Thursday, February 27, 2020

Pengertian, Hal Yang menunjang, Faktor-faktor, dan Cara Menegakkan Disiplin Kerja

Pengertian Disiplin Kerja Menurut pendapat Alex S. Nitisemito(1984: 199) Kedisiplinan adalah suatu sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun tidak tertulis.
Menurut pendapat T.Hani Handoko (1994:208)Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar- standar organisasional.
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan disiplin kerja adalah suatu usaha dari manajemen organisasi perusahaan untuk menerapkan atau menjalankan peraturan ataupun ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan tanpa terkecuali.

T. Hani Handoko membagi 3 disiplin kerja(1994:208) yaitu:
a. Displin Preventif yaitu: kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan dapat dicegah.
b. Disiplin Korektif yaitu: kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan yang mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplin.
c. Disiplin Progresif yaitu: kegiatan memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuan dari disiplin progresif
ini agar karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif sebelum mendapat hukuman yang lebih serius.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan. Menurut Gouzali Saydam (1996:202), faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Besar kecilnya pemberian kompensasi
b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan
c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
f. Ada tidaknya perhatian kepada pada karyawan
g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin

Hal-Hal yang Menunjang Kedisiplinan
Menurut Alex S. Nitisemito (1984:119-123) ada beberapa hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam pendisiplinan karyawan yaitu:
a. Ancaman
Dalam rangka menegakkan kedisiplinan kadang kala perlu adanya ancaman meskipun ancaman yang diberikan tidak bertujuan untuk menghukum, tetapi lebih bertujuan
untuk mendidik supaya bertingkah laku sesuai dengan yang
kita harapkan.
b. Kesejahteraan
Untuk menegakkan kedisiplinan maka tidak cukup dengan ancaman saja, tetapi perlu kesejahteraan yang cukup yaitu besarnya upah yang mereka terima, sehingga minimal mereka dapat hidup secara layak.
c. Ketegasan
Jangan sampai kita membiarkan suatu pelanggaran yang kita ketahui tanpa tindakan atau membiarkan pelanggaran tersebut berlarut-larut tanpa tindakan yang tegas.
d. Partisipasi
Dengan jalan memasukkan unsur partisipasi maka para karyawan akan merasa bahwa peraturan tentang ancaman hukuman adalah hasil persetujuan bersama.
e. Tujuan dan Kemampuan
Agar kedisiplinan dapat dilaksanakan dalam praktek, maka kedisiplinan hendaknya dapat menunjang tujuan perusahaan serta sesuai dengan kemampuan dari karyawan.
f. Keteladanan Pimpinan
Mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan sehingga keteladanan pimpinan harus diperhatikan.
Cara Menegakkan Disiplin Kerja
Salah satu tugas yang paling sulit bagi seorang atasan adalah bagaimana menegakkan disiplin kerja secara tepat. Jika karyawan melanggar aturan tata tertib, seperti terlalu sering terlambat atau membolos kerja, berkelahi, tidak jujur atau bertingkah laku lain yang dapat merusak kelancaran kerja suatu bagian, atasan harus turun tangan. Kesalahan semacam itu harus dihukum dan atasan harus mengusahakan agar tingkah laku seperti itu tidak terulang.
Ada beberapa cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu perusahaan:

a. Disiplin Harus Ditegakkan Seketika
Hukuman harus dijatuhkan sesegera mungkin setelah terjadi pelanggaran Jangan sampai terlambat, karena jika terlambat akan kurang efektif.
d. Disiplin Harus Didahului Peringatan Dini
Dengan peringatan dini dimaksudkan bahwa semua karyawan hams benar-benar tahu secara pasti tindakan-tindakan mana yang dibenarkan dan mana yang tidak.
c. Disiplin Harus Konsisten
Konsisten artinya seluruh karyawan yang melakukan pelanggaran akan diganjar hukuman yang sama. Jangan sampai terjadi pengecualian, mungkin karena alasan masa kerja telah lama, punya keterampilan yang tinggi atau karena mempunyai hubungan dengan atasan itu sendiri.
d. Disiplin Harus Impersonal
Seorang atasan sebaiknya jangan menegakkan disiplin dengan perasaan marah atau emosi. Jika ada perasaan semacam ini ada baiknya atasan menunggu beberapa menit agar rasa marah dan emosinya reda sebelum mendisiplinkan karyawan tersebut. Pada akhir pembicaraan sebaiknya diberikan suatu pengarahan yang positif guna memperkuat jalinan
hubungan antara karyawan dan atasan.
e. Disiplin Harus Setimpal
Hukuman itu setimpal artinya bahwa hukuman itu layak dan sesuai dengan tindak pelanggaran yang dilakukan. Tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat. Jika hukuman terlalu ringan, hukuman itu akan dianggap sepele oleh pelaku pelanggaran dan jika terlalu berat mungkin akan menimbulkan kegelisahan dan menurunkan prestasi.

Friday, February 21, 2020

PENDIDIKAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL


 A.   PENDAHULUAN
Luasnya negara Indonesia ialah suatu kelebihan tersendiri. Beraneka ragamnya suku, agama, ras dan golongan (SARA) mendorong kita belajar untuk lebih menghargai orang lain. Penghargaan inilah yang akan mendorong persatuan di antara elemen  bangsa Indonesia. Keanekaragaman tersebut tentunya harus bisa optimalkan secara positif demi berlangsungnya kehidupan yang harmonis.
Apalagi Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya muslim, maka rasa toleransi haruslah terwujud sebagai salah satu bentuk implementasi ajaran Islam itu sendiri. Mengingat beberapa waktu yang lalu di Indonesia-lihat peristiwa Ambon, Papua dan beberapa pulau di Indonesia- terjadi konflik antar agama yang menelan tidak sedikit korban jiwa dan menyertakan Islam di dalamnya.
Pengertian akan peran dan posisi Islam yang sebenarnya haruslah diselenggarakan dan dipahamkan kepada setiap manusia, khususnya masyarakat Indonesia. Jalan yang paling tepat ialah melalui pendidikan. Pendidikan haruslah ditampilkan dengan nuansa multikultural sehingga tercipta rasa menghargai antar berbagai suku dan agama di Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada suatu pembahasan terkait pendidikan multikultural itu sendiri dan bagaimana mengimplementasikannya di Indonesia.
  B.   PENDIDIKAN ISLAM
Menurut Muhaimin, Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran Islam dan nilai-nilai Islam dalam kegiatan pendidikannya. Pendidikan Islam tidak hanya memberikan wawasan yang luas dalam pengetahuan, akan tetapi juga menuntut adanya realisasi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, hakikat pendidikan Islam tercermin dalam:
1.              Pendidikan yang integralistik, mengandung komponen-komponen kehidupan yang meliputi: Tuhan, manusia dan alam pada umumnya sebagai suatu yang integral bagi terwujudnya kehidupan yang baik, serta pendidikan yang menganggap manusia sebagai sebuah pribadi jasmani-rohani, intelektual, perasaan, individu dan sosial. Pendidikan Integralistik di harapkan bisa menghasilkan manusia yang memiliki integritas tinggi. Yang bisa bersyukur dan menyatu dengan kehendak Tuhannya. Yang bisa menyatu dengan dirinya sendiri (sehingga tidak memiliki kepribadian yang terbelah) menyatu dengan masyarakatnya (sehingga bisa menghilangkan disintegrasi). Dan bisa menyatu dengan alam (sehingga tidak membuat kerusakan).
2.              Pendidikan yang integralistik, memandang manusia sebagai manusia, yakni makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup, ia harus melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidup. Sebagai makhluk batas antara hewan dan malaikat- ia menghargai hak-hak asasi manusia, seperti hak untuk berlaku dan diperlakukan dengan adil, hak menyuarakan kebenaran, hak untuk berbuat kasih sayang dan sebagainya.
Pendidikan yang integralistik diharapkan dapat mengembalikan hati manusia di tempat yang semula, dengan mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai sebaik-baik makhluk, khoiru ummah. Manusia “yang manusiawi” yang dihasilkan oleh pendidikan yag integralistikdiharapkan bisa berpikir, berasa, dan berkemauan, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang bisa mengganti sifat individualistikegoistik, egosentrik, dengan sifat kasih sayang kepada sesama manusia, sifat ingin memberi dan menerima, saling menolong, sifat ingin mencari kesamaan dan lain-lain.
1.              Pendidikan yang pragmatik, adalah pendidikan yang memandang manusia sebagai makhluk hidup yang selalu membutuhkan sesuatu untuk melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya, baik bersifat jasmani, seperti pangan, sandang papan, seks, kendaraan dan sebagainya; juga yang bersifat rohani seperti berpikir, merasa, aktualisasi diri, kasih sayang, dan keadilan maupun kebutuhan sukmawi, seperti dorongan untuk berhubungan dengan yang Adi Kodrati. Pendidikan yang pragmatik diharapkan dapat mencetak manusia pragmatik yang sadar akan kebutuhan-kebutuhan hidupnya peka terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan dapat membedakan manusia dari kondisi dan situasi yang tidak manusiawi.
2.              Pendidikan yang berakar budaya kuat, yaitu pendidikan yang tidak meninggalkan akar-akar sejarah, baik sejarah kemanusiaan pada umumnya maupun sejarah kebudayaan suatu bangsa atau kelompok etnis tertentu. Pendidikan yang berakar budaya kuat di harapkan dapat membentuk manusia yang mempunyai kepribadian, harga diri, percaya pada diri sendiri, dan membangun peradaban berdasarkan budayanya sendiri, yang merupakan warisan monumental dari nenek moyangnya. Tetapi bukan yang anti kemoderannya, yang menolak begitu saja arus transformasi budaya dari luar.
Tujuan pendidikan Islam
Pada hakikatnya Pendidikan Islam bertujuan untuk merealisasikan ubudiyah kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat.
Menurut Al Jumbulati, pendidikan Islam mempunyai dua tujuan yaitu :
1.              Tujuan Keagamaan : bahwa setiap pribadi orang muslim beramal untuk akhirat atas petunjuk dan ilham keagamaan yang benar, yang tumbuh dan dikembangkan dari ajaran-ajaran Islam dan suci. Tujuan keagamaan mempertemukan diri pribadi terhadap Tuhannya melalui kitab-kitab suci yang menjelaskan tentang hak dan kewajibannya, sunat dan yang fardhu bagi seseorang mukallaf.
2.              Tujuan Keduniaan : Tujuan ini seperti yang dinyatakan dalam tujuan pendidikan modern yang saat ini diarahkan pada pekerjaan yang berguna (pragmatis), atau untuk mempersiapkan anak menghadapi kehidupan masa depan. Para ahli filsafatpragmatisme lebih mengarahkan pendidikan  pendidikan anak kepada gerakanamaliyah (ketrampilan) yang bermanfaat dalam pendidikan. Tujuan ini mengambil kebijakan baru yang lebih menonjolkan kecekatan bekerja yang cepat dalam setiap peristiwa kehidupan. Dan juga memakai strategi pendidikan seumur hidup. Sedangkan pendidikan Islam melihat tujuan ini dari aspek dan pandangan baru yaitu berdasarkanAl Qur’anul karim, yang sangat memusatkan perhatian pada pengalaman dimana seluruh kegiatan hidup umat manusia harus bertumpu kepada-Nya.
C.  MULTIKULTURAL
Pengertian Multikultural
Pengertian multikulturalisme diberikan oleh para ahli sangat beragam. Mengutip Choirul Mahfud multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keagamaan yang pluralis dan multikultural yang ada dalam kehidupan masyarakat. Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Sedangkan secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), isme (aliran/paham). Sedangkan secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik.

      Tipe-tipe Masyarakat
Dalam masyarakat sering terjadi perbedaan antara masalah sakral dan sekuler. Di kalangan sejumlah masyarakat yang sakral itu dianggap sebagai aspek dalam tingkah laku dan masyarakat yang lain semakin banyak nilai-nilai manusiawi yang dianggap sebagai hal-hal yang bersifat sekuler dan dinilai bermanfaat dan diterima secara umum.
Jika kita tidak mempunyai paling tidak beberapa pengertian tentang perubahan yang umum, beberapa perbedaan tertentu yang bersifat umum dalam masyarakat . Oleh karena itu kita perlu tahu tentang tipe-tipe masyarakat. Menurut Nottingham tipe-tipe masyarakat meliputi:

 Masyarakat-masyarakat yang terbelakang  dan nilai-nilai    sakral
Tipe pertama ini adalah masyarakat yang kecil, terisolasi dan terbelakang. Tingkat perkembangan teknik mereka rendah dan pembagian kerja masih kecil. Keluarga adalah lembaga mereka yang paling penting dan spesial, laju perkembangannya juga masih lambat. Tipe masyarakat ini cukup kecil jumlah anggotanya, karena sebagian besar adat-istiadatnya dikenal, masyarakat ini berpendapat bahwa:
1)     Agama memasukkan pengaruhnya yang sakral ke dalam sistem nilai masyarakat  secara mutlak.
2)     Dalam keadaan lembaga lain, selain keluarga, relatif belum berkembang, agama jelas menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan  dari masyarakat secara keseluruhan.
Bagi individu, agama memberi bentuk pada keseluruhan proses sosialisasi. Sosialisasi ditandai oleh upacara-upacara keagamaan pada peristiwa kelahiran dan saat penting lainnya dalam kehidupan.

      Masyarakat-masyarakat pra-industri yang sedang berkembang
Masyarakat kedua ini tidak begitu terisolasi, berubah lebih cepat, lebih luas daerahnya dan lebih besar jumlah penduduknya, serta ditandai dengan tingkat perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada masyarakat-masyarakat tipe pertama. Ciri-ciri umumnya adalah pembagian kerja yang luas, kelas-kelas sosial yang beranekaragam serta adanya kemampuan tulis baca sampai tingkat tertentu, agama tentu saja memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini, akan tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sakral dan yang sekuler itu sedikit banyaknya masih dapat dibedakan. Meskipun demikian, banyak fase-fase kehidupan sosial, misalnya dalam aktivitas keluarga dan perekonomian, peristiwa-peristiwa musim secara teratur terjadi itu diisi dengan upacara-upacara tertentu.

       Masyarakat-masyarakat industri-sekuler
Tipe dalam masyarakat kelompok ketiga ini agak condong kepada masyarakat perkotaan modern di Amerika serikat, tinggiya sekulerismenya bisa dianggap salah satu contoh yang paling mirip dengan masyarakat ketiga ini. Masyarakat-masyarakat ini sangat dinamis, teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang paling penting adalah penyesuaian dalam hubungan-hubungan kemanusiaan mereka sendiri. Pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat juga mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi agama. Pengaruh inilah yang merupakan salah satu sebab mengapa keanggotaan masyarakat tersebut semakin lama semakin terbiasa menggunakan metode-metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menaggapi berbagai masalah kemanusiaan.

Masyarakat Indonesia yang multikultural
Dibutuhkan beberapa konsep untuk menciptakan tatanan masyarakat Indonesia yang multikultural agar kuat oleh kondisi lingkungan. Bagi masyarakat Indonesia, konsep multikultural bukan hanya sebuah wacana atau sesuatu yang dibayangkan, tetapi konsep ini adalah sebuah ideologi yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai tegaknya demokrasi dan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia terdapat berbagai macam kebudayaan yang berasal hampir dari seluruh suku bangsa. Dengan demikian, keanekaragaman ini kita dapat mewujudkan masyarakat multikultural apabila warganya dapat hidup berdampingan, toleran dan saling menghargai

D.  URGENSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM MULTIKULTURALISME
Indonesia adalah salah satu Negara kepulauan terbesar di dunia, yang mengakibatkan terjadinya beraneka suku, bahasa, ras, serta agama. Walaupun dalam hal agama, sebagaimana telah diketahui bahwa Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal ini terbukti sejak kelahirannya, peran orang-orang muslim sangat dominan. Bahkan pada waktu pembuatan dasar negara yaitu Pancasila pada tanggal 22 Juni 1945, dikenal dengan Piagam Jakarta, sila pertama pada waktu itu berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa” karena lebih menghargai agama lain dengan tidak menyimpangkan arti tauhid sendiri bagi umat Islam. Walau memang tidak dapat dipungkiri ada pihak yang tetap menolak keputusan tersebut.
Inilah permulaan tantangan Islam di tengah masyarakat multikultural, khususnya di Indonesia. Bagaimana Islam meletakkan dirinya di tengah perbedaan, atau dengan kata lain, dapatkah pemeluk agama Islam menghadirkan Islam sebagai agama yang inklusif terhadap perubahan sekaligus mampu bersaing dengan perubahan yang terjadi di luar dirinya. Satu-satunya cara yang terbaik ialah melalui pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Oleh karena itu, penanaman tentang hakikat Islam dan bagaimana seharusnya Islam bertindak ada di dalamnya.
Pendidikan Islam yang bertujuan untuk merealisasikan ubudiyah kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat, dapat difungsikan sebagai nilai-nilai instrumental pembangunan yaitu dengan mengembangkan etika dan moralitas keagamaan untuk dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan pelaku dan pelangsung pembangunan. Mengingat terdapat dua peran penting agama, yaitu sebagai directive system dan defensive system, maksudnya agama digunakan sebagai sumber utama dalam proses perubahan sekaligus sebagai semacam kekuatanresistensial bagi masyarakat ketika berada dalam persoalan kehidupan yang kompleks. Sehingga agama tidak hanya bermanfaat bagi pemeluknya saja, tetapi harus berskala global. Oleh karena itu, pendidikan Islam haruslah dikemas dengan beberapa prinsip yaitu keterbukaan, toleransi, kebebasan dan  otentisitas. Dengan kata lain, nuansa multikultural haruslah dihadirkan di setiap alur pendidikan yang lebih dikenal dengan pendidikan multikultural. Yaitu menurut Muhaemin el Ma’hady, pendidikan multikultural sebagai pendidikan tentang keragaman budaya dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.
Sedangkan menurut prof. H.A.R Tilaar, pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang multikulturalisme. Kemunculannya terkait dengan perkembangan politik internasional menyangkut HAM, diskriminasi dan juga meningkatnya pluralitas.
Pedidikan menjadi sebuah alat untuk menempuh jalan keselamatan, bukan hanya untuk individu/kelompoknya tetapi melibatkan kepentingan orang lain.
Oleh karena itu perlu tujuan yang jelas dalam penyelenggaraannya. Menurut Paulus Mujiran hal yang perlu dibidik ialah, pertama, pendidikan multicultural menolak pandangan pandangan yang menyamakan pendidikan dengan persekolahan atau pendidikan multicultural dengan program-program sekolah formal. Kedua, pendidikan juga menolak pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik. Ketiga, pendidikan multicultural meningkatkan kompetinsi dalam beberapa kebudayaan. Keempat, kemungkinan pendidikan meningkatkan kesadaran mengenai kompetensi dalam beberapa kebudayaan, akan menjauhkan kita dari konsep dwibudaya (bicultural) atau dikotomi antara pribumi dan non pribumi.
Sebenarnya pendidikan multicultural bukanlah hal baru bagi bangsa Indonesia. Pesantren sebagai sekolah khas Indonesia ialah implementasi dari pendidikan multikultural. Berbagai suku dan budaya masuk dan di satukan dengan nuansa Islam tanpa mendikotomikan salah satu. Namun memang, dalam penerapannya, hal yang terpenting ialah rasa solidaritas yang tinggi. Bagaimana setiap orang di tuntut untuk menyiapkan diri untuk berjuang dan bergabung dalam perlawanan demi pengakuan perbedaan yang lain dan bukan demi dirinya sendiri

E.   PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam sangatlah diharapkan menjadi sebuah alat untuk menempuh jalan keselamatan bagi umat manusia. Oleh karena itu, dalam menghadapi multikulturalisme di Indonesia, penyelenggaraan pendidikan haruslah bernuansa multikultur. Pendidikan harus mampu membuka paradigma peserta didiknya sehingga berwawasan inklusif. Selain itu, supaya siswa tidak merasa tercerabut dari akar budayanya sehingga terhindar dari konflik-konflik yang sering terulang di Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA


Al Jumbulati, Ali dan Abdul Futuh at Tuwaanisi. 2002. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Madjid, Nurcholis. 2003. Islam Agama Kemanusiaan : Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia. Jakarta: Paramadina.
Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhaimin, Haji. 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam : Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Nottingham. 1985 : 49. Agama dan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syamsudin .2000. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.
Http : // afrikanz.wordpress.com/2008/12/21/multiculturalism
Http : //www.darussolah.com/?pilih=news&aksi=lihat&id=151
Http : //www.gusdur.net/opini/detal/?id=71/hi:id/masa-depan-pendidikan

HAKIKAT GLOBALISASI


        
          John Naisbitt dan Patricia Aburdance futurolog Amerika , memprediksi bahwa pada awal abad ke-21 akan muncul era baru dalam tata kehidupan manusia di muka bumi, baik dalam aspek politik, ekonomi maupun aspek kehidupan lainnya. Spektrum tantangan masa depan ini amat luas kaitannya dengan globalisasi yang semakin menguat luas dan mengakibatkan batas-batas politik, ekonomi, dan sosial  budaya antar bangsa menjadi semakin samar dan hubungan antarnegara menjadi transparan.
Gejala tersebut semakin nampak  diperkuat dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Arus informasi yang begitu mudah diakses dan menjangkau hingga pelosok-pelosok dunia. Jarak yang jauh menjadi terasa menjadi dekat. Peran dan pengaruh negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang semakin kentara.
         Globalisasi telah mengubah wajah dunia. Dari era industrialisasi menuju era informasi tanpa batas. Dimana batas-batas geografis atau territorial seakan tidak ada lagi. Kebudayaan asing bisa memasuki suatu negara dengan bebas. Perdagangan antarbangsa pun menjadi semakin mudah karena tiadanya batas-batas hukum yang rigid. Akan tetapi krisis multidemsional juga terjadi di berbagai belahan dunia. Sebagai contoh di negeri kita sendiri Indonesia, krisis multidimensi ini tampak di berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi, perdagangan NAPZA, perdangan wanita dan anak-anak ( trafficking ) dan sebagainya.
          Sebenarnya apa yang dimaksud dengan globalisasi sehingga ada masyarakat dunia yang begitu gegap gempita menyambutnya dan di sisi lain ada yang begitu geram menolaknya?
Dalam pengertian umum Davies dan Nyland menemukan lima pengertian globalisasi yaitu 1) Internasionalisasi, 2) Liberasi, 3) Universalisasi, 4) Westernisasi atau Modernisasidan 5) Suprateritorialitas, Yang mengandung makna bahwa ruang sosial tidak lagi ditetapkan  atas dasar tempat, jarak dan batas-batas wilayah. Menurut Peter. J.M Nas, globalisasi dapat dipahami sebagai reaksi dan elaborasi terhadap gejala sosiologis yang sekarang sedang terjadi yaitu berkembangnya “ the world system and modernization. Menurut Featherstone globalisasi melahirkan “Global culture ( which ) is encompassing the world at the international level”.
Selain itu globalisasi juga dimaknai sebagai sebuah proses terintegrasinya bangsa-bangsa dunia dalam sebuah system global yang melintasi batas-batas negara ( trans-nasional). Negara-negara nasional-teritorial tersebut mengalami deteritorialisasi. Dengan deteritorialisasi tersebut, batas-batas geografis menjadi kurang bermakna karena jarak ruang dan waktu sudah bisa diatasi dengan keunggulan teknologi informasi. Batas-batas nasional menjadi kabur dan digantikan dengan  dengan transnasional.
            Dari beberapa definisi mengenai globalisasi di atas, meskipun dengan menggunakan gaya yang berbeda-beda semua mengacu pada pemahaman yang sama yakni integrasi bangsa-bangsa dalam satu sistem global. Yang menghilangkan batas-batas geografis, politik, ekonomi, sosial dan lainnya. Sehingga, seakan tidak ada lagi rahasia bagi suatu negara tanpa diketahui oleh negara lain. Karena keunggulan teknologi informasi yang menyebabkan akses informasi begitu mudah dan tanpa batas.
            Globalisasi telah membawa masyarakat dunia pada sebuah tatanan budaya global. Isu-isu semacam civil society, hak asasi manusia, liberalisasi, multikuluralisme dan sebagainya berkembang dengan pesat menjangkau pelosok-pelosok Negara.
Sedangkan secara historis kecenderungan globalisasi dapat dikategorikan menjadi tiga tahap  yaitu a) Gelombang pertama antara tahun 1870-1914. periode ini ditandai dengan perkembangan dalam peralatan transportasi dan penurunan rintangan perdagangan sehingga meningkatkan perdagangan internasional dan investasi negara-negara Amerika utara dan Eropa ke berbagai kawasan. b) Gelombang kedua antara tahun 1950-1980 yang ditandai oleh integrasi negara-negara kaya seperti Jepang, Amerika dan Eropa. Jurang pemisah antara negara maju dengan negara berkembang semakin besar, c) Gelombang globalisasi mutakhir mulai tahun 1980 sampai sekarang yang ditandai oleh kemajuan teknologi transportasi, komunikasi, perkembangan sejumlah negara berkembang yang membuka diri terhadap perdagangan luar negeri dan investasi asing.
Menurut Mansour Fakih[9] pada dasarnya globalisasi terjadi ketika ditetapkannya formasi sosial global baru dengan ditandai oleh diberlakukannya secara global suatu mekanisme perdagangan melalui penciptaan kebijakan free trade yang ditandatangani pada April 1994 yang dikenal dengan General Agreement on Tariff and Trade ( GATT ). Tahun 1995 didirikan World Trade Organization (  WTO ) yang mengambil alih tugas GATT. Sehingga WHO menjadi salah satu aktor dan forum perundingan antarperdagangan dari mekanisme globalisasi yang terpenting.
Sedangkan apabila dilihat dari sejarah perjalanan peradaban umat manusia, dapat diketahui bahwa sebenarnya gejala globalisasi  telah ada sejak dulu. Meskipun tidak menggunakan istilah globalisasi. Semangat globalisasi dapat ditemukan pula dalam kitab suci umat Islam, Yakni Al Qur’an yang menurut hemat penulis mengindikasikan adanya semangat globalisasi yang hendak dibangun oleh umat Islam. Diantara ayat yang menunjukan semangat tersebut adalah friman Allah yang artinya sebagai berikut :
 “Dan Kami tidak mengutus engkau ( Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam” dan juga “ Wahai manusia Kami telah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa  dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa, Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti”.
Musthafa Al Maraghy memberi penjelasan  mengenai surat Al Anbiya ayat 107 diatas dengan mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad saw diutus dengan membawa ajaran yang mengandung maslahat di dunia dan di akherat. Sedangkan mengenai surat Al Hujurat ayat 13 beliau berkomentar “Allah menerangkan bahwa manusia seluruhnya berasal dari seorang ayah dan ibu. Maka kenapalah saling olok-olok sesama saudara hanya saja Allah menjadikan mereka bersuku-suku dan berkabilah-kabilah yang berbeda-beda agar diantara mereka terjadi saling kenal dan tolong menolong  dalam kemaslahatan-kemasalahatan mereka yang bermacam-macam.
Tentunya sangat jauh semangat globalisasi yang diindikasikan Allah dalam kitabNya yang mulia Al Qur’anil Adhim dengan proses dan gejala globalisasi yang bergulir dewasa ini. Kehidupan global yang diharapkan Islam adalah sebagai wujud mencari ridho Allah. Sementara globalisasi yang bergulir saat ini adalah kolaborasi dan pergantian wajah dari kolonialisme, imperialisme dan kapitalisme yang sarat akan kepentingan-kepentingan negara-negara maju yang dipaksakan kepada kepada negara-negara yang berkembang.

SEJARAH SINGKAT KEPRAMUKAAN




1.Sejarah Pramuka Dunia
            Tahun 1908 Mayor Jendral Robert Baden Powell (lord Baden Powell) melancarkan gagasan tentang pendidikan luar sekolah. Beliau mengarang buku “Scouting For Boy” yang berisi segala pengalaman dan latihan-latihan yang diperlukan.
2.Seorang Pandu
            Gagasan tersebut menyebar keseluruh benua Eropa dan lalu dilaksanakan oleh masyarakat Belanda dan didaerah jajahannya, termasuk Indonesia, dengan cara mendirikan NIPU (Netherland Indische Vereeniging = persatuan pandu-pandu hindia Belanda).
Pemimpin-pemimpin gerakan nasionalpun membentuk kepandua dengan tujuan agar kader penggerak nasional Indonesia menjadi penggerak nasional. Perkumpulan  penggerak kepanduan tersebut diantaranya : JPO, JPP, HW dan lain-lain.
Setelah peristiwa sumpah pemuda 28 Oktober 1928 ada larangan dari pemerintah Hindia Belanda pada organisasi-organisasi kepanduan diluar NIPV tidak menggunakan istilah Padvinders dan Panvindery. Maka Kh Agus Salim menggunakan istilah pandu dan kepanduan sebagai penggantinya.
Maka pada tahun 1930 berdirilah suatu organisasi kepanduan yaitu KBI ( Kepanduan Bangsa Indonesia ) dan tahun 1931 berdiri PAPI ( persatuan antar pandu Indonesia ) yang beriubah menjadi BPPKI ( badan pusat kepanduan Indonesia ) pada tahun 1938.



MAKALAH Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD)


BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG MASALAH
Masalah pendidikan tidak dapat lepas dari masalah pembelajaran, karena pembelajaran merupakan inti dari proses peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan menunjuk pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. Suatu sistem pendidikan disebut bermutu dari segi proses, jika pembelajaran berlangsung secara efektif dan siswa mengalami pembelajaran yang bermakna serta ditunjang oleh sumber daya baik dari sarana dan prasarana yang memadai sumber daya manusianya itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Menurut Abdulhak (1998:1) “Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup”. Di dalam pendidikan tersebut memiliki tujuan yang sangat penting yaitu mendewasakan seseorang sehingga menentukan pilihan mana yang perlu dilakukan untuk pribadinya maupun untuk umum yang ditunjang oleh kecerdasan dan keterampilan.
Keefektifan pembelajaran digambarkan oleh hasil belajar yang dicapai siswa. Dengan kata lain, makin efektif pembelajaran yang dilaksanakan, maka makin meningkat dan baik hasil belajar siswa. Upaya pengembangan desain pembelajaran ini amat penting untuk dilakukan oleh seorang guru. Esensi dari desain pembelajaran adalah merancang seperangkat tindakan yang bertujuan untuk mengubah situasi yang ada ke situasi yang diinginkan. Jelaslah bahwa fungsi desain pembelajaran merupakan fungsi yang sangat esensial karena pengelolaan dan evaluasi pembelajaran pada hakikatnya tergantung pada desain pembelajaran yang telah dibuat oleh guru. Pembelajaran pada dasarnya yaitu mempersiapkan peserta didik untuk dapat menampilkan tingkah laku hasil proses belajar mengajar dalam kondisi situasi yang nyata dan menelaah serta memecahkan yang dihadapi dalam kehidupan. Dengan melakukan proses pembelajaran peserta didik atau siswa membekali dirinya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menyangkut kehidupannya sendiri menuju ke arah yang lebih baik.
Perancangan setiap kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara sistematik. Demikian pula pengembangan bahan pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi, baik proses maupun hasilnya. Secara nyata bentuk dari usaha-usaha tersebut ditandai dengan perumusan kompetensi yang operasional, pemilihan dan penyusunan materi pelajaran yang akan diajarkan dan konsisten dengan kompetensi.
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebuah mata pelajaran yang mempelajari fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Guru harus pandai mengaitkan materi pelajaran dengan realita yang ada, kenyataan yang terjadi selama ini belajar IPS penuh dengan hafalan dan membahas hal-hal yang abstrak, seolah mempelajari sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa dipaksa menghafal konsep-konsep yang tidak tahu penerapannya. Akibatnya IPS menjadi suatu mata pelajaran yang tidak disukai siswa dan seakanakan menjadi nomor dua untuk ditekuni. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah strategi yang berkaitan langsung dengan hal-hal yang terjadi dan dialami oleh siswa. Banyak siswa mengganggap proses pembelajaran IPS sebagai sesuatu yang membosankan, monoton, kurang menyenangkan, terlalu banyak hafalan, kurang variatif, dan berbagai keluhan lainnya. Dalam proses pembelajaran IPS cenderung berpusat pada guru (teacher centre). Salah satu kendala yang dihadapi oleh guru untuk menghasilkan metode atau model pembelajaran IPS yang efektif ialah fakta bahwa guru berhadapan dengan materi IPS yang memiliki cakupan sangat kompleks. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam melakukan inovasi-inovasi pembelajaran dan menggunakan media sebagai sarana proses belajar mengajar, supaya peserta didik atau siswa lebih antusias dan tetarik dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
Saat ini komputer bukan lagi merupakan barang mewah, alat ini sudah digunakan di berbagai bidang pekerjaan seperti halnya pada bidang pendidikan. Pada awalnya komputer dimanfaatkan di sekolah sebagai penunjang kelancaran pekerjaan bidang
administrasi dengan memanfaatkan software Microsoft word, excel dan access.
Dengan masuknya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum baru, maka peranan komputer sebagai salah satu komponen utama dalam TIK mempunyai posisi yang sangat penting sebagai salah satu media pembelajaran dan inovasi pembelajaran.
Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih banyak dan dapat memahami materi pelajaran lebih baik, sehingga akan meningkatkan performansi mereka sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai.
Seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), telah mengakibatkan bergesernya peran guru termasuk guru IPS sebagai penyampai pesan/informasi. Guru tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya. Saat ini para pendidik sudah mulai mendapatkan akses untuk menggunakan berbagai macam produk teknologi guna meningkatkan efektifitas pembelajaran. Karena seorang tenaga pendidik dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam upaya untuk menguasai dan meningkatkan kegiatan belajar mengajar. Komputer merupakan salah satu produk teknologi dinilai tepat digunakan sebagai alat bantu atau media pembelajaran dan memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran disamping media sarana pembelajaran yang ada, akan tetapi inovasi atau penemuan-penemuan baru dalam penggunaan alat bantu yang lain tetap diperlukan seorang tenaga pendidik atau guru dalam melaksanakan kegiatan atau proses belajar mengajar untuk membuat proses pembelajaran lebih menarik bagi peserta didik. Inovasi adalah memperkenalkan ide baru, barang baru, pelayanan baru dan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. Amabile et al. (1996) mendefinisikan inovasi yang hubungannya dengan kreativitas adalah: Inovasi atau innovation berasal dari kata to innovate yang mempunyai arti membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Inovasi kadang pula diartikan sebagai penemuan, namun berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti discovery atau invention (invensi). Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Sedangkan invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kegiatan manusia. Prof. Dr. Anna Poejiadi (2001) memberikan penjelasan: Secara harfiah to discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada di dalamnya belum diketahui orang. Sebagai contoh perubahan pandangan dari geosentrisme menjjadi heliosentrisme dalam astronomi.
Teknologi Informasi dan komunikasi salah satunya yaitu komputer mampu menampilkan berbagai komponen media, seperti video, gambar, teks, animasi, dan suara sehingga dapat merangsang lebih banyak indra. Melalui video dan gambar, dapat ditampilkan kejadian nyata yang berkaitan dengan materi yang dipelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan siswa lebih mudah memahami materi. Dengan memanfaatkan teknologi komputer untuk mendukung kegiatan pembelajaran diharapkan dapat membantu memecahkan masalah belajar yang dihadapi siswa. Namun sampai saat ini media pembelajaran berbasis komputer untuk mata pelajaran IPS masih terbatas. Padahal dari berbagai studi menunjukkan bahwa program pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan komputer lebih efektif dibandingkan dengan paket pengajaran lainnya, karena komputer memiliki sejumlah potensi yang dapat dimanfaat untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan paparan latar belakang  yang penulis kemukakan di atas, dan supaya kesimpulan akhir dari bahasan makalah ini masih berada dalam kajian permasalahan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran permasalahan, maka penulis memberikan batasan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ?
2.      Bagaimana gambaran penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) ?
3.      Bagaimana penerapan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)  dalam proses belajar mengajar IPS ?

