Friday, February 21, 2020

PENDIDIKAN ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL


 A.   PENDAHULUAN
Luasnya negara Indonesia ialah suatu kelebihan tersendiri. Beraneka ragamnya suku, agama, ras dan golongan (SARA) mendorong kita belajar untuk lebih menghargai orang lain. Penghargaan inilah yang akan mendorong persatuan di antara elemen  bangsa Indonesia. Keanekaragaman tersebut tentunya harus bisa optimalkan secara positif demi berlangsungnya kehidupan yang harmonis.
Apalagi Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya muslim, maka rasa toleransi haruslah terwujud sebagai salah satu bentuk implementasi ajaran Islam itu sendiri. Mengingat beberapa waktu yang lalu di Indonesia-lihat peristiwa Ambon, Papua dan beberapa pulau di Indonesia- terjadi konflik antar agama yang menelan tidak sedikit korban jiwa dan menyertakan Islam di dalamnya.
Pengertian akan peran dan posisi Islam yang sebenarnya haruslah diselenggarakan dan dipahamkan kepada setiap manusia, khususnya masyarakat Indonesia. Jalan yang paling tepat ialah melalui pendidikan. Pendidikan haruslah ditampilkan dengan nuansa multikultural sehingga tercipta rasa menghargai antar berbagai suku dan agama di Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada suatu pembahasan terkait pendidikan multikultural itu sendiri dan bagaimana mengimplementasikannya di Indonesia.
  B.   PENDIDIKAN ISLAM
Menurut Muhaimin, Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran Islam dan nilai-nilai Islam dalam kegiatan pendidikannya. Pendidikan Islam tidak hanya memberikan wawasan yang luas dalam pengetahuan, akan tetapi juga menuntut adanya realisasi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, hakikat pendidikan Islam tercermin dalam:
1.              Pendidikan yang integralistik, mengandung komponen-komponen kehidupan yang meliputi: Tuhan, manusia dan alam pada umumnya sebagai suatu yang integral bagi terwujudnya kehidupan yang baik, serta pendidikan yang menganggap manusia sebagai sebuah pribadi jasmani-rohani, intelektual, perasaan, individu dan sosial. Pendidikan Integralistik di harapkan bisa menghasilkan manusia yang memiliki integritas tinggi. Yang bisa bersyukur dan menyatu dengan kehendak Tuhannya. Yang bisa menyatu dengan dirinya sendiri (sehingga tidak memiliki kepribadian yang terbelah) menyatu dengan masyarakatnya (sehingga bisa menghilangkan disintegrasi). Dan bisa menyatu dengan alam (sehingga tidak membuat kerusakan).
2.              Pendidikan yang integralistik, memandang manusia sebagai manusia, yakni makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup, ia harus melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidup. Sebagai makhluk batas antara hewan dan malaikat- ia menghargai hak-hak asasi manusia, seperti hak untuk berlaku dan diperlakukan dengan adil, hak menyuarakan kebenaran, hak untuk berbuat kasih sayang dan sebagainya.
Pendidikan yang integralistik diharapkan dapat mengembalikan hati manusia di tempat yang semula, dengan mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai sebaik-baik makhluk, khoiru ummah. Manusia “yang manusiawi” yang dihasilkan oleh pendidikan yag integralistikdiharapkan bisa berpikir, berasa, dan berkemauan, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang bisa mengganti sifat individualistikegoistik, egosentrik, dengan sifat kasih sayang kepada sesama manusia, sifat ingin memberi dan menerima, saling menolong, sifat ingin mencari kesamaan dan lain-lain.
1.              Pendidikan yang pragmatik, adalah pendidikan yang memandang manusia sebagai makhluk hidup yang selalu membutuhkan sesuatu untuk melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya, baik bersifat jasmani, seperti pangan, sandang papan, seks, kendaraan dan sebagainya; juga yang bersifat rohani seperti berpikir, merasa, aktualisasi diri, kasih sayang, dan keadilan maupun kebutuhan sukmawi, seperti dorongan untuk berhubungan dengan yang Adi Kodrati. Pendidikan yang pragmatik diharapkan dapat mencetak manusia pragmatik yang sadar akan kebutuhan-kebutuhan hidupnya peka terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan dapat membedakan manusia dari kondisi dan situasi yang tidak manusiawi.
2.              Pendidikan yang berakar budaya kuat, yaitu pendidikan yang tidak meninggalkan akar-akar sejarah, baik sejarah kemanusiaan pada umumnya maupun sejarah kebudayaan suatu bangsa atau kelompok etnis tertentu. Pendidikan yang berakar budaya kuat di harapkan dapat membentuk manusia yang mempunyai kepribadian, harga diri, percaya pada diri sendiri, dan membangun peradaban berdasarkan budayanya sendiri, yang merupakan warisan monumental dari nenek moyangnya. Tetapi bukan yang anti kemoderannya, yang menolak begitu saja arus transformasi budaya dari luar.
Tujuan pendidikan Islam
Pada hakikatnya Pendidikan Islam bertujuan untuk merealisasikan ubudiyah kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat.
Menurut Al Jumbulati, pendidikan Islam mempunyai dua tujuan yaitu :
1.              Tujuan Keagamaan : bahwa setiap pribadi orang muslim beramal untuk akhirat atas petunjuk dan ilham keagamaan yang benar, yang tumbuh dan dikembangkan dari ajaran-ajaran Islam dan suci. Tujuan keagamaan mempertemukan diri pribadi terhadap Tuhannya melalui kitab-kitab suci yang menjelaskan tentang hak dan kewajibannya, sunat dan yang fardhu bagi seseorang mukallaf.
2.              Tujuan Keduniaan : Tujuan ini seperti yang dinyatakan dalam tujuan pendidikan modern yang saat ini diarahkan pada pekerjaan yang berguna (pragmatis), atau untuk mempersiapkan anak menghadapi kehidupan masa depan. Para ahli filsafatpragmatisme lebih mengarahkan pendidikan  pendidikan anak kepada gerakanamaliyah (ketrampilan) yang bermanfaat dalam pendidikan. Tujuan ini mengambil kebijakan baru yang lebih menonjolkan kecekatan bekerja yang cepat dalam setiap peristiwa kehidupan. Dan juga memakai strategi pendidikan seumur hidup. Sedangkan pendidikan Islam melihat tujuan ini dari aspek dan pandangan baru yaitu berdasarkanAl Qur’anul karim, yang sangat memusatkan perhatian pada pengalaman dimana seluruh kegiatan hidup umat manusia harus bertumpu kepada-Nya.
C.  MULTIKULTURAL
Pengertian Multikultural
Pengertian multikulturalisme diberikan oleh para ahli sangat beragam. Mengutip Choirul Mahfud multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keagamaan yang pluralis dan multikultural yang ada dalam kehidupan masyarakat. Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Sedangkan secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), isme (aliran/paham). Sedangkan secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik.

