Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1999:623), “kemampuan” berarti kesanggupan atau kecakapan. “Membaca”
berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, atau mengeja dan
melafalkan apa yang tertulis (KBBI, 1999:72). Petty dan Jensen (Ampuni,
1998:16) menyebutkan bahwa definisi membaca memiliki beberapa prinsip, di antaranya membaca merupakan interpretasi simbol-simbol
yang berupa tulisan, dan bahwa membaca adalah mentransfer ide yang disampaikan
oleh penulis bacaan. Maka dengan kata lain membaca merupakan aktivitas sejumlah
kerja kognitif termasuk persepsi dan rekognisi.
Membaca merupakan aktivitas
kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas mental mencakup gerak mata
dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman
(Mulyono, 1999:200). Membaca merupakan aktivitas auditif dan visual untuk
memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata. Aktivitas ini meliputi dua
proses, yaitu membaca teknis (decoding),
dan proses pemahaman.
Membaca teknis adalah
proses pemahaman atas hubungan antara huruf (grafim) dengan bunyi (morfim).
Sedangkan pemahaman merupakan proses menangkap makna kata yang tercetak (Yusuf,
2005:134). Menurut Arifin (ptk-masnur-muslich.blogspot.com) mengemukakan bahwa
“membaca permulaan adalah kegiatan awal untuk mengenal simbol-simbol fonetis”.
Terdapat beberapa tahap
dalam proses belajar membaca. Initial reading (membaca permulaan)
merupakan tahap kedua dalam membaca menurut Mercer (Abdurrahman, 2002:201).
Tahap ini ditandai dengan penguasaan kode alfabetik, di mana anak hanya sebatas
membaca huruf per huruf atau membaca secara teknis (Chall dalam Ayriza,
1995:20).
Membaca secara teknis juga
mengandung makna bahwa dalam tahap ini anak belajar mengenal fonem dan
menggabungkan (blending) fonem menjadi suku kata atau kata (Mar’at,
2005:80). Kemampuan membaca ini berbeda dengan kemampuan membaca secara formal
(membaca pemahaman), di mana seseorang telah memahami makna suatu bacaan. Tidak
ada rentang usia yang mendasari pembagian tahapan dalam proses membaca, karena
hal ini tergantung pada tugas – tugas yang harus dikuasai pembaca pada tahapan
tertentu.
Membaca permulaan dalam
pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya
menekankan pada proses penyandian
membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca
merupakan proses recording dan decoding (Anderson, 1972:209). Membaca
merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat
fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual.
Dengan indera visual,
pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui
proses recording, pembaca
mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan
bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya
menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata,
dan kalimat yang bermakna.
Menurut Purwanto dan Alim
(1997:29) yang disebut pengajaran membaca permulaan jika maksud pengajaran
membaca itu yang diutamakan adalah memberikan kecakapan kepada para siswa untuk
mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian-rangkaian bunyi bermakna
dan melancarkan teknik membaca pada anak-anak. Pengajaran membaca permulaan
sebaiknya diajarkan sejak dini dengan cara mengenalkan tulisan-tulisan yang
konkret yang sering ditemukan dalam dunia anak. Metode ini dikemas dengan
pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi anak untuk
belajar membaca.
Membaca pada tingkatan ini
merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa
dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut. Untuk
memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan
membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosa kata untuk memberi
arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.
Menurut Depdikbud tahun
1986 (dalam Ayriza, 2005:85), Chaer (2003:204), serta Purwanto dan Alim
(1997:35), huruf konsonan yang harus dapat dilafalkan dengan benar untuk
membaca permulaan adalah b, d, k, l, m, p, s, dan t. Huruf – huruf ini,
ditambah dengan huruf – huruf vokal akan digunakan sebagai indikator kemampuan
membaca permulaan, sehingga menjadi a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, dan
u.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian kemampuan membaca permulaan mengacu pada kecakapan (ability)
yang harus dikuasai pembaca yang berada dalam tahap membaca permulaan. Kecakapan
yang dimaksud adalah penguasan kode alfabetik, di mana pembaca hanya sebatas
membaca huruf per huruf, mengenal fonem, dan menggabungkan fonem menjadi suku
kata atau kata.
No comments:
Post a Comment