Ada empat kategori orang yang bisa terlibat dalam need analysis,
yakni kelompok target (target group), pendengar (audience), para penganalisis
kebutuhan itu sendiri (need analysis) dan sumber kelompok (resource
group).
Target group berkenaan dengan dari siapa
informasi itu akan diperoleh, dan biasanya target group itu adalah siswa dalam
sebuah program, atau kadang-kadang para guru dan para administrator. Audience
adalah semua orang yang akan diberikan tindakan terhadap analisis. Kelompok ini
biasanya terdiri atas guru-guru, guru bantu, para administrator program dan
orang-orang yang terlibat dalam program bahasa. Penganalisis kebutuhan
mencakup orang-orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengadaan need
analysis, diantaranya para konsultan, para anggota pengajar yang
berkaitan dengan pekerjaan itu, dan lain-lain. Sedangkan resource group
adalah orang-orang yang bertindak sebagai sumber informasi mengenai
target group, seperti para orang tua, para sponsor keuangan atau para wali
kelas atau wali murid.
Sesuai dengan pandangan Stufflebeam (1977) ada empat macam prinsip
yang dapat memenuhi satu analisis kebutuhan, yakni prinsip diskrepansi,
prinsip demokrasi, prinsip analitik dan prinsip
diagnostik. Pentingnya prinsip-prinsip ini terletak pada fakta yang akan
mempengaruhi informasi yang akan diperoleh.
Prinsip diskrepansi (discrepancy philosophy) adalah salah
satu kebutuhan yang dianggap sebagai sesuatu yang berbeda, atau adanya
ketidak-sesuaian antara performansi yang diharapkan dari mahasiswa dengan apa
yang mereka lakukan. Hal ini mengarah pada perolehan informasi yang rinci
mengenai apa yang dibutuhkan untuk mengubah performansi mahasiswa, misalnya
tentang pengucapan fonem p dan b dalam bahasa Inggris.
Prinsip demokrasi (democratic philosophy) adalah satu kebutuhan yang
diartikan sebagai perubahan yang dilakukan oleh mayoritas kelompok, diantaranya
para siswa itu sendiri, para guru, para administrator program, para pemilik
privat (sekolah bahasa) dan lain-lain. Prinsip demokrasi ini mengarah pada satu
analisis kebutuhan dalam memperoleh informasi mengenai belajar yang kebanyakan
dilakukan oleh kelompok-kelompok pilihan.
Prinsip analitik (analytic philosophy) adalah satu kebutuhan, di
mana para siswa secara alami belajar berdasarkan pada apa yang telah
diketahui oleh mereka, termasuk proses belajar. Sedangkan prinsip diagnostik (diagnostic
philosophy) beranggapan bahwa kebutuhan adalah sesuatu yang akan
membuktikan bahaya bila kebutuhan itu lepas. Prinsip ini mengarah
pada analisis mengenai pentingnya keterampilan berbahasa bagi para
imigran agar survive di negara yang mereka tempati. Ini artinya sebuah
kajian atau studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan kebutuhan harian para
imigran
Salah satu tugas para penganalisis kebutuhan adalah untuk menyelidiki
kebutuhan melalui semua ide dan informasi mereka, dan lingkup investigasi. Ada
tiga dasar dikotomi yang dapat membantu memilih tentang apa yang diinvestigasi
dalam analisis kebutuhan. Hal mengenai pandangan, diambil dari masing-masing
dikotomi ini yang akan terkait dan dipengaruhi oleh filsafat yang dominan dalam
program yang diberikan. Ketiga dikotomi tersebut adalah:
1) Kebutuhan situasi versus kebutuhan bahasa
2) Kebutuhan objektif versus kebutuhan
subjektif
3) Isi (content) linguistik versus
proses belajar
Pertama, dikotomi mengenai kebutuhan situasi versus kebutuhan bahasa. Dikotomi ini
berbeda dengan dua tipe informasi yang ditemukan dalam program bahasa. Beberapa
informasi berpusat pada aspek program kemanusiaan, yakni aspek fisik, sosial,
dan konteks psikologis yang berhubungan dengan belajar.
Kebutuhan-kebutuhan (needs) ini berhubungan dengan tipe informasi
yang diberi label “situation needs”. Setiap kebutuhan biasanya
berkaitaan dengan administrasi, finasial, logistik, kekuatan manusia,
pedagogik, agama, budaya, pribadi atau faktor-faktor lainnya. Sementara “language
needs” merupakan informasi tentang target prilaku linguistik yang harus
diperoleh oleh si pembelajar, seperti rincian mengenai lingkup bahasa yang akan
digunakan, termasuk dimensi kompetensi bahasa, alasan si pembelajar
belajar bahasa, dan lain-lain.
Kedua, dikotomi mengenai kebutuhan objektif versus subjektif.
Dikotomi ini berkaitan dengan tipe-tipe informasi dalam analisis kebutuhan
(needs analysis), baik kebutuhan objektif maupun subjektif.
Kebutuhan objektif (objective needs) adalah kebutuhan yang ditentukan
oleh dasar dari data-data yang diperoleh secara nyata dan observable
mengenai situasi, pembelajar, bahasa yang diperoleh oleh siswa, level
keterampilan dan kecakapan dan lain-lain. Sementara kebutuhan subjektif (subjektive
needs) umumnya lebih sulit untuk ditentukan, karena mereka harus
melakukannya dengan “permintaan” (wants), keinginan (desires) dan
pengharapan (expectation) (Brindley, 1984). Untuk membedakan
antara kebutuhan objektif dan subjektif harus dilakukan melalui kemampuan
mengamati kebutuhan-kebutuhan, bukan dengan tipe data yang diperoleh. Data
kuantitatif dan data kualitatif keduanya dapat diperoleh melalui kebutuhan
subjektif dan objektif.
Ketiga, dikotomi isi (content) linguistik versus proses belajar.
Dikotomi ini penting untuk menangkap makna saat penyortiran informasi
dalam analisis kebutuhan antara kebutuhan khusus dalam arti content yang
harus dipelajari pembelajar, dengan kebutuhan khusus dalam arti proses
belajar. Content linguistik menyangkut istilah-istilah fonem,
morfem, struktur grammatik, aturan kasus, ucapan, fungsi, pikiran
atau ide, percakapan dan lain-lain.
Proses belajar bersandar pada kebutuhan khusus dari perspektif kebutuhan
situasi yang cenderung menjadi lebih subjektif dalam domain afektif
seperti motivasi (motivation) dan harga diri (self esteem).
Dikotomi ini analog atau sama dengan perbedaan antara “arti kebutuhan
berdasarkan tujuan” dengan “ arti kebutuhan berdasarkan proses”
(menurut Widdowson’s, 1981), atau antara “isi (content) bahasa”
dengan “isi (content) belajar” (Brindley, 1984); atau antara “parameter
isi” (content) dengan “parameter metodologi” (Nunan’s,
1985).
Richards, Platt, dan Weber (1985) menyarankan bahwa needs assessment
mencari informasi pada :
- situasi dimana bahasa akan digunakan (termasuk
oleh siapa dan dengan siapa)
- tujuan-tujuan pada bahasa yang dibutuhkan
- tipe-tipe komunikasi yang akan digunakan
(tertulis, lisan, formal, informal)
- tingkat kecakapan yang akan diperoleh.
No comments:
Post a Comment