      Tipe-tipe Masyarakat
Dalam masyarakat sering terjadi perbedaan antara masalah sakral dan sekuler. Di kalangan sejumlah masyarakat yang sakral itu dianggap sebagai aspek dalam tingkah laku dan masyarakat yang lain semakin banyak nilai-nilai manusiawi yang dianggap sebagai hal-hal yang bersifat sekuler dan dinilai bermanfaat dan diterima secara umum.
Jika kita tidak mempunyai paling tidak beberapa pengertian tentang perubahan yang umum, beberapa perbedaan tertentu yang bersifat umum dalam masyarakat . Oleh karena itu kita perlu tahu tentang tipe-tipe masyarakat. Menurut Nottingham tipe-tipe masyarakat meliputi:

 Masyarakat-masyarakat yang terbelakang  dan nilai-nilai    sakral
Tipe pertama ini adalah masyarakat yang kecil, terisolasi dan terbelakang. Tingkat perkembangan teknik mereka rendah dan pembagian kerja masih kecil. Keluarga adalah lembaga mereka yang paling penting dan spesial, laju perkembangannya juga masih lambat. Tipe masyarakat ini cukup kecil jumlah anggotanya, karena sebagian besar adat-istiadatnya dikenal, masyarakat ini berpendapat bahwa:
1)     Agama memasukkan pengaruhnya yang sakral ke dalam sistem nilai masyarakat  secara mutlak.
2)     Dalam keadaan lembaga lain, selain keluarga, relatif belum berkembang, agama jelas menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan  dari masyarakat secara keseluruhan.
Bagi individu, agama memberi bentuk pada keseluruhan proses sosialisasi. Sosialisasi ditandai oleh upacara-upacara keagamaan pada peristiwa kelahiran dan saat penting lainnya dalam kehidupan.

      Masyarakat-masyarakat pra-industri yang sedang berkembang
Masyarakat kedua ini tidak begitu terisolasi, berubah lebih cepat, lebih luas daerahnya dan lebih besar jumlah penduduknya, serta ditandai dengan tingkat perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada masyarakat-masyarakat tipe pertama. Ciri-ciri umumnya adalah pembagian kerja yang luas, kelas-kelas sosial yang beranekaragam serta adanya kemampuan tulis baca sampai tingkat tertentu, agama tentu saja memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini, akan tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sakral dan yang sekuler itu sedikit banyaknya masih dapat dibedakan. Meskipun demikian, banyak fase-fase kehidupan sosial, misalnya dalam aktivitas keluarga dan perekonomian, peristiwa-peristiwa musim secara teratur terjadi itu diisi dengan upacara-upacara tertentu.

       Masyarakat-masyarakat industri-sekuler
Tipe dalam masyarakat kelompok ketiga ini agak condong kepada masyarakat perkotaan modern di Amerika serikat, tinggiya sekulerismenya bisa dianggap salah satu contoh yang paling mirip dengan masyarakat ketiga ini. Masyarakat-masyarakat ini sangat dinamis, teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang paling penting adalah penyesuaian dalam hubungan-hubungan kemanusiaan mereka sendiri. Pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat juga mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi agama. Pengaruh inilah yang merupakan salah satu sebab mengapa keanggotaan masyarakat tersebut semakin lama semakin terbiasa menggunakan metode-metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menaggapi berbagai masalah kemanusiaan.

Masyarakat Indonesia yang multikultural
Dibutuhkan beberapa konsep untuk menciptakan tatanan masyarakat Indonesia yang multikultural agar kuat oleh kondisi lingkungan. Bagi masyarakat Indonesia, konsep multikultural bukan hanya sebuah wacana atau sesuatu yang dibayangkan, tetapi konsep ini adalah sebuah ideologi yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai tegaknya demokrasi dan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia terdapat berbagai macam kebudayaan yang berasal hampir dari seluruh suku bangsa. Dengan demikian, keanekaragaman ini kita dapat mewujudkan masyarakat multikultural apabila warganya dapat hidup berdampingan, toleran dan saling menghargai

D.  URGENSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM MULTIKULTURALISME
Indonesia adalah salah satu Negara kepulauan terbesar di dunia, yang mengakibatkan terjadinya beraneka suku, bahasa, ras, serta agama. Walaupun dalam hal agama, sebagaimana telah diketahui bahwa Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal ini terbukti sejak kelahirannya, peran orang-orang muslim sangat dominan. Bahkan pada waktu pembuatan dasar negara yaitu Pancasila pada tanggal 22 Juni 1945, dikenal dengan Piagam Jakarta, sila pertama pada waktu itu berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa” karena lebih menghargai agama lain dengan tidak menyimpangkan arti tauhid sendiri bagi umat Islam. Walau memang tidak dapat dipungkiri ada pihak yang tetap menolak keputusan tersebut.
Inilah permulaan tantangan Islam di tengah masyarakat multikultural, khususnya di Indonesia. Bagaimana Islam meletakkan dirinya di tengah perbedaan, atau dengan kata lain, dapatkah pemeluk agama Islam menghadirkan Islam sebagai agama yang inklusif terhadap perubahan sekaligus mampu bersaing dengan perubahan yang terjadi di luar dirinya. Satu-satunya cara yang terbaik ialah melalui pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Oleh karena itu, penanaman tentang hakikat Islam dan bagaimana seharusnya Islam bertindak ada di dalamnya.
Pendidikan Islam yang bertujuan untuk merealisasikan ubudiyah kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat, dapat difungsikan sebagai nilai-nilai instrumental pembangunan yaitu dengan mengembangkan etika dan moralitas keagamaan untuk dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan pelaku dan pelangsung pembangunan. Mengingat terdapat dua peran penting agama, yaitu sebagai directive system dan defensive system, maksudnya agama digunakan sebagai sumber utama dalam proses perubahan sekaligus sebagai semacam kekuatanresistensial bagi masyarakat ketika berada dalam persoalan kehidupan yang kompleks. Sehingga agama tidak hanya bermanfaat bagi pemeluknya saja, tetapi harus berskala global. Oleh karena itu, pendidikan Islam haruslah dikemas dengan beberapa prinsip yaitu keterbukaan, toleransi, kebebasan dan  otentisitas. Dengan kata lain, nuansa multikultural haruslah dihadirkan di setiap alur pendidikan yang lebih dikenal dengan pendidikan multikultural. Yaitu menurut Muhaemin el Ma’hady, pendidikan multikultural sebagai pendidikan tentang keragaman budaya dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.
Sedangkan menurut prof. H.A.R Tilaar, pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang multikulturalisme. Kemunculannya terkait dengan perkembangan politik internasional menyangkut HAM, diskriminasi dan juga meningkatnya pluralitas.
Pedidikan menjadi sebuah alat untuk menempuh jalan keselamatan, bukan hanya untuk individu/kelompoknya tetapi melibatkan kepentingan orang lain.
Oleh karena itu perlu tujuan yang jelas dalam penyelenggaraannya. Menurut Paulus Mujiran hal yang perlu dibidik ialah, pertama, pendidikan multicultural menolak pandangan pandangan yang menyamakan pendidikan dengan persekolahan atau pendidikan multicultural dengan program-program sekolah formal. Kedua, pendidikan juga menolak pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik. Ketiga, pendidikan multicultural meningkatkan kompetinsi dalam beberapa kebudayaan. Keempat, kemungkinan pendidikan meningkatkan kesadaran mengenai kompetensi dalam beberapa kebudayaan, akan menjauhkan kita dari konsep dwibudaya (bicultural) atau dikotomi antara pribumi dan non pribumi.
Sebenarnya pendidikan multicultural bukanlah hal baru bagi bangsa Indonesia. Pesantren sebagai sekolah khas Indonesia ialah implementasi dari pendidikan multikultural. Berbagai suku dan budaya masuk dan di satukan dengan nuansa Islam tanpa mendikotomikan salah satu. Namun memang, dalam penerapannya, hal yang terpenting ialah rasa solidaritas yang tinggi. Bagaimana setiap orang di tuntut untuk menyiapkan diri untuk berjuang dan bergabung dalam perlawanan demi pengakuan perbedaan yang lain dan bukan demi dirinya sendiri

E.   PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam sangatlah diharapkan menjadi sebuah alat untuk menempuh jalan keselamatan bagi umat manusia. Oleh karena itu, dalam menghadapi multikulturalisme di Indonesia, penyelenggaraan pendidikan haruslah bernuansa multikultur. Pendidikan harus mampu membuka paradigma peserta didiknya sehingga berwawasan inklusif. Selain itu, supaya siswa tidak merasa tercerabut dari akar budayanya sehingga terhindar dari konflik-konflik yang sering terulang di Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA


Al Jumbulati, Ali dan Abdul Futuh at Tuwaanisi. 2002. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Madjid, Nurcholis. 2003. Islam Agama Kemanusiaan : Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia. Jakarta: Paramadina.
Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhaimin, Haji. 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam : Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Nottingham. 1985 : 49. Agama dan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syamsudin .2000. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.
Http : // afrikanz.wordpress.com/2008/12/21/multiculturalism
Http : //www.darussolah.com/?pilih=news&aksi=lihat&id=151
Http : //www.gusdur.net/opini/detal/?id=71/hi:id/masa-depan-pendidikan

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive