Fabel dari Papua.
Dahulu kala burung kasuari tidak seperti yang kita kenal
saat ini. Dia memiliki sayap yang lebar dan kuat sehingga ia bisa mencari makan
di atas pohon yang tinggi tapi juga bisa dengan mudah mencari makan di atas
tanah. Kelebihannya ini membuat Kasuari menjadi burung yang sombong. Dia sering
berbuat curang saat berebut makanan dan tidak peduli jika teman-temannya yang
lain kelaparan gara-gara dia. Sayapnya yang lebar biasa dia gunakan untuk
menyembunyikan buah-buahan ranum di atas pohon, sehingga burung-burung lainnya
tidak bisa melihatnya. Atau dengan sengaja dia menjatuhkan buah-buahan ranum
itu ke tanah sehingga Cuma ia sendiri yang bisa menikmatinya. “Biar saja!”
pikirnya, “Salah sendiri kenapa mereka punya sayap yang pendek dan badan yang
kecil. Siapa cepat dia yang dapat.”
Tentu saja kesombongannya tidak disukai burung-burung
lainnya. Mereka menganggap Kasuari sudah keterlaluan dan keangkuhannya harus
segera dihentikan. Akhirnya para burung berkumpul untuk membahas masalah ini.
Setelah berbagai cara diajukan akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan
perlombaan terbang. Namun ternyata sulit menemukan lawan yang sebanding dengan
Kasuari. Tiba-tiba burung Dara Mahkota mengajukan diri untuk bertanding terbang
dengan Kasuari. Meskipun banyak yang meragukan kemampuannya karena Dara Mahkota
hanyalah burung kecil, tapi Dara Mahkota meyakinkan mereka bahwa dia mampu.
Mereka lalu mengirimkan tantangan tersebut kepada Kasuari.
Kasuari yang sangat yakin dengan kemampuannya langsung menyanggupi tantangan
tersebut tanpa repot-repot bertanya siapa lawannya.
“Pertandingannya akan diadakan minggu depan dan akan disaksikan semua warga burung!” kata burung pipit. “Yang bisa terbang paling jauh dan lama yang menang.”
“Ya ampun…kalo begitu pasti aku yang menang. Di hutan ini tidak ada yang memiliki sayap selebar dan sekuat punyaku. Jadi pasti aku yang menang,” kata Kasuari pongah. “Tapi baiklah aku terima tantangannya, lumayan buat olahrga!”
Burung pipit sebal mendengar jawaban Kasuari, tapi dia tahan emosinya. “Tapi ada ketentuannya. Sebelum bertanding, peserta boleh saling mematahkan sayap lawannya,” kata pipit. Kasuari pun menyetujuinya tanpa ragu-ragu.
“Pertandingannya akan diadakan minggu depan dan akan disaksikan semua warga burung!” kata burung pipit. “Yang bisa terbang paling jauh dan lama yang menang.”
“Ya ampun…kalo begitu pasti aku yang menang. Di hutan ini tidak ada yang memiliki sayap selebar dan sekuat punyaku. Jadi pasti aku yang menang,” kata Kasuari pongah. “Tapi baiklah aku terima tantangannya, lumayan buat olahrga!”
Burung pipit sebal mendengar jawaban Kasuari, tapi dia tahan emosinya. “Tapi ada ketentuannya. Sebelum bertanding, peserta boleh saling mematahkan sayap lawannya,” kata pipit. Kasuari pun menyetujuinya tanpa ragu-ragu.
Seminggu kemudian, warga burung berkumpul untuk meyaksikan
pertandingan terbang tersebut. Meski tidak terlalu yakin, mereka semua berharap
Dara Mahkota akan memenangkan pertandingan tersebut. Diam-diam Dara Mahkota
menyisipkan sebilah ranting di balik sayapnya. Kasuari yang baru mengetahui
lawannya tertawa terbahak-bahak, “ini lawanku?” katanya sambil tertawa, “mimpi
kali kamu ye…? Hei…burung kecil, sayapmu pendek mana bisa menang melawanku!”.
Burng-burung kecil lainnya sebal menyaksikan tingkah Kasuari sementara Dara
Mahkota hanya tersenyum menanggapinya.
Kini mereka siap bertanding. Kasuari maju untuk mematahkan
sayap Dara Mahkota. KREK! Terdengar bunyi sayap patah. Dara Mahkota pura-pura
menjerit kesakitan. Padahal sebenarnya bunyi tadi berasal dari ranting kering
di bawah sayap Dara Mahkota yang patah. Kini giliran Dara Mahkota yang akan
mematahkan sayap Kasuari. Dengan sekuat tenaga dia menekuk sayap Kasuari hingga
terdengar bunyi KREKK yang keras. Kasuari menjerit kesakitan. Sayap Kasuari
yang patah tergantung lemas. Tapi Kasuari yang sombong tetap yakin dirinya akan
menang.
Sekarang
mereka sudah siap untuk bertanding. Ketika aba-aba dibunyikan, Dara Mahkota
dengan ringan melesat ke udara. Sayapnya mengepak dengan mudah membawa tubuhnya
yang mungil terbang ke angkasa. Kasuari terkejut dan heran karena tadi dia
mengira sayap Dara Mahkota telah patah. Dengan panik dia mencoba mengepakan
sayapnya dan mencoba mengangkat tubuhnya ke atas. Tapi bukannya terbang tinggi,
tubuhnya malah meluncur ke bawah dan jatuh berdebum di tanah. Semua burung
bersorak senang sementara Kasuari terkulai lemas. Dengan perasaan malu dia
meninggalkan tempat itu. Sejak saat itu Kasuari tidak pernah bisa terbang.
Sayapnya yang dulu lebar dan kuat kini memendek karena sudah patah. Kini meski
dia disebut burung namun dia hanya bisa berjalan dan mencari makan di tanah
seperti binatang lain yang tidak memiliki sayap.
kan melepaskan Sang Kancil
apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara
sehingga hari ini. Sementara itu Sang Kancil terus melompat kegembiraan dan
terus meniggalkan buaya-buaya tersebut dan terus menghilangkan diri di dalam
kebun buah-buahan untuk menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu
No comments:
Post a Comment