Thursday, February 16, 2017

Orang-Orang yang Terlibat dalam Need Analysis


Ada empat kategori orang yang bisa terlibat dalam need analysis, yakni kelompok target (target group), pendengar (audience), para penganalisis kebutuhan itu sendiri (need  analysis) dan sumber kelompok (resource group).
Target group berkenaan dengan dari siapa informasi itu akan diperoleh, dan biasanya target group itu adalah siswa dalam sebuah program, atau kadang-kadang para guru dan para administrator. Audience adalah semua orang yang akan diberikan tindakan terhadap analisis. Kelompok ini biasanya terdiri atas guru-guru, guru bantu, para administrator program dan orang-orang yang terlibat dalam program bahasa. Penganalisis kebutuhan mencakup orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengadaan need  analysis, diantaranya para konsultan, para anggota pengajar yang berkaitan dengan pekerjaan itu, dan lain-lain. Sedangkan resource group adalah orang-orang yang bertindak sebagai sumber informasi  mengenai target group, seperti para orang tua, para sponsor keuangan atau para wali kelas atau wali murid.
Sesuai dengan pandangan Stufflebeam (1977) ada empat macam prinsip  yang dapat memenuhi satu analisis kebutuhan, yakni  prinsip diskrepansi, prinsip demokrasi, prinsip analitik dan prinsip diagnostik. Pentingnya prinsip-prinsip ini terletak pada fakta yang akan mempengaruhi informasi yang akan diperoleh.
Prinsip diskrepansi (discrepancy philosophy) adalah salah satu kebutuhan yang dianggap sebagai  sesuatu yang berbeda, atau adanya ketidak-sesuaian antara performansi yang diharapkan dari mahasiswa dengan apa yang mereka lakukan. Hal ini mengarah pada perolehan informasi yang rinci mengenai apa yang dibutuhkan untuk mengubah performansi mahasiswa, misalnya tentang pengucapan fonem p dan b dalam bahasa Inggris.
Prinsip demokrasi (democratic philosophy) adalah satu kebutuhan yang diartikan sebagai perubahan yang dilakukan oleh mayoritas kelompok, diantaranya para siswa itu sendiri, para guru, para administrator program, para pemilik privat (sekolah bahasa) dan lain-lain. Prinsip demokrasi ini mengarah pada satu analisis kebutuhan dalam memperoleh informasi mengenai belajar yang kebanyakan dilakukan oleh kelompok-kelompok pilihan.
Prinsip analitik (analytic philosophy) adalah satu kebutuhan, di mana para siswa secara alami belajar  berdasarkan pada apa yang telah diketahui oleh mereka, termasuk proses belajar. Sedangkan prinsip diagnostik (diagnostic philosophy) beranggapan bahwa  kebutuhan adalah sesuatu yang akan membuktikan bahaya bila kebutuhan itu lepas.  Prinsip ini mengarah pada  analisis mengenai pentingnya keterampilan berbahasa bagi para imigran agar survive di negara yang mereka tempati. Ini artinya sebuah kajian atau studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan kebutuhan harian para imigran
Salah satu tugas para penganalisis kebutuhan adalah untuk menyelidiki kebutuhan melalui semua ide dan informasi mereka, dan lingkup investigasi. Ada tiga dasar dikotomi yang dapat membantu memilih tentang apa yang diinvestigasi dalam analisis kebutuhan. Hal mengenai pandangan, diambil dari masing-masing dikotomi ini yang akan terkait dan dipengaruhi oleh filsafat yang dominan dalam program yang diberikan. Ketiga dikotomi tersebut adalah:
1)      Kebutuhan situasi versus kebutuhan bahasa
2)      Kebutuhan objektif versus kebutuhan subjektif
3)      Isi (content) linguistik versus proses belajar
Pertama, dikotomi mengenai kebutuhan situasi versus kebutuhan bahasa. Dikotomi ini berbeda dengan dua tipe informasi yang ditemukan dalam program bahasa. Beberapa informasi berpusat pada aspek program kemanusiaan, yakni aspek fisik, sosial, dan konteks psikologis yang berhubungan dengan  belajar. Kebutuhan-kebutuhan (needs) ini berhubungan dengan tipe informasi yang  diberi label “situation needs”. Setiap kebutuhan biasanya berkaitaan dengan administrasi, finasial, logistik, kekuatan manusia, pedagogik, agama, budaya, pribadi atau faktor-faktor lainnya. Sementara “language needs” merupakan informasi tentang target prilaku linguistik yang harus diperoleh oleh si pembelajar, seperti rincian mengenai lingkup bahasa yang akan digunakan, termasuk dimensi kompetensi bahasa, alasan si pembelajar belajar  bahasa, dan lain-lain.
Kedua, dikotomi mengenai kebutuhan objektif versus subjektif.
Dikotomi ini berkaitan dengan tipe-tipe informasi dalam analisis kebutuhan (needs analysis), baik kebutuhan objektif maupun subjektif. Kebutuhan objektif (objective needs) adalah kebutuhan yang ditentukan oleh dasar dari data-data yang diperoleh secara nyata dan observable mengenai situasi, pembelajar, bahasa yang diperoleh oleh siswa, level keterampilan dan kecakapan  dan lain-lain. Sementara kebutuhan subjektif (subjektive needs)  umumnya lebih sulit untuk ditentukan, karena mereka harus melakukannya dengan “permintaan” (wants), keinginan (desires) dan pengharapan (expectation)  (Brindley, 1984). Untuk membedakan antara kebutuhan objektif dan subjektif harus dilakukan melalui kemampuan mengamati kebutuhan-kebutuhan, bukan dengan tipe data yang diperoleh. Data kuantitatif dan data kualitatif keduanya dapat diperoleh melalui kebutuhan subjektif dan objektif.
Ketiga, dikotomi isi (content)  linguistik versus proses belajar.
Dikotomi ini penting untuk menangkap makna saat penyortiran  informasi dalam analisis kebutuhan antara kebutuhan khusus dalam arti content yang harus dipelajari pembelajar, dengan kebutuhan khusus dalam arti proses belajar. Content linguistik menyangkut istilah-istilah  fonem, morfem, struktur grammatik, aturan kasus, ucapan, fungsi, pikiran atau ide, percakapan dan lain-lain.
Proses belajar bersandar pada kebutuhan khusus dari perspektif kebutuhan situasi yang cenderung menjadi  lebih subjektif dalam domain afektif seperti motivasi (motivation) dan harga diri (self esteem). Dikotomi ini analog atau sama dengan perbedaan antara “arti kebutuhan berdasarkan tujuan” dengan “ arti kebutuhan berdasarkan proses” (menurut Widdowson’s, 1981), atau antara “isi (content) bahasa” dengan “isi (content)  belajar” (Brindley, 1984); atau antara “parameter isi” (content) dengan “parameter metodologi” (Nunan’s, 1985).
Richards, Platt, dan Weber (1985) menyarankan bahwa needs assessment mencari  informasi pada :

  1. situasi dimana bahasa akan digunakan (termasuk oleh siapa dan dengan siapa)
  2. tujuan-tujuan pada  bahasa yang dibutuhkan
  3. tipe-tipe komunikasi yang akan digunakan (tertulis, lisan, formal, informal)
  4. tingkat  kecakapan yang akan diperoleh.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive