Untuk mencegah terjadinya suatu
kerusakan mesin yang lebih besar harus dilakuakan perawatan secara periodik dan
berkala, dalam isrilah-istilah seperti aset kritis (critical
asset),kesiap-siagaan pearalatan(equipment availability) dan jatuh tempo untuk
merawat mesin (machine uptime) telah terbiasa bagi para ahli teknik mesin dalam
industri di darat selama beberapa tahun terakhir ini. Akan tetapi bagi
komunitas ahli teknik mesin kapal, baru sekarang ini mulai menggunakan
istilah-istilah itu.
Istilah-istilah di atas mulai terdengar
saat dimulainya perpindahan metode-metode perawatan bersifat pencegahan yang
tradisiaonal bergeser ke metode perawatan prediktif proaktif,atau
program-program berbasiskan pemantauan kondisi(CBM).
CBM
baru-baru ini telah dikenal oleh badan-badan klasifikasi kapal
internasional yang ternama sebagai sebuah alat bukti penilaian untuk pengelolaan
kondisi mesin di kapal,dengan potensi untuk berkontribusi secara langsung baik
terhadap penurunan jumlah kerusakan rata-rata.
Peralatan,khususnya saat kapala
berlayar,maupun biaya-biaya operasi kapal secara keseluruhan. Selain itu,kurang
dari 5% dari armada kapal dunia telah menggunakan CBM,bersamaan dengan
perawatan bersifat pencegahan atau berbasis waktu (preventive or time based)
menjadi sesuatu yang biasa.
Di darat CBM merupakan proses yang telah
terbukti dan secara luas telah menggantikan cara-cara perawatan besifat
pencegahan. Ada pengetahuan yang berlimpah yang bisa dipindahkan ke sektor
kapal dan yang akan menghilangkan kebutuhan akan penggunaan metode-metode yang
berbasis waktu untuk tugas-tugas layanan/kegiatan rutin,yang seringkali
dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi mesinnya.
Seringkali sebuah peralatan harus
dimatikan hanya untuk perawatan karena diperkirakan keausan yang dihitung
berdasarkan jam kerjanya sudah mencapai maksimal,untuk akhirnya para ahli
teknik mesin yang membongkar hanya mendapatakan kenyataan bahwa minyak lumas, seal perapat dan
bagian-bagian lainnya masih dalam keadaan baik dan tidak perlu diganti.
Contoh lainnya, suatu penggantian yang
tidak di jadwalkan dalam kondisi-kondisi pengoprasian bisa mengakibatkan
kerusakan komponen jauh sebelum jatuh tempo jadwal perawatannya. Dalam kedua
kasus di atas, perawatan
bersifat pencegahan hanya akan menimbulkan biaya-biaya penghentian, buruh dan penggantian
suku cadang yang sesungguhnya tidak diperlukan.
Dengan memperbandingkan,CBM memungkinkan
para ahli teknik mesin untuk memantau pada saat yang tepat pengoperasian
sistem-sitem yang kritis,
seperti
turbocharger-turbocharger dari mesin induk dan mesin-mesin bantu dan
turbin-turbin uap sampai kotak-kotak roda gigi dan motor-motor listrik. CBM
memungkinkan untuk mengindentifikasi keausan atau kerusakan/kegagalan dari
komponen-komponen yang berputar atau penurunan mutu/degradasi dari minyak
pelumas saat mulai terjadi atau saat berkembang,dan selanjutnya menjadwalkan
perawatan atau jarak-jarak waktu perbaikan yang sesuai dengan kapasitas
operasional untuk setiap kapal. CBM juga bisa membantu mendemontrasikan kepada
surveyor badan klasifikasi bahwa masa usia pakai dari peralatan bisa
diperpanjang melebihi jadwal pembongkaran atau periode-periode overhaul yang
sudah ditentukan sebelumnya.
Metode-metode
pengukuran
Alat –alat pemantau umumnya termasuk Peralatan-peralatan
yang mampu mengukur perubahan-perubahan,khususnya untuk poros-poros yang
berputar,atau perubahan-perubahan suhu operasional pada sistem mekanis maupun
elektris. Dalam setiap kasusnya, uni-unit yang bisa dijinjing, dengan probe-probe
jarak jauh atau sensor-sensor yang terpasang secara tetap/permanen, yang disambung pada
sistem-sistem pengukuran dikapal,
bisa
digunakan.
Kelebihan dari instalasi yang dipasang
secara tetap ialah bahwa pembacaan-pembacaan bisa dilakukan secara
terus-menerus sehingga memberikan perawatan bersifat pencegahan pada saat yang
tepat.
Disinilah letak penyebabnya mengapa banyak
teknologi maju atau canggih dibuat. Sebagai contoh, sistem multilog SKF
berbentuk modul membuat pengukuran-pengukuran bisa ditangkap dari sensor-sensor
dibanyak lokasi. Datanya secara otomatis bisa dikirimkan ke server database
dengan perangkat lunak untuk analisis yang khusus dipasang untuknya (dedicated
analysis software). Sistem pemantauan untuk keseluruhannya (overall monitoring
system) bisa secara operasional disambungkan satu sama lainnya (interconnected)
dengan sistem pengontrol yang didistribusikan dikapal (Ship’s Distributed
Control System-DSC), memungkinkan parameter-parameter untuk keperluan operasi
seperti putaran mesin dianalisis dengan data operasi lainnya.
Jenis system pemantauan ini membuat
Condition Monitoring (CM) menjadi handal, konsisten, dan sangat akurat
dengan data yang tertangkap terpresentasikan dalam format yang mudah dan mudah
dimengerti.
Meskipun begitu, patut untuk
dipertimbangkan bahwa pergantian cepat sesungguhnya (transient nature) dari
banyak awak kapal bisa membuat sulit untuk menjaga atau mempertahankan standar
perawatan yang tinggi secara konsisten untuk setiap kapal. Tanpa keterampilan
dari spesialis CM yang telah berpengalaman detail-detail yang lebih rinci
(finer detail) dari data yang dikumpulkan bisa menjadi sulit untuk
diinterpretasikan. Karena itu,opsi lebih lanjut
khususnya untuk kapal-kapal yang lebih besar, adalah berpartner
dengan suatu organisasi SKF yang menawarkan 24/7 pemantau jarak jauh (remote
monitoring) untuk sistem dikapal dengan menggunakan sistem-sistem komunikasi
standar dari kapal.
Akibat yang akan ditimbulkan bila
perawatan mesin tidak dilaksanakan dengan baik ,maka akan terjadi sebagai
berikut.
·
Kapal tabrakan, karena kerusakan
permesinan secaran mendadak,
tidak
terkontrol,dan sebagainya.
·
Kapal tenggelam, hilangnya kapal
termasuk anak-buah kapal dan seluru muatan (Total Lost), karena tabrakan, pecahnya “see chest”, kebakaran di dalam kamar mesin,dan
sebagainya.
·
Kapal bergetar, akibat perawatan dan
perbaikan Poros Engkol yang tidak tepat, sehingga dapat merusak bagian-bagian
mesin lainnya.
·
Kapal bergetar, salah satu Daun
Baling-baling (Propeller) pernah kandas atau menghantam balok keras, dapat juga merusak
bagian-bagian mesin ataupun instalasi listrik kapal.
·
Kapal menganggur
(delay), karena
terjadinya kerusakan dan perbaikan yang tidak terencana (Break Down) dan tidak
cukup suku cadangnya.
·
Pembengkakkan (overheat)
biaya operasi kapal, karena
kerugian –kerugian terus-menerus sulit dipekirakan (dianggarkan).
·
Biro klanifikasi tidak
merekomendasikan kapal untuk berlayar, karena permesinan kapal tidal memenuhi
syarat Klass.
·
Rekanan usaha
perdagangan tidak merekomendasikan untuk menyewa (charter) kapal tersebut.
Asuransi akan membebankan
biaya yang lebih kepada perusahaan,kapal secara jeseluruhan tidak menjalankan
perawatan dan perbaikan dengan benar (Low performance).
No comments:
Post a Comment