Thursday, February 16, 2017

Penokohan


Penokohan adalah termasuk masalah penamaan, pemeranan, keadaan pisik, keadaan psikis, dan karakter. Bagian-bagian penokohan ini saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan fiksi. Pemilihan nama tokoh diniatka sejak semula oleh pengarang untuk mewakili permasalahan yang hendak dikemukakan. Sehingga dalam upaya penemuan permasalah fiksi oleh pembaca, perlu pula mempertimbangkan penamaan tokoh.
Adapun tokoh yang terdapat di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya Buya Hamka ini adalah sebagai berikut:
a.    Aku
v  Secara Fisiologis, Tokoh Aku di dalam Novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang tokoh sekaligus si pengarang novel itu sendiri.
v  Secara Psikologis, tokoh Aku dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah:
   Seorang yang pintar bergaul, menghormati orang lain:
“Melihat kebiasaannya demikian dan sifatnya yang saleh, saya menaruh hormat yang besar atas dirinya dan saya ingin hendak berkenalan.”
   Seorang yang peduli dan perhatian terhadap penderitaan orang lain:
 “…kesedihannya itu telah berpindah ke dada saya, meskipun saya tak tahu apa yang disedihkannya.”, “…saya beranikan hati mendekatkan diri kepadanya. Maksud saya kalau dapat hendak membagi kedukaan hatinya.”, “…saya akan menolong engkau sekedar tenaga yang ada pada saya. Karena meskipun kita belum lama bergaul, saya tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan engkau kepada diri saya.”

v  Secara Sosioligis, tokoh Aku di dalam novel ”Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang yang hidup lebih dari cukup, tergolong dari keluarga yang mampu bahkan bisa naik Haji yang tidak semua orang dapat menjalankannya tersebut:
“Alangkah besar hati saya ketika melihat Ka’bah…”, ”saya injak Tanah Suci dengan persangkaan yang biak.”,…” tentu saja selain saya sendiri, orang-orang yang datang ke sana itu adalah orang-orang yang gembira dan mampu.”

b.  Hamid
-    Secara Fisiologis, tokoh Hamid di dalam novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang pemuda berusia 23 tahun yang kurus dan rambut hitam berminyak:
“Disana tinggal seorang pemuda yang baru berumur 23 tahun, badannya kurus lampai, rambutnya hitam berminyak,……”
- Secara Psikologis, tokoh Hamid di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah:
   Seorang pemuda yang mempunyai sifat pendiam, suka bermenung menyendiri:
“…..sifatnya pendiam, suka bermenung seorang diri dalam kamarnya itu.”, “Kadang-kadang kelihatan ia bermenung seorang diri di atas suguh rumah tempatnya tinggal, melihat tenang-tenang kepada “gela’ah…”

   Seorang pemuda yang shaleh menjalankan ibadah, sopan, berbudi pekerti yang baik dan mulia, tidak suka membuang waktu, suka bergaul dengan orang-orang yang suci:
“Biasanya sebelum kedengaran azan subuh, ia telah lebih dahulu bangun, pergi ke masjid seorang dirinya”, “….dan sifatnya yang saleh.”, “…saya telah beroleh seorang sahabat yang mulia dan patut dicontoh.”, “…tiada suka lalai dalam beribadah, tiada suka membuang-buang waktu kepada yang tiada berfaedah, lagi suka memperhatikan buku-buku agama, terutama kitab-kitab yang menerangkan kehidupan orang-orang suci, ahli-ahli tasawuf yang tinggi.”, “Bila saya terlanjur membicarakan dunia dan hal-ihwalnya, dengan amat halus dan tiada terasa pembicaraan itu dibelokkannya kepada kehalusan budi pekerti dan ketinggian kesopanan agama,…”
 Suka bekerja keras, berbakti kepada orang tua, serta tabah menghadapi cobaan:
“…sehingga akhirnya saya telah menjadi menjadi seorang anak penjual kue yang terkenal.”, “…saya hanya duduk dalam rumah di dekat ibu, mengerjakan apa yang dapat saya tolong.”, “…,sedang saya duduk menjaga dengan diam dan sabar.”, “masa saya masih berusia empat tahun, ayah saya telah wafat.”, “…, dengan tidak disangka-sangka satu musibah besar telah menimpa kami berturut-turut.pertama ialah kematian yang sekonyong-konyong  dari Engku Haji Ja’far yang dermawan itu.”, “ibu saya yang tercinta, yang telah membawa saya menyeberangi hidup bertahun-tahun telah ditimpa sakit,…”, “…sekarang saya sudah tinggal sebatang kara dalam dunia ini!.”
 Seorang pemuda yang berpendidikan, pintar dalam ilmu agama:
“sekolah-sekolah agama yang disitu mudah sekali saya masuki,…seorang guru memberi pikiran, menyuruh saya mempelajari agama di luar sekolah saja sebab kepandaian saya lebih tinggi dalam hal ilmu umum daripada kawan  yang lain.”

    Secara Sosiologis, tokoh Hamid di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang pemuda yang tergolong dari keluarga orang miskin, hidupnya sangat sederhana:
“hidupnya amat sederhana,…”, “rumah tempat kami tinggal hanya sebuah rumah kecil yang telah tua, yang lebih pantas disebut gubuk atau dangau.”

c. Saleh
    Secara Fisiologis, tokoh Saleh di dalam novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seseorang yang sudah beristri:
“…Dia menceritakan kepadaku, bahwa dia telah beristri dan istrinya telah sudi melepaskan dia berlayar sejauh it,…”, “…., bahwa saya telah beristri. Istri saya ialah Rosna,…”
    Secara Psikologis, tokoh Saleh di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang sahabat lama Hamid waktu sekolah di Padang Panjang, yang tidak bisa memegang rahasia.
“Tetapi saya sebangsa orang yang tiada tahan memegang rahasia,…”
    Secara Sosiologis, tokoh Saleh di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang yang berpendidikan, seorang yang bisa dikatakan mempunyai harta, sehingga dia bisa naik Haji dan sekolah di Mesir:
“saleh adalah seorang teman saya semasa kami masih sama-sama bersekolah agama di Padang Panjang. Oleh karena sekolahnya di Padang telah tamat, dia hendak meneruskan pelajarannya ke Mesir, ia singgah ke Mekah ini untuk mencukupkan rukun.”

d.      Pak Paiman
       Secara Fisiologis, tokoh Pak Paiman di dalam novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang yang sudah tua:
“…kepada Pak Paiman, demikianlah nama jongos yang tua itu.”
     Secara Psikologis, tokoh Pak Paiman di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang yang baik hati, suka memberi, seorang tua yang rajin:
“selama itu kerap kali kami datang ke situ meminta buah rambutan dan saoh (sawo) kepada Pak Paiman,…”, “Pak Paiman yang telah menjadi jongos untuk memelihara perkarangan itu, belum pernah dapat suara yang keras darinya.”
      Secara Sosiologis, tokoh Pak Paiman di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang jongos atau penjaga kebun dan pekarangan:
“…yang menjaga selama ini adalah seorang jongos tua.”, “Pak Paiman yang telah menjadi jongos untuk memelihara perkarangan itu.”

e.       Ibu Hamid
    Secara Fisiologis, tokoh Ibu Hamid di dalam novel “Di bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya, dan mempunyai seorang anak yang bernama Hamid.
“Ia meninggalkan saya dan ibu saya di dalam keadaan yang sangat melarat.”, ”...kerap kali ibu menceritakan kebaikan ayah semasa beliau hidup;...”
     Secara Psikologis, tokoh Ibu Hamid di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang perempuan yang rendah hati, yang suka berdiam diri di rumah, yang setia terhadap suaminya, penyabar dan tabah serta yang sangat mendambakan cita-cita anaknya menjadi orang yang berguna.
“Masa setahun lagi ditunggu dengan sabar.”, ”...ibu saya kurang benar keluar dari rumah.”, ”...ibuku senantiasa merendahkan diri.”

     Secara Sosiologis, tokoh Zainab di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang perempuan yang hidup melarat (sangat miskin) ditinggal oleh suaminya, tinggal di sebuah rumah kecil yang sudah tua.
“Rumah tempat kami tinggal hanya sebuah rumah kecil yang telah tua,…”, “Kemiskinan telah menjadikan ibu putus harapan memandang kehidupan dan pergaulan dunia ini,…”

f.        Engku Haji Ja’far
   Secara Fisiologis, tokoh Engku Haji Ja’far di dalam novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah Seorang sudah tua yang mempunyai istri dan seorang anak:
 “…karena telah dibeli oleh saudagar tua yang hendak berhenti dari berniaga.”, “…pindahlah orang hartawan itu ke sana bersama dengan seorang istri dan seorang anaknya perempuan.”
   Secara Psikologis, tokoh Engku Haji Ja’far di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang yang dermawan, suka tolong menolong, rendah hati, tidak sombong, pandai bergaul, berbudi yang baik dan ramah:
 “saya akan disekolahkan dengan belanja Engku Haji Ja’far sendiri bersama-sama anaknya.”, “…melanjutkan cita-cita ibu saya karena kedermawanan Engku Haji Ja’far juga.”, “ia seorang yang sangat dicintai oleh penduduk negeri, karena ketinggian budinya dan kepandaiannya dalam pergaulan, tidak ada satu pun perbuatan umum di sana yang tak dicampuri oleh Engku Haji Ja’far.” “…seorang hartawan yang amat peramah kepada fakir dan miskin.”

    Secara Sosiologis, tokoh Engku Haji Ja’far di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang haji yang hartawan, kaya raya, memiliki rumah yang banyak dan mewah, mempunyai sawah yang luas:
“…pindahlah orang hartawan itu ke sana bersama dengan istri dan satu anaknya perempuan.”, “…memakan hasil dari rumah-rumah sewaan yang banyak di Padang dan Bukittinggi, demikian pun sawah-sawahnya yang luas di sebelah Payakumbuh dan Lintau.”

g.       Mak Asiah
        Secara Fisiologis, tokoh Mak Asiah di dalam novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang perempuan yang tua sudah memiliki suami dan seorang anak serta suka makan sirih, dan memiliki wajah yang jernih:
“Mak Asiah, demikianlah  nama istri Engku Haji Ja’far itu,…”, “perempuan itu suka memakan sirih, mukanya jernih,...”

        Secara Psikologis, tokoh Mak Asiah di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang perempuan yang baik hati, suka tolong menolong, tidak sombong, penyayang dan ramah:
“Panggil Nab, kasihan juga awak!”, ” …sekali-kali tiada meninggikan diri, sebagai kebiasaan perempuan-perempuan istri orang hartawan yang lain.”, “Kasihan…,”katanya sambil menarik nafasnya.” “…seorang hartawan yang amat peramah kepada fakir dan miskin.”

        Secara Sosiologis, tokoh Mak Asiah di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah istri seorang yang hartawan, kaya raya, memiliki rumah yang banyak dan mewah, mempunyai sawah yang luas:
“…seorang hartawan yang amat peramah kepada fakir dan miskin.”
h.       Zainab
   Secara Fisiologis, tokoh Zainab di dalam novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang gadis yang mempunyai rambut yang halus, matanya hitam.
“…sehingga kedua matanya yang hitam,”.
   Secara Psikologis, tokoh Zainab di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang gadis yang patuh terhadap orang tua, pendiam, tidak sombong, rendah hati,
“Apa perintah ibunya diikutinya dengan patuh,…”, “sekali-kali tidaklah Zainab memendang saya sebagai orang lain lagi, tidak pula pernah mengangkat diri,…”

   Secara Sosiologis, tokoh Zainab di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang gadis sebagai anak tunggal dari keluarga hartawan dan dermawan:
“…pindahlah orang itu ke sana bersama dengan istri dan seoang anaknya perempuan.”, “…rupanya ia amat disayangi karena anaknya hanya seorang itu.”
i.   Rosna
    Secara Fisiologis, tokoh Rosna di dalam novel “Dibawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang perempuan yang telah mempunyai suami:
“…, bahwa saya telah beristri. Istri saya ialah Rosna,…”
     Secara Psikologis, tokoh Rosna di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang istri yang setia dan teguh terhadap suami, seorang perempuan yang setia terhadap sahabat:
“…bahwa dia telah beristri dan istrinya tela setia melepaskan dia berlayar jauh.”, “Dipujinya istrinya sebagai seorang perempuan yang teguh hati melepas suaminya berjalan jauh,…”

     Secara Sosiologis, tokoh Rosna di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” tersebut adalah seorang perempuan yang bersahabat

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive