Thursday, February 16, 2017

Kebutuhan, Tujuan umum (goals) dan tujuan khusus (objektives)


Bagian ini membahas mengenai  1) hakekat dan hubungan antar kebutuhan-kebutuhan, tujuan umum (goals) dan tujuan khusus (objektives); 2) proses yang mencakup tujuan instruksional khusus; 3) alasan atau argumentasi mengenai penggunaan tujuan; dan 4) contoh-contoh tujuan umum dan tujuan khusus.
a) Tujuan umum (goals)
Tujuan umum (goals) ini diartikan sebagai pernyataan (statement) umum yang berkenaan dengan tujuan program dan tujuan yang diturunkan dari tujuan yang lebih tinggi (aims) yang didasarkan pada kebutuhan bahasa dan kebutuhan situasi yang dirasakan.
Pada tujuan umum (goals) dalam hubungannya dengan kebutuhan yang dirasakan, ada empat  hal  yang harus diingat, yakni bahwa:  1) tujuan itu adalah satu statement umum dari tujuan program;  2) tujuan biasanya berfokus pada program apa yang diharapkan untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang, dan apa yang harus dilakukan mahasiswa jika mereka  menunda program tersebut;  3) tujuan (goals) dapat dianggap sebagai dasar pengembangan bagi tujuan-tujuan khusus (objektives) yang dapat diamati (observable);  4) Tujuan (goals) harus dipandang sebagai sesuatu yang permanen.
Dengan demikian, dari keempat hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan merupakan satu statement sebagai basic (dasar)  pengembangan pendeskripsian secara khusus tentang jenis-jenis prilaku belajar yang akan diprogramkan. Hal ini dapat disebut juga tujuan instruksional.
b) Tujuan khusus (objektives)
Dalam konteks pengajaran (instruction), instructional objektives diartikan sebagai satu pernyataan (statement) khusus yang  berkaitan dengan pengetahauan khusus (knowledge), perilaku (behavior), dan keterampilan (skill), dimana si pembelajar  diharapkan mengetahui  atau memahami akhir dari program belajar.
Untuk menjelaskan hal tersebut, berikut ini contoh tujuan khusus (objektives)  sebagai tujuan akademis di sekolah bahasa.
Pada akhir pelajaran, mahasiswa harus dapat :
a. memahami istilah seperti footnotes, bibliografi, halaman judul (title page) dan lain-lain;
b. mengambil catatan khusus ( hal-hal penting) mengenai kesusasteraan.
c. menjawab pertanyaan-pertanyaan melalui ungkapan lisan.
Menurut Mager (1975) ada komponen pokok dalam merumuskan tujuan khusus yang didasarkan pada esensi karakteristik yang spesifik,  yakni 1) performansi (tentang apa yang dapat dilakukan oleh si pembelajar), 2) kondisi ( kondisi yang penting mengenai performansi yang akan terjadi), 3) kriteria ( mengenai level atau kulitas performansi yang dapat diterima.
Kriteria yang esensial yang dimaksud oleh Mager adalah tujuan khusus (objectives) mengenai “apakah mereka (siswa) itu dapat berkomunikasi?” Karena itu menurut Mager ada  tipe tujuan pembelajaran dengan lima unsur pokok yang berkaitaan dengan pembelajaran bahasa, yakni subject, performance, conditions, measure dan criterion.  Subject merupakan satu unsur yang sangat penting dalam memikirkan rumusan tujuan khusus. Subject ini berkaitan dengan siswa (students), pembelajar (learners) atau partisipan (workshop participants).  Performansi berkenaan dengan pertanyaan “apa yang dapat dilakukan oleh siswa (subject) pada akhir pelajaran?”. Tentu saja fokus tujuan khusus bahasa harus berkaitan dengan apa yang dapat dilakukan siswa (learners) dengan bahasa itu. Kata “dapat melakukan (can- do)” harus menjadi sesuatu fokus dalam pengajaran bahasa. Istilah kondisi (conditions) di sini dimaksudkan bahwa apa yang dapat dilakukan siswa adalah berguna (useful), artinya bahwa untuk melakukan (to perform) sesuatu itu akan terjadi apabila kondisi tersebut menunjang performansi yang diharapkan. Sementara kunci dalam mengukur bagian dari sebuah tujuan khusus (objectives) berkenaan dengan bagaimana performansi itu dapat diamati atau diuji. Artinya bahwa mengukur (measure) adalah bagian dari sebuah tujuan khusus yang berhubungan dengan bagaimana performansi itu dapat diobservasi. Karena itu alat ukur yang dapat digunakan adalah berupa tes dengan bentuk tes pilihan berganda (multiple choice), benar-salah (true-false), isian (matching) dan lain-lain.
Kriteria pencapaian tujuan khusus ini dapat diambil sekitar 75% dari seluruh jawaban yang ada. Artinya bahwa tujuan bisa dianggap tercapai apabila kriterianya mencapai minimal 75 %. Apabila pencapaian tujuan 74%, prosentase tersebut  tidak dianggap kriteria minimal; dengan kata lain tujuan khusus belum tercapai.
Ide tujuan khusus pembelajaran disusun dari keyakinan bahwa institusi pendidikan dapat dibuat lebih efektif jika usaha manusia dapat dianalisis secara ilmiah. Preparasi siswa untuk usaha-usaha yang beragam tersebut dapat digambarkan secara sistematik dalam kurikulum sekolah. Penspesifikasian aktivitas sekolah akan menjadi tujuan-tujuan pendidikan (Bobit, 1924). Sementara Tyler (1949) memperhalus ide ini dengan mengusulkan garis pedoman dalam mengembangkan tujuan-tujuan. Ia yakin bahwa tujuan pendidikan yang dirumuskan dengan sangat baik  akan merubah perilaku siswa secara baik pula.
Hambatan yang dihadapi dalam upaya pengembangan kurikulum adalah bahwa tidak setiap orang dalam bidang pengajaran bahasa sependapat dengan ide tentang penggunaan tujuan-tujuan pembelajaran; seperti halnya melanjutkan rumusan dari tujuan pembelajaran yang sangat umum  menuju tujuan pembelajaran yang sangat khusus. Nampaknya ini juga berlanjut pada sikap antara guru-guru bahasa yang tidak menyukai apa yang disebut dengan  tujuan instruksional.
Steiner (1975) berpendapat bahwa kebanyakan para pengembang kurikulum harus menemukan satu kesepakatan antar hal-hal yang bersifat ekstrim. Keluhan utama yang muncul dalam hal  tujuan adalah  1) tujuan diasosiasikan dengan psikologi behavior; 2) tujuan merupakan sesuatu yang tak dapat dikuantifikasikan; 3) tujuan mengabaikan pengajaran; 4) tujuan membatasi kebebasan guru, dan 5) belajar bahasa secara sederhana tidak dapat diekspresikan ke dalam tujuan-tujuan.
Kelima hal teresebut menjadi hambatan bagi upaya pengembangan kurikulum yang sebenarnya memerlukan komitmen yang sepaham dari para pelaksana kurikulum termasuk di dalamnya para guru.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive