Periode
historiografi Romawi tidaklah jauh berbeda dengan periode Yunani. Para
sejarawan memiliki orientasi terhadap kesusastraan. Lebih banyak yang
menceritakan sejarahnya hanya sebatas pengalaman, perasaan, mitos, legenda,
ketimbang peristiwa sejarah sesungguhnya yang lebih besar. Mungkin karena pada
dua zaman ini para sejarawan adalah sebagai pegawai pemerintahan, guru,
pedagang,dsb. Oleh karena itu, mereka menceritakan sejarah (historiografi
lisan) hanya sebatas ruang lingkup retoris.
Ada
kebisaaan para penulis sejarah zaman Romawi, bahwa publikasi sejarah harus
didahului atau diawali dengan pembacaan naskah secara terbuka untuk umum.
Demikian juga terjadi pada zaman Herodotus, dan masih tetap terjadi 8 abad
kemudian pada sejarawan Ammianus Maecellinus.
Historiografi pada zaman
Romawi adalah sejalan dengan kerajaan Romawi itu sendiri. Oleh karena itu,
histoiografi Romawi lebih banyak menghasilkan karya-karya sejarah yang bersifat
Rome-Oriented.
Berbeda
dengan generasi pertama para sejarawan Yunani, yang tertarik pada hal yang
bersifat cosmopolitan atau kekota-kotaan, sejarawan Romawi bisaanya hanya
mengenal 1 kajian, yaitu Roma. Namun harus diingat, jika dibandingkan dengan
Yunani yang secara politik terbagi menjadi wilayah-wilayah (polis) yang
kecil, Romawi sejak perang Punisia telah berkembang meluas dan relatif
mendunia.
No comments:
Post a Comment