Kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang
lain. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi
kita.
Menurut Munandir
kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”.
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,
terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang
dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorinya masing-masing. Selanjutnya
Munandir menyebutkan bahwa Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan
yang berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu,
kemampuan menangani situasi-situasi baru[1].
Sementara itu Mimi Doe
& Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya
harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti
bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang
lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan
kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber
keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental,
moral.
Jadi berdasarkan arti
dari dua kata tersebut kerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan
nilai, batin, dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi
pada suatu hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan
semesta.
Menurut Tony Buzan
kecerdasan spiritual adalah yang berkaitan dengan menjadi bagian dari rancangan
segala sesuatu yang lebih besar, meliputi “melihat suatu gambaran secara
menyeluruh”. Sementara itu, kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey
adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi
sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili
kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas.
Zohar dan Marshal
mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari
pada yang lain[2].
Kecerdasan spiritual menurut Khalil A Khavari di definisikan sebagai fakultas
dimensi non-material kita atau jiwa manusia. Ia menyebutnya sebagai intan yang
belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita harus mengenali seperti
adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekat yang besar, menggunakannya
menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan spiritual adalah
kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan
menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar
dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan.
Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan
penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.
Dalam perspektif
Islam, pendidikan dianggap sebagai institusi yang amat penting peranannya di
dalam mewarnai dan mengarahkan proses perubahan did alma masyarakat. Dengan
demikian pendidikan Agama Islam yang pada hakekatnya bertujuan untuk mengembangkan
potensi keberagaman manusia dituntut mampu menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas yakni beriman, berilmu, dan bertaqwa agar mereka mampu mengolah,
mengembangkan dan menyesuaikan perilaku keagamaan sesuai dengan tuntutan zaman.
Bukan sumber daya yang lemah yang terbawa oleh arus globalisasi yang
bertentangan dengan ajaran-ajaran agamanya
No comments:
Post a Comment