Latar adalah segala keterangan,
petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya
peristiwa dalam cerita. Latar merupakan penanda identitas permasalahan fiksi
yang mulai secara samar diperlihatkan alur atau penokohannya, karena secara
tidak langsung latar berkaitan dengan alur atau penokohan. Latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah
peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa
orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Nadjid
(2003: 25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam
prosa fiksi.
Menurut Nurgiyantoro (2004: 227-233)
unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai
berikut:
a. Latar
Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat
yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta
inisial tertentu.
b. Latar
Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah
”kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Masalah ”kapan” tersebut biasanya
dihubungkan dengan waktu
c. Latar
Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai
masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup,
adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap.
Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Jadi latar yang terdapat di dalam novel
“Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya Buya Hamka ini adalah:
a. Latar
Tempat
v Mekkah (1927)
“Menurut keterangan syekh kami, anak muda itu berasal dari Sumatera, datang
pada tahun yang lalu, jadi adalah dia seorang yang telah mukim di Mekah.”
v Padang (masa
anak-anak sampai remaja)
“…sehari orang akan puasa, kami dibawa ke atas Gunung Padang, karena di
sanalah ayahku berkubur dan beberapa famili ibu Zainab.”
v Padang Panjang
“Tetapi…sejak mula saya pindah ke Padang Panjang, senantiasa saya merasa
kesepian.”
v Madinah
“sepuluh hari sebelum orang-orang
berangkat ke Arafah mengerjakan wukuf, jemaah-jemaah telah kembali dari ziarah
besar ke Madinah.
b.
Latar Waktu
Latar Waktu yang terdapat di dalam
novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” adalah Malam hari, pagi hari, sore hari,
bahkan pada siang hari:
“Pada suatu malam, sedang ia duduk seorang dirinya di atas suguh,…”,
“Tiap-tiap pagi saya lalu di hadapan rumah itu menjunjung nyiru berisi goreng
pisang.”, “kadang-kadang di waktu sore kami duduk di beranda muka,…”Pada suatu
petang, sedang matahari akan tenggelam ke dasar lautan di Batang Arau.”, “Di
Arafah sangat benar panasnya,…”
c. Latar
Sosial
Latar
Sosial yang terdapat di dalam novel “Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya Buya
Hamka tersebut adalah fenomena yang kadang-kadang sering juga terjadi pada
lapisan masyarakat, sebagai seorang pengecut yang malu dan takut mengatakan
cinta karena perbedaan derajat, baik budi seseorang, sehingga cintanya hanya
tersimpan dan terkubur di dalam hati, yang akhirnya menyiksa batin dan diri
kita sendiri.
“…anakanda tahu bahwa jika anakanda
mencurahkan cinta kepadanya takkan buahnya dengan seorang yang mencurahkan
semangkuk air tawar ke dalam lautan yang mahaluas, laut takkan berubah sifatnya
karena semangkuk air tawar itu.”, “…bahwa emas tak setara dengan loyang, sutra
tak sebangsa dengan benang.”, “Cuma ketika berhada[pan dengan Zainab dalam
rumahnya, mulut saya tertutup, saya menjadi seorang bodoh dan pengecut.”
No comments:
Post a Comment