Thursday, February 16, 2017

Amanat


Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
Jadi amanat atau pesan yang ingin disampaikan penulis di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya Buya Hamka tersebut adalah :
1. Amanat umum
Amanat umum yang dapat diambil dari novel Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut.
a) Dalam menghadapi suatu masalah harus lebih bijak dan memahami perasaan orang lain, serta harus bersabar dan dapat menerima kenyataan walau menyakitkan.
Hal tersebut digambarkan dalam cerita, ketika Hamid menghadap masalah yang bertubi-tubi. Yaitu ketika Hamid kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya dan berpengaruh padanya, saat itu pula ditambah lagi dengan satu perintah yang sangat bertilak belakang dengan keinginannya, yakni perintah dari Mak Asiah untuk melunakan hati Zainab agar ia dapat ditunangkan dengan saudaranya.
Dalam keadaan seperti itu, begitu bijaknya Hamid. Ia telah mengorbankan perasaannya demi wanita tua yaitu Mak Asiah. Ia menjunjung tinggi kepercayaan yang telah diberikan Mak Asiah kepadanya. Walaupun batinnya menjerit. Demi menghapus dukanya ia meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan seseorang yang sangat ia cintai.
b) Perjalanan lurus dalam memupuk cinta dan mempertahankan cinta.
Dalam cerita tergambar kisah kasih Islami. Menundukan pandangan pada seseorang yang bukan muhrim merupakan sesuatu yang diharuskan, untuk menjaga kesucian hati dan kesucian diri.
2. Amanat khusus
Amanat khusus yang tersebar dalam novel Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) adalah sebagai berikut..
a)     Kita harus memupuk dan mempertahankan cinta dengan jalan lurus, artinya harus dengan jalan ridho Ilahi. Terbukti dengan kutipan sebagai berikut.
“Engkau telah mengambil jalan yang lurus dan jujur di dalam memupuk dan mempertahankan cinta.”
b)     Jangan menumbuhkan perasaan jika akhirnya akan membawa duka. Dengan bukti kutipan sebagai berikut.
“Anakku...sekarang cintamu masih bersifat angan-angan, cinta itu kadang-kadang hanya menurutkan perintah hati, bukan menurut pendapat otak. Dia belum berbahaya sebelum mendalam. Kalau dia telah mendalam, kerap kali – kalau yang kena cinta pandai – ia merusakan kemauan dan kekerasan hati laki-laki. Kalau engkau perturutkan tentu engkau menjadi seorang anak yang putus asa, apalagi kalau cinta itu bertolak,, terpaksa ditolak oleh keadaan yang ada disekelilingnya “Hapuskanlah perasaan itu dari hatimu, jangan ditimbul-timbulkan jua. Engkau tentu memikirkan juga bahwa, bahwa emas tak setara dengan loyang, sutra tak sebangsa dengan benang.”
c)     Belajarlah dengan sungguh-sungguh. Dengan bukti kutipan berikut.
“Belajarlah sungguh-sungguh, Hamid, mudah-mudahan engkau lekas pintar dalam perkara agama dan dapat hendaknya saya menolong engkau sampai tamat pelajaranmu...”


No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive