Friday, February 21, 2020

HAKIKAT GLOBALISASI


        
          John Naisbitt dan Patricia Aburdance futurolog Amerika , memprediksi bahwa pada awal abad ke-21 akan muncul era baru dalam tata kehidupan manusia di muka bumi, baik dalam aspek politik, ekonomi maupun aspek kehidupan lainnya. Spektrum tantangan masa depan ini amat luas kaitannya dengan globalisasi yang semakin menguat luas dan mengakibatkan batas-batas politik, ekonomi, dan sosial  budaya antar bangsa menjadi semakin samar dan hubungan antarnegara menjadi transparan.
Gejala tersebut semakin nampak  diperkuat dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Arus informasi yang begitu mudah diakses dan menjangkau hingga pelosok-pelosok dunia. Jarak yang jauh menjadi terasa menjadi dekat. Peran dan pengaruh negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang semakin kentara.
         Globalisasi telah mengubah wajah dunia. Dari era industrialisasi menuju era informasi tanpa batas. Dimana batas-batas geografis atau territorial seakan tidak ada lagi. Kebudayaan asing bisa memasuki suatu negara dengan bebas. Perdagangan antarbangsa pun menjadi semakin mudah karena tiadanya batas-batas hukum yang rigid. Akan tetapi krisis multidemsional juga terjadi di berbagai belahan dunia. Sebagai contoh di negeri kita sendiri Indonesia, krisis multidimensi ini tampak di berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi, perdagangan NAPZA, perdangan wanita dan anak-anak ( trafficking ) dan sebagainya.
          Sebenarnya apa yang dimaksud dengan globalisasi sehingga ada masyarakat dunia yang begitu gegap gempita menyambutnya dan di sisi lain ada yang begitu geram menolaknya?
Dalam pengertian umum Davies dan Nyland menemukan lima pengertian globalisasi yaitu 1) Internasionalisasi, 2) Liberasi, 3) Universalisasi, 4) Westernisasi atau Modernisasidan 5) Suprateritorialitas, Yang mengandung makna bahwa ruang sosial tidak lagi ditetapkan  atas dasar tempat, jarak dan batas-batas wilayah. Menurut Peter. J.M Nas, globalisasi dapat dipahami sebagai reaksi dan elaborasi terhadap gejala sosiologis yang sekarang sedang terjadi yaitu berkembangnya “ the world system and modernization. Menurut Featherstone globalisasi melahirkan “Global culture ( which ) is encompassing the world at the international level”.
Selain itu globalisasi juga dimaknai sebagai sebuah proses terintegrasinya bangsa-bangsa dunia dalam sebuah system global yang melintasi batas-batas negara ( trans-nasional). Negara-negara nasional-teritorial tersebut mengalami deteritorialisasi. Dengan deteritorialisasi tersebut, batas-batas geografis menjadi kurang bermakna karena jarak ruang dan waktu sudah bisa diatasi dengan keunggulan teknologi informasi. Batas-batas nasional menjadi kabur dan digantikan dengan  dengan transnasional.
            Dari beberapa definisi mengenai globalisasi di atas, meskipun dengan menggunakan gaya yang berbeda-beda semua mengacu pada pemahaman yang sama yakni integrasi bangsa-bangsa dalam satu sistem global. Yang menghilangkan batas-batas geografis, politik, ekonomi, sosial dan lainnya. Sehingga, seakan tidak ada lagi rahasia bagi suatu negara tanpa diketahui oleh negara lain. Karena keunggulan teknologi informasi yang menyebabkan akses informasi begitu mudah dan tanpa batas.
            Globalisasi telah membawa masyarakat dunia pada sebuah tatanan budaya global. Isu-isu semacam civil society, hak asasi manusia, liberalisasi, multikuluralisme dan sebagainya berkembang dengan pesat menjangkau pelosok-pelosok Negara.
Sedangkan secara historis kecenderungan globalisasi dapat dikategorikan menjadi tiga tahap  yaitu a) Gelombang pertama antara tahun 1870-1914. periode ini ditandai dengan perkembangan dalam peralatan transportasi dan penurunan rintangan perdagangan sehingga meningkatkan perdagangan internasional dan investasi negara-negara Amerika utara dan Eropa ke berbagai kawasan. b) Gelombang kedua antara tahun 1950-1980 yang ditandai oleh integrasi negara-negara kaya seperti Jepang, Amerika dan Eropa. Jurang pemisah antara negara maju dengan negara berkembang semakin besar, c) Gelombang globalisasi mutakhir mulai tahun 1980 sampai sekarang yang ditandai oleh kemajuan teknologi transportasi, komunikasi, perkembangan sejumlah negara berkembang yang membuka diri terhadap perdagangan luar negeri dan investasi asing.
Menurut Mansour Fakih[9] pada dasarnya globalisasi terjadi ketika ditetapkannya formasi sosial global baru dengan ditandai oleh diberlakukannya secara global suatu mekanisme perdagangan melalui penciptaan kebijakan free trade yang ditandatangani pada April 1994 yang dikenal dengan General Agreement on Tariff and Trade ( GATT ). Tahun 1995 didirikan World Trade Organization (  WTO ) yang mengambil alih tugas GATT. Sehingga WHO menjadi salah satu aktor dan forum perundingan antarperdagangan dari mekanisme globalisasi yang terpenting.
Sedangkan apabila dilihat dari sejarah perjalanan peradaban umat manusia, dapat diketahui bahwa sebenarnya gejala globalisasi  telah ada sejak dulu. Meskipun tidak menggunakan istilah globalisasi. Semangat globalisasi dapat ditemukan pula dalam kitab suci umat Islam, Yakni Al Qur’an yang menurut hemat penulis mengindikasikan adanya semangat globalisasi yang hendak dibangun oleh umat Islam. Diantara ayat yang menunjukan semangat tersebut adalah friman Allah yang artinya sebagai berikut :
 “Dan Kami tidak mengutus engkau ( Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam” dan juga “ Wahai manusia Kami telah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa  dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa, Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti”.
Musthafa Al Maraghy memberi penjelasan  mengenai surat Al Anbiya ayat 107 diatas dengan mengatakan bahwa Rasulullah Muhammad saw diutus dengan membawa ajaran yang mengandung maslahat di dunia dan di akherat. Sedangkan mengenai surat Al Hujurat ayat 13 beliau berkomentar “Allah menerangkan bahwa manusia seluruhnya berasal dari seorang ayah dan ibu. Maka kenapalah saling olok-olok sesama saudara hanya saja Allah menjadikan mereka bersuku-suku dan berkabilah-kabilah yang berbeda-beda agar diantara mereka terjadi saling kenal dan tolong menolong  dalam kemaslahatan-kemasalahatan mereka yang bermacam-macam.
Tentunya sangat jauh semangat globalisasi yang diindikasikan Allah dalam kitabNya yang mulia Al Qur’anil Adhim dengan proses dan gejala globalisasi yang bergulir dewasa ini. Kehidupan global yang diharapkan Islam adalah sebagai wujud mencari ridho Allah. Sementara globalisasi yang bergulir saat ini adalah kolaborasi dan pergantian wajah dari kolonialisme, imperialisme dan kapitalisme yang sarat akan kepentingan-kepentingan negara-negara maju yang dipaksakan kepada kepada negara-negara yang berkembang.

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive