A.Herodotus
Herodotus
berasal dari Yunani, dan dilahirkan sekitar tahun 485 SM di Halicarnassus, yang
ketika itu termasuk wilayah kerajaan Persia, akan tetapi mempunyai penguasanya
sendiri. Ketika berumur 16 tahun, Herodotus telah ambil bagian dalam
pemberontakan melawan penguasa yang dzalim, akibatnya ia dibuang (asingkan). Sesudah
itu ia tinggal beberapa saat di Athena, dimana ia berhubungan dengan Pericles
dan Sophocles.
Dengan demikian Herodotus hidup pada jaman
keemasan kebudayaan Yunani khsusunya Athena, yaitu jaman Pentekontaetie
atau 50 tahun (479 SM – 431 SM), yaitu suatu periode atau masa damai
antara perang-perang Persia dan Perang Peloposesia. Masa itu adalah masa puncak
perkembangan Yunani, yang akhirnya juga dikenal sebagai kebudayaan
klasik, dan berkembang ke seluruh Eropa, Amerika dan dunia setelah melalui jaman
renaissance.
Dengan demikian dalam usaha mempelajari
sejarah kebudayaan Barat seperti kesusasteraan, hukum, filsafat, tata negara,
politik, ekonomi, sosial dan sebagainya semuanya bisa dikembalikan atau dilacak
dari kebudayaan Yunani dan Romawi. Hal yang sama juga berlaku pula untuk
historiografi. Ada tahun 444 SM Herodotus terlibat dalam pendirian koloni
Thurii di Itali Selatan, dimana ia tinggal beberapa tahun sebagai tanah airnya
kedua. Sesudah itu nampaknya ia kembali ke Athena dan meninggal kira-kira pada
tahun 424 SM. Herodotus banyak melakukan perjalanan petualangan antara lain di
sepanjang pantai Asia Kecil, tanah Yunani, Laut Hitam, Babylonia, Lembah Nil,
Sicilia dan Italia Selatan.
Dalam
perjalanan ini ia banyak mengumpukan berbagai catatan atas negeri-negeri yang
dikunjungi, yang barangkali sebagian dikumpulkan dalam catatan dan sebagian
hanya dalam ingatan. Semua catatanya itu merupakan bahan sumber
bagi karyanya yang besar yaitu historiai. Berbeda dengan para
pendahulu dan teman-teman sejamannya, yaitu yang terkenal dengan sebutan para
logograf, yang banyak menulis cerita-cerita mitos dan kepahlawanan, Herodotus
lebih tertarik pada sejarah manusia.
Namun
demikian ia tidak menulis sejarah dari jamannya (masa Pantekontaetie 479 – 431
SM), akan tetapi periode tidak lama sebelum perang-perang Persia – Yunani yang
telah berakhir ketika ia masih dalam usia anak-anak.
Dalam kalimat pertama
Historiae ia menuliskan tema dan rencana dari karyanya yaitu sebagai berikut:
”agar segala tindakan
yang dilakukan manusia tidak terlupakan oleh waktu yang terus berjalan, dan
perbuatan-perbuatan penting dan menakjupkan yang dilakukan oleh
orang-orang Yunani di satu pihak, dan oleh orang-orang bar-bar di pihak
lain tidak tersembunyikan/terlupakan, disamping itu untuk menjelaskan mengapa
mereka saling bertempur”.
Pernyataan
itu ditujukan pada peristiwa sekitar abad 6 SM, yaitu ketika terjadi konflik/
perang antara raja Lydia di Yunani yang bernama Croesus dengan raja Persia
Cyrus Agung. Perang itu digambarkan sebagai perang antara Timur (Persia)
dengan Barat yaitu Yunani (Eropa).
Namun
demikian perang yang sesungguhnya antara Persia dengan Yunani baru banyak
diuraikan dalam 4 buku terakhir dari 9 bukunya, yang dimulai dari
ekspedisi besar Persia melawan orang-orang Yunani dibawah Darius dan Xerxes,
dan yang berakhir dengan kemenangan-kemenangan Yunani di Plataeae dan
Mycale pada tahun 479 SM. Oleh para sejarawan Barat karya Herodotus itu juga
diberi judul sebagai Perang Persia (Persian War). Dalam 5 buku yang pertama
pada garis besarnya berisi uraian mengenai perang melawan Yunani yang berakhir
dengan kematian raja Persia Cyrus Agung tahun 529 SM (buku pertama). Ia
digantikan oleh puteranya Cambyses, yang melakukan ekspedisi perang melawan
Mesir (buku ke 2). Buku yang ketiga melukiskan mengenai sejarah dan kebudayaan/
tradisi Mesir. Ekspasi Persia dibawah Cambyses dan penggantinya yaitu Darius
Agung ke Skytika (Scythen). Sedangkan dalam bukunya kelima berisi uraian
munculnya polis Peris di Balkan, yang diteruskan dengan sejarah Sparta dan
Athena.
Dalam
historiografi Barat, Herodotus diakui sebagai Bapak Sejarah atau Historiografi
karena hasil karyanya terkenal itu yaitu Historiae yang
mengkisahkan mengenai Perang Parsi (Persian War). Dibandingkan
dengan karya-karya sebelumnya oleh para logograaf yang bisaanya berupa
mitos, epos atau dongeng-dongeng yang bisaanya masih dihubungkan dengan
dongeng-dongeng, maka apa yang dilakukan Herodotus dalam karyanya bisa dianggap
sebagai awal atau perintisan penulisan sejarah ilmiah.
Hal itu terutama dapat diketahui dari cara
atau tehnik dalam mengumpulkan sumber-sumbar bahan penulisannya yang diperoleh
melalui wawancara (interview) terhadap orang yang mengalami atau
terlibat dalam perang Persia. Dengan demikian ia berdasarkan wawancara
itu ia telah berusaha untuk memperoleh pengertian atau pemahaman-pemahaman dari
suatu peristiwa berdasarkan fakta-fakta. Itulah ciri utama karya Herodotus
dalam lapangan historiografi, yaitu telah menerapkan metode pengumpulan data
melalui wawancara (walaupun demikian ada yang menyatakan bawa ia sesungguhnya
belum terlepas sepenuhnya dari tradisi penulisan sebelumnya yang lebih
menonjolkan kisah kepahlawanan (dalam perang Parsi).
Oleh
karena itulah sampai pada jamannya Herodotus orang masih sulit untuk memisahkan
antara jenis karya sastra dan karya sejarah. Yang dimaksud disini adalah
bahwa suatu karya sejarah masih bisaa ditulis dalam bentuk ceritera yang sangat
menarik seperti halnya karya sastra, juga masih ada cirri logograafnya, akan
tetapi karya seperti itu isinya banyak mengenai sejarah. Dalam hal ini bisa
dikatakan bahwa Herodotus merupakan tokoh transisi dalam lapangan sejarah,
karena isi karangannya masih bercampur dengan epos dan bentuk karangannya masih
mempunyai ciri logografi juga merupakan karya sejarah yang membicarakan
sejarah manusia.
Karya
Herodotus itu juga mempunyai ciri yang komprehensif atau sejarah kebudayaan
(antropologi kebudayaan), karena dalam buku tersebut ia juga menguraikan
mengenai kehidupan masyarakat Yunani, Mesir, Persi dan lain-lain seperti dalam
bidang perdagangan, pertukangan, pertanian, tradisi, adat kebisaaan dan lain
sebagainya, yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Oleh karena
itulah ia tidak hanya dianggap sebagai Bapak Sejarah, akan tetapi juga sebagai
Bapak Antropologi (kebudayaan).
Karya
Herodotus mengenai Perang Parsi juga dianggap sebagai hasil studi Etnografis,
karena di dalamnya juga diuraikan mengenai golongan dari etnis-etnis lain yang
tinggal di sekitar Yunani. Oleh karena perhatiannya pada etnografi dan
antropologi, karya Herodutus juga diberi istilah sebagai “Nouvele
historie.”
B.Polybius (208 SM
– 126 SM)
Polybius
hidup pada masa kemegahan dan sekaligus awal kemerosotan Athena dan Sparta,
akan tetapi sekaligus merupakan masa awal berdiri atau berkembangnya kekaisaran
Romawi. Sebelum menulis karya sejarah historiai, ia juga
pernah berkarir sebagai politikus dan prajurit militer. Ia dilahirkan di
Megalopolis, yaitu wilayah Yunani di Arcadia. Ia berasal dari keluarga
terpandang.
Pada
tahun 167 SM, oleh karena keluarganya dianggap terlibat dalam gerakan anti
Romawi, bersama ribuan tahanan lainya sebagai sandra, ia dibawa ke Itali. Akan
tetapi di Roma ia diperlakukan secara khusus, dan bahkan akhirnya boleh
tinggal di Roma. Selama itu ia bergaul dengan orang-orang kelas atas, antara
lain dengan Cato dan berteman dengan Scipio Aemilianus, pengagum kebudayaan
Yunani. Dalam masa tahanannya yang ke 17 tahun, sesungguhnya Polybius telah
memulai suatu rencana penulisan sejarah, yang dimulai dari
sejak kemunculan dan ekspansi Romawi dari awal Perang Punisia ke II sampai
ketika ia dibawa ke Italia.
Untuk
masa setengah abad sebelumnya ia mengumpulkan sumber-sumber dengan mewawancarai
saksi-saksi setempat, dan dengan penelitian bahan-bahan arsip. Disamping itu,
ia juga sudah mulai menggunakan teks-teks resmi. Setelah mendapatkan ijin untuk
bisa pulang lagi ke negerinya, Polybius bertempat tinggal bersama Scipio
Aemilianus (148-146), dan ikut dalam pengepungan dan penghancuran Cartago.
Tidak lama sesudah itu ia juga mengikuti pengepungan dan akhirnya kejatuhan
Korinthe (146 SM).
Dengan
demikain ia adalah saksi dari kedua peristiwa ini. Dalam tahun-tahun yang sama
(sampai 140 SM) Polybius juga mengadakan perjalanan penting, yaitu: sepanjang pantai
Atlantik yaitu dari Maroko ke Portugal dan kemudian ke Mesir melalui negerinya.
Pada waktu itulah ia mencurahkan perhatianya untuk menulis historiai.
Karya
Polybius yang sangat terkenal adalah berupa 40 buku yang berisi sejarah
ekspansi Romawi, yang didalamnya digambarkan bagaimana kekaisaran Romawi
berhasil menguasai seluruh wilayah Eropa Barat. Menurut Polybius bahwa dasar
dari kekuatan Romawi adalah militer, yang terutama didukung oleh armada lautnya
yang besar, organisasinya yang teratur serta tehnologi persenjataan yang maju
menurut ukuran waktu itu, sehingga bisa menjangkau dan menundukkan
bangsa-bangsa di Asia Kecil.
Disamping
perang-perang, karya Polybius juga berisi mengenai politik,
penaklukan-penaklukan dan kekuasaan. Analisisnya yang mendalam mengenai
perkembangan sejarah Romawi dari teorinya mengenai politik kekaisaran Romawi.
Menurut Polybius pada awalnya pemerintahan kekaisaran Romawi itu
berbentuk monarkhi, yaitu dimana kekuasaan negara berada sepenuhnya
di tangan raja. Akan tetapi oleh karena berkembangnya perdagangan dalam
masyarakat Romawi, maka system politiknyapun berubah menjadi aristokrasi,
yang dalam hal ini kekuasaan politik berada di tangan orang-orang terkemuka
yang duduk dalam pemerintahan.
Yang ketiga adalah demokrasi, dimana pemimpin
kerajaan dipilih oleh senatus, yaitu orang-ortang tua tertentu yang
memiliki pengaruh dalam masyarakat pemegang kekuasaan. Namun dalam
perkembangannya pemimpin yang terpilih itu bisaanya menumpas (mengkudeta)
kekuasaan yang dipercayakan kepadanya sehingga pemerintahanh kembali berbentuk
monarkhi. Dengan demikian dalam sejarah Romawi terjadilah siklis dalam
system kekuasaan.
C.Orosius (380 M – 420
M)
Dia
dilahirkan sekitar tahun 380 M, wilayah Imperium Romawi tepatnya di Propinsi
Iberia. Ia mendapatkan pendidikan yang keras dalam kebudaryaan klasik dan
kristen.. Sekitar tahun 414 SM ia mengungsi ke Afrika Utara ketika ada
penyerbuan bangsa Bar-Bar dan disambut oleh Augustine, Menurut Augustine ,
Orosius ini orang yang sangat mengerti, sigap dalam berbicara dan semangatnya
menyala-nyala. Orosius menulis buku yang berjudul The Seven Books Of
Histori Against the Pagan.
Buku ini merupakan dasar reputasi abadi
Orosius dan pelengkap karya Augustine, The City Of God. Sebenarnya
buku ini merupakan jawaban atas kejahatan yang disebut Pagan(penyembah
berhala).
Dalam menulis
buku-bukunya, Orosius menggunakan ilmu pengetahuan klasik, seperti mengambil
dari karya Livy, Tacitus, dan Julius Caesar. Selain itu juga, Orosius
menggunakan karya dari pengarang kristen Eusibius dan Augustine dan yang paling
penting bahwasannya Oroseius menggunamkan bible dalam pendukung
Interpretasinya. Sama halnya Augustine, Orosius juga merupakan sejarawan yang
tidak kritis dilihat dari sumber-sumber yang jadikan rujukan bagi penyusunan
bukunya.
Orosius
dalam membuat karyanya dengan pendekatan terhadap sejarah amat kurang, tetapi
di dalam historiografi ia dianggap sangat penting karena sumbangannya terhadap
filsafat sejarah, yang pastinya filsafat kristen dengan konsepsi klasik yang
mengakar dalam dirinya dalam teologi injil dan patristik. Karyanya The Seven
Books dipandang sebagai karya yang otoritatif tentang sejarah kuno. Kalau
dibandingkan dengan karya Augustine, karya dari Orosius lebih tepat tentang
argumen untuk melawan kaum pagan. Sebenarnya Orosius berangkat dari posisi
Augustine dalam butur-butir karyanya. Orosius alam pendangannya sangat dekat
dengan Eusebius daripada Augustine tentang kerajaan Tuhan.
Dalam
hal ini Augustine sangat menyadari perbedaan ini, dalam bukunya Augustine
mengajukan keberatan terhadap pendapat Orosius, malah sebaliknya
sejarawan-sejarawan abad pertengahan tampaknya tidak menyadari perbedaan
pendapat antara Orosius dengan Augustine. Mereka menganggap bahwa Orosius
penganut faham Augustine. Filsafat sejarah Orosius merupakan kombinasi gagasan
Agustine, Orosius, dan Eusibius. Oresius.
D.Otto Of Freising (1113
M -1158 M )
Dia
disebut sebagai filsuf sejarah pertama yang dilahirkan dari keluarga bangsawan
Jerman termuka. Ia cucu dari Kaisar IV dari Jerman dan dia mendapat tugas
gerejani. Dia be lajar dari Paris tahun 1133 ia masuk ordo Cistarian dan masuk
Biara Morimund di Perancis. Tahun 1145 ia pergi ke Roma dan bergabung dengan
pasukan perang salib ke-2, menyertai familinya yaitu Kaisar Concard III. Warisan
Otto dari dua karya yaitu The needs of Emperor Frederick I (1156-1158) ditulis
untuk merayakan prestasi penguasa yang digjaya. Bukunya yang lain Chonicle atau History
of of two Cities (1143-1147).
Karyanya itulah yang memantapkan dia sebagai
sejarawan.Dalam kedua karyanya itu mengemukakan jejak arah sejarah sejak
penciptaan sampai tahin 1146. Karyanya merupakan karya filsafat sejarah pertama
abad pertengahan yang penting Dalam karyanya History of two cities ia
menggunakan karya-karya Tacitus, Varro, Eusibius, Josephus, dan
sejarawan-sejarawan Pagan dan kristen lainnya. Prinsif filosofisnuya berasal
dari dua sumber” mengikutji pendapat termashur dari gereja, Augustine ataupun
Orosius.
Ketika memlihat berbagai konflik dalam dunia
khatolik yang mnenyebabkan kekacauan dan perebutan Kaisar dan Paus. Otto
melihat ini merupakan suatu hal yang semestinya tnidak terjadi akarena akan
menimbulkan kemalangan dan kesengsaraan. Karena dalam ajaran kristen bahwa
proses historis adalah suatu penyusunan rencana Tuhan, Karena yakni dengan hal
itu maka dia selamat dari sikap pesimistis.
Tidak
seluruhnya Cronicle berdasarkan prinsif teologi filosofis dia juga dalam
menggunakan karya sejarawan Klasik dan kristen mengandalkan bukti-bukti
dokumenter dengan menggunakan pertimbangan kritis tentang makna
peristiwa-peristiwa dan motif-motif manusia. Dan yang peling menonjol bahwa ia
menulis sejarah bermaksud untuk melawan tradisi abad pertengahan. Dalam menulis
sejarah ia cukup kritis artinya tidak begitu saja mengambil cerita yang
diberikanm tetapi dalam menggunakan pendekatan ia berat sebelah.
Dalam
menulis sejarah yang ia cari ialah memberikan deskripsi yang jelas tentang
sejarah yang terhampar sebagai bukti-bukti yang dihiasi dengan filsafatnya.
Dalam filsafatnya sejarahnya ia menganut faham Augustine tetapi menganut faham
Augustine ia dikenal dengan sejarawan yang empiris yang mengakui adanya fakta
tentang Jamannya. Dalam two cities-nya ia berusaha untuk memenuhi anjuran
kristus
E.Niccolo Machiavelli
(1469 M – 1527 M)
Yang
menjadi obsesinya adalah politik, ia tidak bisa memikirkan yang lainnya kecuali
politik. Selama 14 tahun (1498-1512) ia mengabdikan diri pada Republik
Florence, ia terlibat aktif dalam politik praktis. Ia dilahirkan 13 Mei 1469
dari keluarga bangsawan di Florence. Ketika dia berhenti di kegiatan yang
bersifat politik karena di usir dan di buang. Dalam pembuangannya ia menulis
karyanya yang terkenal II Principe (The prince) atau sang penguasa yang ditulis
dalam bulan-bulan pertamamasa pembuangannya.
Dalam
bukunya ia memperlihatkan sebagai pencinta Republik Florence dan bukunya ini
ditujukan kepada para penguasa yang ingin mempertahankan kekuasaan dengan
pola-pola yang sudah di praktekan ahli-ahli strategi dan arsitek kekuasaan.
Karyanya dipersembahkan kempada Guilino de’ Medici untuk menunjukan ke dalam
pemahamannya atas pelaksanaannya politik praktis. Karena terinspirasi dengan
motif-motif maka ia membuat buku Art of war maupun Discourses on Livy tentang
risalat teori dan praktek militer klasik yang rumit..Kalau kita bandingkan
kedua karyanya The prince dan Discourses terdapat perbedaan.
Dilihat
dari isinya The Prince pendek dan tajam sedangkan Discourses isinya panjang dan
tidak bersambungan. Dia membandingkan karya Livy tentang kebesaran Roma yang
tahan lama dengan negeriinya yang mengalami kemerosotan. Konstitusi Roma
dijadikan pembanding. Dengan melihat akhirnya kebijakan-kebijakan Machiavelli
mulai dipertimbangkan oleh para bangsawan, ia ditunjuk untnuk menulis sejarah
Florence oleh Medici(Universitas Florentine).
Sejarah yang ditulisnya
merupakan karya pesanan untuk mengagumkan dan mengagungkan serta mengabadikan
Florence abad ke 15.
Dalam tulisan sejarahnya ia mengikuti model
sejarawan Roma dan menggunakan gaya sastra juga. Ia juga bisa dikatakan sebagai
sejarawan yang Humanis artinya mengikuti Dictum Cicero serta menggunakan
sejarah untuk mengajarkan moral dengan contoh-contoh praktis. Apa yang
dilahirkan Machievelli lahir dari visi dan pengalamnnya sendiri. Ia mencurahkan
perhatianya pada tulisannya-tulisan sejarah dan memasukan ide-ide dan
keinginan-keinginan politiknya.
No comments:
Post a Comment