a.         Memegang angklung
Angklung dapat dipegang dengan cara sebagai berikut (jika kidal diperlakukan sebaliknya). Tangan kiri berfungsi memegang angklung dan tangan kanan bertugas menggetarkan angklung. Tangan kiri dapat memegang angklung dengan cara memegang simpul pertemuan dua tiang angklung vertikal dan horisontal (yang berada di tengah), sehingga angklung dipegang tepat di tengah-tengah. Hal ini dapat dilakukan baik dengan genggaman tangan dan telapak tangan menghadap ke atas atau ke bawah. Posisi angklung dipegang sebaiknya tegak, sejajar dengan tubuh, dengan jarak angklung dari tubuh cukup jauh, agar angklung dapat digetarkan dengan baik dan maksimal. Tangan kanan selanjutnya memegang ujung tabung dasar angklung (horisontal) dan siap menggetarkan angklung.

b.        Cara memegang lebih dari satu angklung
Untuk pemain yang memgang angklung lebih dari satu, maka dapat dilakukan dengan cara memegang angklung sebagai berikut: Angklung yang berukuran lebih besar dipegang tangan kiri dengan posisi lebih dekat dengan tubuh, baik dengan cara dimasukan ke dalam lengan di posisi lengan bawah atau dimasukkan ke dalam jari kiri sehingga angklung yang lain dapat dipegang oleh jari tangan kiri lainnya dan masing-masing angklung dapat dimainkan dengan baik. 

c.         Cara membunyikan angklung
Angklung digetarkan oleh tangan kanan, dengan gataran ke kiri dan ke kanan, dengan posisi angklung tetap tegak (horisontal), tidak miring agar suara angklung rata dan nyaring. Sewaktu angklung digetarkan, sebaiknya dilakukan dengan frekuensi getaran yang cukup sering, sehingga suara angklung lebih halus dan rata. Meskipun memainkan angklung bisa sambil duduk, tetapi pemain memainkan angklung sambil berdiri agar hasil permainan lebih baik. Disarankan juga pada saat memulai latihan, dapat dimulai dengan latihan pemanasan, yaitu membunyikan angklung bersama-sama dengan melatih nada-nada pendek dan panjang secara bersama selama tiga sampai lima menit setiap latihan.

         Beberapa cara memainkan angklung
Sekurang-kurangnya terdapat dua cara yang paling umum tentang memainkan alat musik angklung, yaitu dengan digetarkan (dibunyikan putus-putus atau centok). Berikut disampaikan beberapa teknik yang dapat dipergunakan untuk bermain angklung dengan baik:
1)        Menggetarkan angklung
Angklung dibunyikan dengan cara panjang sesuai nilai nada yang dimainkan.
2)        Membunyikan putus-putus, dipukul (centok)
Angklung tidak digetarkan, melainkan dipukul ujung tabung dasar horisontalnya oleh telapak tangan kanan untuk menghasikan centok (seperti suara pukulan). Hal ini berguna untuk memainkan nada-nada pendek seperti nada musik pizzicato.
3)        Tengkep
Angklung dibunyikan dengan digetarkan secara panjang sesuai nilai nada yang dimainkan, tetapi tidak seperti biasanya tabung kecil ditutup oleh salah satu jari tangan kiri sehingga tidak berbunyi (yang berbunyi hanya tabung besar saja). Hal ini dimaksudkan supaya dapt dihasilkan nada yang lebih halus sesuai keperluan musik yang akan dimainkan (misalkan untuk tanda dinamika piano).
4)        Menyambung
Seperti disampaikan oleh Bapak Daeng Soetigna, maka dianjurkan untuk membunyikan angklung secara menyambung. Hal ini dilakukan dengan teknik sebagai berikut: Bila ada dua nada yang dimainkan berurutan, maka agar terdengar menyambung maka nada yang dibunyikan pertama dibunyikan sedikit lebih panjang dari nilai nadanya, sehingga saat nada kedua mulai dimainkan, nada pertama masih berbunyi sedikit, sehingga alunan nadanya terdengar menyambung dan tidak putus.
5)        Dinamika (keras dan pelan)
Sesuai kebutuhan lagu, angklung dapat dimainkan pelan (piano) atau keras (forte). Disarankan untuk kedua jenis dinamika ini sebaiknya frekuensi getaran angklung per detik tetap sama jumlahnya, sedangkan yang berbeda adalah jarak ayunan angklung oleh tangan kanan yang selanjutnya akan menentukan amplitude getaran dan menyebabkan keras atau pelannya nada yang dimainkan.




No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive