Plot atau alur merupakan hubungan
antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa dengan peristiwa atau
sekelompok peristiwa yang lain. Urutan
peristiwa dapat tersusun berdasarkan tiga hal, yaitu:
a) Berdasarkan
urutan waktu terjadinya. Alur dengan susunan peristiwa berdasarkan kronologis
kejadian disebut alur linear.
b) Berdasarkan
hubungan kausalnya/sebab akibat. Alur berdasarkan hubungan sebab-akibat disebut
alur kausal.
c) Berdasarkan
tema cerita. Alur berdasarkan tema cerita disebut alur tematik.
Karakteristik alur dapat dibedakan
menjadi konvensional dan inkonvensional. Alur konvensional adalah jika
peristiwa yang disajikan lebih dahulu selalu menjadi penyebab munculnya
peristiwa yang hadir sesudahnya. Sedangkan Alur inkonvensional adalah pengarang
menampilkan lebih dahulu peristiwa yang akan diceritakan sesudahnya.
Alur juga disebut plot. Menurut Stanton
(dalam Nurgiantoro:1965:14), plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian,
namun tiap kejadian itu hanya dihubungakan secara sebab-akibat, peristiwa yang
satu dengan peristiwa yang lain.
Menurut Kenny (dalam Nurgiantoro: 1966:
14), plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak
bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan
kaitan sebab-akibat.
Sedangkan, menurut Forster (dalam
Nurgiantoro:1970:93) adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan
pada adanya hubungan kausalitas.
Jadi alur yang terdapat dalam cerpen
“Di Bawah Lindungan Ka’bah” karya Buya Hamka ini adalah Alur yang digunakan
dalam novel ini yaitu alur maju dan mundur.
a.
Peristiwa
Peristiwa dapat diartikan sebagai
peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain (Luxemburg dkk, 1992:150).
Menurut (Luxemburg dkk,1992:151-152)
dalam Nurgiantoro peristiwa dapat dibedakan menjadi tiga yaitu peristiwa
fungsional, kaitan dan acuan.
v Peristiwa
fungsional adalah peristiwa-peristiwa yang menentukan dan atau mempengaruhi
perkembangan plot.
v Peristiwa
kaitan adalah peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa
penting dalam pengaurutan penyajian cerita.
v Peristiwa acuan
adalah peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh dan atau berhubungan
dengan perkembangan plot, melainkan mengacu pada unsur-unsur lain, misalnya
berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang meliputi batin
seseorang tokoh.
Di dalam novel “Di Bawah Lindungan
Ka’bah” peristiwa dimulai ketika harga getah sedang naik, pimpinan negeri Mekah
Syarief Husen pindah ke tangan Ibnu Saud, dan si Aku dalam novel tersebut
pergi naik haji.
“Harga getah di Jambi naik, dan seluruh di tanah ini
sedang naik, negeri Mekah baru saja pindah dari tangan Syarief Husin ke tangan
Ibnu Saud, Raja Hejaz dan Nedj dan daerah takluknya.”, “Waktu itulah saya naik
haji.”
b.
Konflik
Menurut (Wellek dan Warren, 1989:285)
dalam Murgiantoro, konflik adalah sesuatu yang dramatis, mengacu pada
pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan
aksi balasan.
Konplik di dalam novel “Di Bawah
Lindungan Ka’bah” ini terjadi ketika persahabatan antara si Aku dengan Hamid
terusik oleh kedatangan Saleh dari Padang.
“Tetapi pergaulan yang baik itu tiba-tiba telah terusik sebab dengan kapal
yang paling akhir telah tiba seorang teman baru dari Padang.”
c.
Klimaks
Menurut
Stanton (1965:16) dalam Nurgiantoro, klimaks adalah saat konflik telah mencapai
intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari
kejadiannya.
Klimaks adalah titik pertemuan antara
dua atau lebih hal (keadaan) yang dipertentangkan dan menentukan bagaimana
permasalahan (konflik itu) akan diselesaikan.
Klimaks di dalam novel “Di Bawah
Lindungan Ka’bah” terjadi ketika Engku Haji Ja’far meninggal, dan ibu
Hamid sakit-sakitan kemudian meninggal, sehingga Hamid tinggal sebatang kara
sebagai yatim piatu, kemudian Hamid berangkat meninggalkan kota Padang.
“Pertama ialah kematian yang sekonyong-konyong dari Engku Haji Ja’far yang
dermawan itu.”, “ibu saya yang tercinta, yang telah membawa saya menyeberangi
hidup bertahun-tahun telah ditimpa sakit,…”, “Dari mulutnya keluar kalimat
baka, bersama dengan kepergian nyawanya ke dalam alam suci,…”, “sekarang saya
sudah tinggal sebatang kara dalam dunia ini!.”, “…dengan tidak seorang pun
mengetahui, saya berangkat meninggalkan kota Padang.”
d.
Penyelesaian
Penyelesaian sebuah cerita dapat
dikategorikan kedalam dua golongan yaitu:
a) Penyelesaian
tertutup, menunjukkan pada keadaan akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah
selesai, cerita sudah habis sesuai tuntutan logika cerita yang dikembangkan.
b) Penyelesaian
terbuka, memberi kesempatan kepada pembaca untuk ikut menularkan,
mengimajinasikan dan mengkreasikan bagaimana kira-kira penyelesaiannya.
Jadi tahap penyelesaian di dalam novel
“Di Bawah Lindungan Ka’bah” adalah ketika Zainab sakit-sakitan dan meninggal
dunia, kemudian Hamid jatuh sakit sehingga dia pun menghembus nafas terakhir
ketika setelah melakukan tawaf di Bawah Lindungan Ka’bah.
“Akan hal Zainab, ia sekarang
sakit-sakit, badannya telah kurus.”, “…yang tiada disangka-sangka: Zainab
wafat, surat menyusul, Rosna.”, “…demamnya yang di bawa dari Mekah bertambah
menjadi, lebih-lebih setelah ditimpa hawa yang sangat panas di Arafah. Hamid tak mau lagi makan, badannya
sangat lelah,…”, “Di bibirnya terbayang suatu senyuman dan…sam[pailah waktunya.
Lepas ia dari tanggapan dunia yang mahaberat ini, dengan keizinan Tuhannya. Di bawah Lindungan Ka’bah.”
No comments:
Post a Comment