1. Pengertian dan tujuan
Identifikasi perilaku dan karakteristik
awal siswa adalah salah satu upaya para guru yang dilakukan untuk memperoleh
pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan peserta
didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu. Tahapan ini
dipandang begitu perlu mengingat banyak
pertimbangan seperti; peserta didik, perkembangan sosial, budaya,
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan program pendidikan/
pembelajaran tertentu yang akan diikuti peserta didik.
Identifkasi perilaku dan karakteristik
awal peserta didik bertujuan:
a) Memperoleh informasi
yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan serta karakteristik awal
siswa sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu.
b) Menyeleksi tuntutan,
bakat, minat, kemampua, serta kecenderungan peserta didik berkaitan dengan
pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka.
c) Menentukan desain
program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang perlu dikembangkan sesuai
dengan kemampuan awal peserta didik.
2. Landasan Dasar
Identifikasi perilaku dan karakteristik
awal peserta didik perlu dilakukan berdasarkan landasan teoretik dan landasan
yuridis sebagai berkut. pertama Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan bahwa pengembangan pembelajaran dilakukan
dengan memperhatikan; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik[1][1]. kedua secara teoretik peserta didik berbeda dalam banyak hal
yakni; perbedaan fitrah individual[2][2], disamping perbedaan latar belakang keluarga, social, budaya, ekonomi, dan
sebagainya.
Teori Kecerdasan ganda (Multiple
Intelligences), dari Gardnerd, yang menyatakan bahwa sejak lahir manusia
memiliki jendela kecerdasan yang banyak. Ada delapan jendela kecerdasan menurut
Gardnerd pada setiap individu yang lahir, dan kesemuanya itu berpotensi untuk
dikembangkan. Namun dalam perkembangan dan pertumbuhannya individu hanya mampu
paling banyak empat macam saja dari ke delapan jenis kecerdasan yang
dimilikinya. Dengan teori ini maka terjadi pergeseran paradigm psikologis
hierarkhis menjadi pandangan psikologis diametral. Tidak ada individu yang
cerdas, bodoh, sedeng, genious, dan sebagainya, yang ada kavling kecerdasan
yang berbeda. [3][3]
No comments:
Post a Comment