C. PROSEDUR PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan yang berkaitan dengan Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pembelajaran IPS, maka akan mencoba untuk dikaji dan dipecahkan dengan menggunakan prosedur pemecahan masalah sebagai berikut :
1.      Mencari bahan-bahan sumber yang relevan atau berhubungan dengan permasalahan makalah.
2.      Mempelajari dan mengkaji bahan sumber yang telah didapat.
3.      Penyusunan makalah ini berdasarkan hasil kajian teoritis dan praktis dengan menggunakan metode deskriptif.

D. SISTEMATIKA PENULISAN MASALAH
Sistematika penulisan makalah yang digunakan dalam pelaporan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      BAB I Pendahuluan, pada bagian ini di kemukakan mengenai latar belakang masalah (mengapa topik itu perlu ditulis), rumusan masalah, prosedur pemecahan masalah, dan sistematika  yang digunakan dalam penyusunan dan pelaporan makalah ini.
2.      BAB II Pembahasan, di dalam bab ini merupakan analisis kajian teori dan landasan pembahasan permasalahan makalah yang disajikan.
3.      BAB III Penutup, di dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil kajian teori atau studi literatur sebagai jawaban dari permasalahan yang dibahas atau dikemukakan pada makalah ini.













BAB II
TINJAUAN TEORITIS


Komputer sebagai salah satu produk teknologi dinilai tepat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran dan memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Komputer mampu menampilkan berbagai komponen media, seperti video, gambar, teks, animasi, dan suara sehingga dapat merangsang lebih banyak indra. Melalui video dan gambar, dapat ditampilkan kejadian nyata yang berkaitan dengan materi yang dipelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan siswa lebih mudah memahami materi. Materi yang disajikan dengan animasi akan membantu pemahaman materi serta belajar menjadi lebih menarik. Berbagai macam pendekatan instruksional yang dikemas dalam bentuk program pembelajaran berbasis komputer atau computer based instruction (CBI) seperti: drill and practice, simulasi, tutorial dan permainan. Dengan memanfaatkan teknologi komputer untuk mendukung kegiatan pembelajaran diharapkan dapat membantu memecahkan masalah belajar yang dihadapi siswa. Namun sampai saat ini media pembelajaran berbasis komputer untuk mata pelajaran IPS masih terbatas. Padahal dari berbagai studi menunjukkan bahwa program pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan komputer lebih efektif dibandingkan dengan paket pengajaran lainnya, karena komputer memiliki sejumlah potensi yang dapat dimanfaat untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies), merupakan bidang ajaran di sekolah dengan tujuan mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dalam bentuk konsep dan pengalaman belajar yang dipilih atau terorganisir dalam rangka kajian ilmu sosial. Menurut National Council for the Social Studies (NCSS) definisi IPS sebagai berikut: Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. Artinya studi sosial merupakan studi terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan yang dikoordinasikan dalam program sekolah sebagai pembahasan sistematis yang dibangun di atas disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu-ilmu politik, psikologi, agama, sosiologi, dan juga memuat isi dari humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam. Departemen Pendidikan Nasional (Pusat Kurikulum, 2006: 7) mendefinisikan IPS sebagai berikut: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang- cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS adalah pengetahuan yang terintegrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu-ilmu politik, psikologi, agama, sosiologi, dan juga memuat isi dari humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam serta mempelajari manusia dan hubungannya dengan lingkungan sekitar.


SOAL-SOAL LATIHAN PENJASKES KELAS VII

SOAL-SOAL LATIHAN PENJASKES KELAS VII


Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat !
1.     Apa pengertian permainan sepak bola ?
2.     Berapa ukuran Lapangan sepak bola ?
3.     Berapa jarak titik penalti dari tiang gawang ?
4.     Sebutkan teknik yang dapat dikuasai oleh seorang pemain sepak bola ?
5.     Sebutkan teknik utama dalam menendang bola ?
6.     Apa yang dimaksud dengan insid-instep dalam teknik menendang di permainan sepak bola ?
7.     Sebutkan arah datangnya bola dalam teknik menahan bola di permainan sepak bola ?
8.     Apa pengertian bola voli ?
9.     Berapa ukuran lapangan bola voli ?
10.                        Berapa tinggi net Pa/Pi dalam permainan bola voli ?
11.                        Apa yang dimaksud dengan passing dalam permainan bola voli ?
12.                        Apa yang dimaksud dengan servis ?
13.                        Sebutkan posisi-posisi pemain dalam permainan bola voli ?
14.                        Apa pengertian permainan bola basket ?
15.                        Berapa ukuran lapangan permainan bola basket ?
16.                        Sebutkan teknik mengoper bola ?
17.                        Berapa jarak ring basket dengan lantai ?
18.                        Apa yang dimaksud dengan Chess Pass ?
19.                        Apa yang dimaksud dengan dribbling ?
20.                        Sebutkan bentuk-bentuk dribbling dalam permainan bola basket ? 

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive